Terjemahan Kitab "Minahus Saniyyah"

 


Kitab Al-Minah As-Saniyyah merupakan satu dari beberapa karya Syekh Sayyid ‘Abd Al-Wahhab Asy-Sya’rani sebagai komentar atas tulisan Syekh Abu Ishaq Ibrahim al-Matbuliy dalam buku Qomi’ Ath-Thughyaan. Kitab ini membahas tentang hal-hal yang harus dilakukan seorang salik (penempuh jalan spiritual) dalam menjalani tarekat. Gaya bahasa yang digunakan cukup sederhana dan mudah dipaham bagi para pemula dan pelaku spiritual yang baru menjalani tarekat. Kesan komunikatif pun sangat terasa, seakan-akan penulis berbicara langsung dan berhadap-hadapan dengan pembaca. Sehingga bahasa yang ditampilkan banyak menggunakan kalimat perintah atau kalimat larangan langsung.

Sayyid ‘Abd al-Wahab as-Sya’rani dalam kitab ini menyebutkan beberapa pendapat ulama dan ahli sufi dari masa-masa klasik. Dan juga disebutkan didalamnya hadits-hadits dan ayat-ayat yang menjadi argumen untuk mendukung teori-teori yang diangkat dalam kitab ini. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pemahaman pembaca dan mempermudah bagi pembaca untuk memahami tujuan dari ditulisnya di kitab ini.

Dalam kitab Al-Minah As-Saniyyah disebutkan beberapa tahapan yang harus dijalani salik untuk menaiki tangga spiritual. Masing-masing tangga ini memiliki keterkaitan antara anak tangga yang satu dengan anak tangga yang lainnya. Ketika salah satu anak tangga tidak dijalani, maka salik tidak akan sampai pada tujuannya.


💎 ISTIQOMAH DALAM BERTAUBAT.

بسم الله الرحمن الرحيم . الحمد لله الذى فرض التوبة وحرم الإصرار، وأشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له كاتب الأثار، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله صفة الأخيار، صلى الله وسلم عليه وعلى آله وصحبه السادة الأبرار.

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang mewajibkan bertaubat dan mengharamkan menetapi berbuat dosa. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Esa yang tiada sekutu bagi-Nya yang memerintahkan mencatat ‘amal. Dan aku bersaksi bahwa baginda dan Nabi kita Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya yang terpilih. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat sejahtera atas Nabi kita, keluarganya dan para sahabat-sahabatnya yang mulia lagi berbakti.

(وبعد) فهذا تعليق على وصية الشيخ العارف بالله تعالى أبى إسحاق إبراهيم المتبولى طيب الله ثراه، وجعل الجنة متقلبه ومثواه، ونفعنا والمسلمين ببركاته، وأعاد علي وعليهم من صالح دعواته، والله تعالى أسأل أن ينفع به وأن يجعله خالصا لوجهه، إنه على كل شيء قدير.

Kitab kecil ini merupakan catatan kaki (Sayyid ‘Abdul Wahhab As-Sya’rani) tentang wasiat tuan guru yang ma’rifat billahi Ta’ala yaitu Syaikh Abu Ishaq Ibrahim Al-Matbuliy. Semoga Allah mengharumkan kuburannya, menjadikan surga sebagai tempat kembali dan tempat tinggalnya, memberikan manfa’at kepada kami dan kaum muslimin lantaran barakahnya, dan melimpahkan kepadaku juga kepada mereka kebaikan do’a - do’anya. Hanya kepada Allah sajalah aku memohon agar Dia senantiasa menjadikan buku kecil ini buku yang bermanfa’at yang murni hanya karena mengharapkan ridho-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

(اول الوصية : عَلَيْكَ أَيُّهَا الْأَخُ بِالْإِسْتِقَامَةِ فِى التَّوْبَةِ)

“Wahai saudaraku! Hendaklah engkau senantiasa istiqamah dalam bertaubat”

التوبة فى اللغة الرجوع، يقال  : تاب، اى رجع، وفى الشرع : الرجوع عما كان مذموما فى الشرع إلى ما هو محمود فى الشرع،

Taubat, menurut bahasa adalah ; Kembali secara umum. Sedangkan taubat menurut Syara’ yaitu ; Kembali dari perbuatan yang tercela kepada perbuatan yang terpuji.

ولها بداية ونهاية،

Taubat memiliki tahap permulaan dan puncak.

فبدايتها التوبة من الكبائر، ثم الصغائر، ثم المكروهات، ثم من خلاف الأولى، ثم من رؤيته الحسنات، ثم من رؤيته أنه صار معدودا من فقراء الزمان، ثم من رؤيته أنه صدق فى التوبة، ثم من كل خاطر يخطر له فى غير مرضاة الله تعالى.

Permulaan taubat yaitu ; Bertaubat dari dosa-dosa besar, kemudian dari dosa-dosa kecil, dari perkara makruh, dari perbuatan yang berlawanan dengan yang lebih utama, dari anggapan bahwa dirinya termasuk orang yang baik, dari anggapan bahwa dirinya telah menjadi Kekasih Allah, dari anggapan bahwa dirinya telah benar dalam bertaubat, dan selanjutnya bertaubat dari segala bisikan hati yang tidak diridlai Allah Ta’ala.

وأما نهايتها فالتوبة كلما غفل عن شهود ربه تعالى طرفة عين.

Sedangkan puncaknya yaitu ; Bertaubat setiap kali lupa dari bermusyahadah atau bahkan lupa dalam mengingat kepada Allah walau sekejap.

وذكر المحققون من أهل الطريق أن من ندم على ذنبه واعتىرف به فقد صحت توبته، لأن الله تعالى لم يقص علينا فى توبة أبينا السيد آدم عليه الصلاة والسلام إلا الإقتراف والندم، فلو كان ثم أمر زائد لقصه علينا.

‘Ulama’ ahli tahqiq dari kalangan penempuh jalan menuju Allah mengemukakan bahwa ; Barangsiapa yang menyesal atas dosa-dosanya dan mengakui kesalahan yang telah dilakukannya, maka taubatnya dianggap sah, karena Allah ta’ala tidak mengisahkan kepada kita tentang taubatnya bapak kita Nabi Adam ‘Alaihissalam kecuali pengakuan dan penyesalan, sebab bilamana ada yang lain dari itu, niscaya Allah pasti mengisahkannya kepada kita.

وقول العلماء : أن من شرط التوبة الإقلاع، والعزم أن لا يعود: إنما أخذوه بطريق الإستنباط، إذ النادم على شيء من لوازمه الإقلاع، والعزم أن لا يعود،

Sedangkan pernyataan para ‘Ulama yang mengatakan bahwa ; “Syarat taubat yaitu harus berhenti dan bermaksud kuat untuk tidak mengulangi kembali”, hal itu mereka kemukakan berdasarkan hasil istinbath, sebab orang yang menyesali perbuatan nya dapat dipastikan akan berhenti dan bermaksud kuat untuk tidak mengulangi kesalahannya kembali.

ومعلوم أن بالتوبة تغفر حقوق الله تعالى وظلم العبد لنفسه بارتكاب المعاصى، دون الشرك بالله تعالى وإن كان هو يرجع الى ظلم النفس ايضا، ودون حقوق الخلق من مال وعرض، وسيأتى الكلام عليهما إن شاء الله تعالى،

Dan sudah maklum bahwa dengan taubat yang benar, segala dosa akan diampuni, baik yang berhubungan dengan Allah Ta’ala, maupun kedzoliman seorang hamba terhadap diri sendiri dengan melakukan kemaksiatan selain menyekutukan Allah Ta’ala, walaupun syirik juga termasuk dzolim terhadap diri sendiri, dan selain yang berhubungan dengan sesama manusia yang berupa harta dan kehormatan yang akan dijelaskan nanti insya Allah Ta’ala.

 وبدأ الشيخ بالتوبة لأنها أساس لكل مقام يترقى اليه العبد حتى يموت، فكما أن من لا أرض له لا بناء له، كذلك من لا توبة له فلا حال له ولا مقام.

Syaikh Al-Matbuly mengawali wasiatnya dengan masalah taubat, karena taubat merupakan pondasi bagi setiap kedudukan yang kepada-Nya lah seorang hamba hendak menaiki hingga meninggal dunia. Ibarat orang yang tidak memiliki tanah, ia pun tidak memiliki bangunan, demikian pula dengan orang yang tidak bertaubat, maka baginya tidak ada kedudukan dan derajat.

ومن كلامهم "من أحكم مقام توبته حفظ الله تعالى من سائر الشوائب التى فى الأعمال" فهى نظير مقام الزهد فى الدنيا يحفظه صاحبه من سائر ما يحجب عن الحق تعالى،

Para ‘ulama’ menyatakan ; “Barangsiapa yang memperkuat taubatnya, maka Allah Ta’ala akan menjaganya dari segala kotoran yang mencampuri dan merusak kemurnian ‘amalnya”. Demikianlah kedudukan taubat yang sebanding dengan maqam zuhud terhadap dunia, dimana pelaku zuhud akan dapat menjaganya dari setiap sesuatu yang menghalangi dirinya dari Allah Al Haqq Ta’ala.

وحث على "الإستقامة فى التوبة" لأنه متى ما كان فى التوبة اعوجاج انسحب حكمه فى كل مقام بعده فيصير بناؤه مهلهلا كمن بنى حائطه من اللبن اليابس بغير طين.

Dan Syaikh Al-Matbuliy menganjurkan istiqamah dalam bertaubat, karena ketika terdapat kesalahan dalam bertaubat, semua maqam setelah maqam zuhud akan hilang kekuatannya, maka taubat yang telah dibangunnya menjadi hancur, demikian itu bagaikan seseorang yang membangun sebuah bangunan hanya berupa susunan bata tanpa perekat.

قال سيدى محمد ابن عنان رحمه الله تعالى : من إستقام فى توبته عن المعاصى ارتقى الى التوبة من كل ما لا يعنى، ومن لم يستقم فيها لا يشم من التوبة عن الفضول رائحة، ولا يقدر على رعاية خاطره أبدا، بل تغلب عليه خواطر المعاصى حتى فى صلاته،

Tuanku Muhammad bin ‘Inan rahimahullahu Ta’ala berkata ; Barangsiapa yang istiqamah dalam bertaubat dari segala bentuk kemaksiatan, maka ia akan dapat menaiki tingkatan bertaubat dari semua perkara yang tidak berfaidah, dan barangsiapa yang tidak istiqomah dalam bertaubat, maka ia tidak akan dapat mencium aroma yang keluar dari taubatnya, dan selama-lamanya ia tidak akan mampu menjaga bisikan hatinya, bahkan bisikan-bisikan maksiat akan selalu memperdaya nya hingga di dalam shalatnya.

وتأمل قوله تعالى للمعصوم الأكبر صلى الله عليه وسلم : "فاستقم كما أمرت ومن تاب معك"

Renungkanlah firman Allah kepada Nabi agung yang ma’shum shallallahu ‘alaihi wasallam ; “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat bersamamu”. (Qs. Hud 112).

فأمره الله تعالى بالإستقامة فى التوبة، ومن تاب معه من جميع أتباعه وأمته"

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada Nabi, orang yang bersama dengannya serta ummatnya agar istiqomah dalam bertaubat.

وقال سيدى على الخواص رحمه الله تعالى : من استقام فى توبته وزهد فى الدنيا فقد انطوى فيه سائر المقامات والأحوال الصالحة.

Tuanku ‘Ali Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Barangsiapa istiqomah dalam taubatnya dan zuhud terhadap harta duniawi, maka ia akan mampu menyelesaikan semua kedudukan dan hal-hal yang baik”.


💎 PERINGATAN.

ينبغى للعبد أن يفتش أعضاءه الظاهرة والباطنة صباحا ومساء هل حفظت حدود الله تعالى التى حدها لها أو تعدت؟ وهل قامت بما امرت به من غض البصر وحفظ اللسان والأذن والقلب وغير ذلك على وجه الإخلاص أو لم تقم؟

Bagi seorang hamba hendaknya senantiasa meneliti anggota dzohir dan bathinnya setiap pagi dan sore, apakah seluruh anggotanya telah menjaga peraturan-peraturan Allah Ta’ala atau apakah telah melanggarnya ? Apakah telah menegakkan apa yang diperintahkan Allah Ta’ala yang berupa menundukkan pandangan, menjaga lisan, telinga, hati dan lainnya, atau tidak ?

فإن رأى جارحة من جوارحه أطاعت شكر الله تعالى ولم ير نفسه لذلك، وإن رآها تلطخت بمعصية من المعاصى أخذ فى الندم والإستغفار، ثم يشكر الله تعالى إذا لم يقدر عليه أكثر من تلك المعصية، ولم يبتل جوارحه التى عصت بالأمراض والجراحات والدمامل والقروح، فإن كل عضو استحق نزول البلاء، فاعلم ذلك يا أخى والزم التوبة وابغض الدنيا تبعا لله تعالى فإن الله تعالى لم ينظر اليها منذ خلقها لشدة بغضه لها،

Lalu apabila seorang hamba mendapati salah satu dari beberapa anggotanya telah berbuat ta’at, maka bersyukurlah kepada Allah Ta’ala dan jangan pernah beranggapan bahwa dirinya termasuk orang yang ahli dalam menjalankan keta’atan tersebut. Namun apabila ia mendapati anggotanya berlumuran dosa, maka segeralah menyesalinya dan beristighfar, kemudian bersyukur kepada Allah Ta’ala karena Dia tidak mentakdirkan kepadanya kemaksiatan yang lebih besar, dan tidak menyiksa anggota yang digunakan untuk bermaksiat dengan beberapa penyakit, luka, bisul dan borok. Karena setiap anggota yang digunakan untuk maksiat berhak mendapatkan siksa. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku, tetaplah bertaubat dan benci terhadap dunia karena mengikuti Allah Ta’ala, sebab Allah Ta’ala tidak pernah melihat pada dunia sejak Dia menciptakannya karena sangat benci terhadapnya.

وفى الحديث "حب المال والسرف ينبتان النفاق فى القلب كما ينبت الماء البقل"

Di sebutkan dalam sebuah hadits ; “Cinta harta dan melampaui batas, keduanya dapat menumbuhkan sifat munafiq didalam hati sebagaimana air yang dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan”.

وقد كان أبو عبد الله سفيان الثورى رحمه الله تعالى يقول : لو أن عبدا عبد الله تعالى بجميع المأمورات إلا أنه يحب الدنيا إلا نودي عليه يوم القيامة على رؤس الجميع "ألا إن هذا فلان بن قلان قد أحب ما أبغض الحق تعالى" فيكاد لحم وجهه يسقط.

Dan Abu ‘Abdillah Sufyan Ats-Tsauri rahihullahu Ta’ala berkata ; Sekiranya seorang hamba membaktikan diri kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan segala perintah-Nya, hanya saja ia cinta dunia, maka pada hari kiamat kelak ia akan diumumkan dihadapan seluruh makhluk ; “Ingatlah! Bahwa fulan bin fulan ini adalah orang yang cinta pada apa yang dibenci Allah Al Haq subhanahu wa Ta’ala”, maka hampir daging wajahnya jatuh berguguran.

والمراد بالدنيا ما زاد على الحاجة الشرعية

Yang dimaksud cinta dunia disini yaitu menumpuk-numpuk harta dunia melebihi kebutuhannya secara syar ‘i.

وكان ابو الحسن على بن المزين رحمه الله تعالى يقول : لو زكيتم رجلا حتى جعلتموه صديقا لا يعبأ الحق تعالى به وهو يساكن الدنيا بقلبه،

Abu Al-Hasan ‘Aliy bin Muzayyin berkata ; Seandainya kalian mensucikan seseorang sehingga kalian menjadikannya orang yang paling benar, maka Allah Al Haqq Ta’ala tidak akan perduli dengannya manakala didalam hatinya masih ada setitik rasa cinta dunia.

فقيل  له فإذا ساكنها لأجل إخوانه وعياله وغيرهم من الملازم لينفقها عليهم؟

فقال : دعونا من هذا الزلفات، والله ما هلك من هلك من أهل الطريق الا من حلاوة الغنى فى نفوسهم، والله الذى لا إله إلا هو إنى لأعرف من يدخل عليه عرض الدنيا فيقسمه على حقوق الله تعالى فيصير ذلك مع براءة ساحته حجابا قاطعا له عن الله تعالى،

Beliau ditanya ; Bagaimana bila ia mencintai dunia karena untuk menafkahi saudaranya, keluarganya dan orang-orang yang wajib dinafkahi ? 

Abu Al-Hasan ‘Aly bin Muzayyin menjawab ; Hindarkanlah kami dari kesalahan ini, demi Allah, tidaklah hancur orang-orang yang hancur dari golongan ahli thariqat kecuali karena rasa manisnya kaya harta yang ada didalam hatinya, demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sungguh aku mengetahui orang yang kerasukan cinta terhadap harta dunia yang disalurkan atas dasar memenuhi hak-hak Allah Ta’ala, kemudian bersamaan dengan bebasnya tangung jawab, harta dunia itu menjadi penghalang yang dapat memutuskan dirinya dari Allah Ta’ala.

وكان سيدى أبو الحسن الشالى رحمه الله تعالى يقول : "لا يترقى مريد قط إلا أن صحت له محبة الحق تعالى، ولا يحبه الحق تعالى حتى يبغض الدنيا وأهلها ويزهد فى نعيم الدارين".

Tuanku Abu Al Hasan As-Syadziliy rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Seorang murid sama sekali tidak akan mampu menempuh jalan wushul kepada Allah, kecuali ia benar-benar mencintai Allah Al Haqq Ta’ala, dan tidaklah ia cinta kepada Allah Al Haqq Ta’ala sehingga ia benci terhadap dunia dan orang-orang yang cinta dunia, serta berlaku zuhud terhadap keni’matan dunia”.

وقال أيضا : كل مريد أحب الدنيا فالحق تعالى يكرهه على حسب محبتها له كثرة وقلة، فيجب على المريد أن يرمى الدنيا من يده ومن قلبه أول دخوله فى الطريق، ومتى تلقن على شيخ أو أخذ عليه العهد وهو يميل إلى الدنيا فلا بد أن يرجع من حيث جآء، وترفضه الطريق، فإن أقل أساس يضعه المريد فى الطريق الزهد فى الدنيا، فمن لم يزهد فى الدنيا لا يصح له بناء شيء فى الآخرة.

Beliau (Abu Al Hasan As-Syadziliy rahimahullahu Ta’ala) juga berkata ; “Allah Al-Haqq Ta’ala benci terhadap setiap murid (penempuh jalan menuju Allah) yang cinta dunia sesuai dengan besar dan kecilnya kecintaanya terhadap dunia, karena itu wajib bagi seorang murid untuk mengosongkan harta dunia dari tangan dan hatinya pada saat pertama ia masuk thariqat. Bilamana ia memohon bimbingan kepada seorang guru atau di bai’at, sedang didalam hatinya masih ada rasa cinta terhadap dunia, maka tidak boleh tidak ia akan kembali ke asalnya dari mana ia datang, dan tertolak dari jalan menuju Allah, karena minimal pondasi yang harus ditanamkan oleh seorang murid dalam menempuh jalan menuju Allah adalah berlaku zuhud terhadap dunia, barangsiapa yang tidak berlaku zuhud terhadap dunia, maka ia tidak akan dapat menegakkan bangunan apapun di akhirat”.

وكان سيدى عبد القادر الجيلى رحمه الله تعالى يقول : "من أراد الآخرة فعليه بالزهد فى الدنيا، ومن أراد الله تعالى فعليه بالزهد فى الآخرة".

Tuanku Syaikh ‘Abdul Qodir Al-Jilani rahimahullahu Ta’ala berkata : ”Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan akhirat, maka wajib baginya berlaku zuhud terhadap dunia, dan barangsiapa yang hendak menempuh jalan menuju Allah Ta’ala, maka wajib baginya berlaku zuhud terhadap akhirat”.

وما دام فى قلب العبد شهوة من شهوات الدنيا او لذة من لذاتها من مأكول أو ملبوس أو منكوح أو ولاية أو رياسة أو تدقيق فى فن من فنون العلم الزائد عن الفرض كروا ية الحديث الآن وقرآءة القرآن بالقراآت السبع وكالنحو والفقه والفصاحة، فليس هذا محبا فى الآخرة، إنما هو راغب فى الدنيا تابع لهواه.

Selama dalam hati seorang hamba masih terdapat bermacam-macam keinginan terhadap dunia, atau suatu kenikmatan dari beberpa kenikmatan dunia yang berupa makanan, pakaian, pernikahan, kekuasaan, jabatan atau memperdalam salah satu bidang dari beberapa bidang ‘ilmu yang melebihi batas kewajiban seperti : merawikan hadits pada saat sekarang, membaca Al-Qur’an dengan tujuh macam bacaan, ‘ilmu nahwu, ‘ilmu fiqih dan ‘ilmu balaghoh, maka semua itu bukanlah termasuk orang yang cinta akhirat, melainkan ia adalah orang yang cinta dunia yang menuruti hawa nafsunya.

وكان أبو عبد الله المغربى رحمه الله تعالى يقول : الفقير المجرد عن الدنيا وإن لم يعمل شيأ من أعمال الفضائل أفضل من هؤلاء المتعبدين ومعهم الدنيا، بل ذرة من عمل الفقيء المجرد أفضل من الجبال من أعمال أهل الدنيا.

Abu ‘Abdillah Al-Maghribiy rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Orang faqir harta dunia walaupun ia tidak mengamalkan suatu ‘amal utama apapun, adalah lebih utama daripada mereka orang-orang yang ahli ‘ibadah namun mereka masih ada rasa cinta terhadap dunia, bahkan seberat biji sawi ‘amal orang faqir, lebih utama daripada beberapa gunung ‘amal ahli dunia”.

وكان سيدى أبو المواهب الشاذلى رحمه الله تعالى يقول : "العبادة مع محبة الدنيا شغل قلب وتعب جوارح، فهى وإن كثرت قليلة، وإنما هى كثيرة فى وهم صاحبها، وهى صورة بلا روح واشاح خالية غير حالية"

Tuanku Abu Al-Mawahib As-Syadzily rahimahullahu Ta’ala berkata ; ’Ibadah yang disertai cinta dunia, dapat menyibukkan hati dan melelahkan raga, ‘ibadah seperti itu walaupun banyak, nilainya tidak seberapa, ‘ibadah seperti itu dianggap besar nilainya hanya menurut dugaan pelakunya saja, ‘ibadah seperti itu laksana gambar yang tidak memiliki ruh, bagaikan raga yang kosong tiada bernilai”.

ولهذا ترى كثيرا من أرباب الدنيا يصومون كثيرا، ويصلون كثيرا، ويحجون كثيرا، وليس لهم نور الزهاد، ولا حلاوة العبادة،

Karena itu, engkau menyaksikan banyak sekali orang-orang berharta yang rajin berpuasa, shalat dan hajji, namun mereka sama sekali tidak memiliki cahaya zuhud dan tidak pernah merasakan manisnya ‘ibadah.

وحقيقة الزهد هو ترك الميل إليها بالمحبة، لا بخلو اليد من الدنيا لعدم نهى الشارع عن التجارة وعن عمل الحرف، ولا قائل بذلك، وإنما درج جمهور الصحابة والتابعين عن حلو اليد من الدنيا ليقتدى بهم المحجوبون عن مشاهدة الأكابر، فلذلك أظهروا لهم الزهد فى الدنيا بخلو اليد ونهوهم عن التبسط فى الدنيا خوفا عليهم أن يدخلوا فى محبتها فلا يهتدون بعد ذلك للخروج عن حبها والمزاحمة عليها، فإن الكاملين لا يشغلهم عن الله تعالى شيء فى الكونين بخلاف القاصرين،

Hakikat zuhud yaitu ; Menjauhkan hati dari merasa senang terhadap harta dunia, bukan berarti benar-benar mengosongkan tangan dari harta dunia, karena tidak adanya larangan dari  pembawa syari’at untuk berniaga dan berprofesi, dan tidak seorang ‘ulama’ pun yang menyatakan demikian itu. Hanyasaja pada kalangan mayoritas shahabat dan tabi’in telah berlaku mengosongkan tangan dari dunia dengan tujuan agar jejak mereka di ikuti oleh orang-orang yang terhalang dari bermusyahadah dengan orang-orang agung. Karena itulah para shahabat dan tabi’in menampakkan kepada mereka sikap zuhud terhadap dunia dengan mengosongkan tangan dan melarang mereka hidup bergelimang harta dunia karena hawatir akan terjebak cinta dunia hingga mereka tidak mendapatkan petunjuk untuk lepas dari rasa cintanya dan berlomba-lomba mendapatkan harta dunia. Sesungguhnya orang-orang yang sempurna tidak tersibukkan dari Allah Ta’ala oleh sesuatu pun perihal dunia maupun di akhirat, berbeda dengan orang awam.

فسلم يا أخى لكل من تراه متجملا بالثياب من القوم إلا إن خفت على أتباعه أن يتبعوه مع الجهل بمقصده، فلك أن تنهاه عن ذلك خوفا عن تلامذه، أو تأمره بأن يقول لهم لا تقتدوا بى فى حسن الملابس والمناكح والمراكب فإن هذا ليس لكم الآن، هذا إن وجد ذلك من مال حلال وإلا فالإنكار على ذلك الشيخ واجب فافهم،

Maka hormatlah wahai saudaraku kepada orang-orang besar yang engkau lihat berpakaian mewah, kecuali apabila engkau menghawatirkan pengikut-pengikutnya akan mengikuti jejaknya tanpa mengetahui maksudnya, maka hendaknya engkau melarangnya dari hal itu karena hawatir pada murid-muridnya, atau engkau menyuruhnya untuk berkata pada murid-muridnya ; “Janganlah kalian mengikutiku dalam masalah berpakaian mewah, pernikahan dan kendaraan, karena itu semua bukanlah untukmu saat ini”. Demikian itu apabila hal tersebut hasil dari harta halal, jika dari harta haram, maka inkar terhadap guru itu adalah wajib. Fahamilah itu!.

ثم لا يخفى ان الزاهدين ما زهدوا حقيقة إلا فى ما لم يقسم، وأما ما قسم لهم فلا يصح لأحد الزهد فيه بأن يتركه، وإنما الزهد فيه يكون بترك الميل إليه عادة بحيث لا يبخل به عن مستحقه ولا يشتغل به عن ربه فاعلم ذلك يا أخى.

Kini tidak diragukan lagi bahwa orang-orang yang zuhud itu hakikatnya tidaklah zuhud kecuali terhadap perkara yang belum dibagikannya, sedangkan zuhud dengan meninggalkan perkara yang telah dibagikan kepada mereka, maka zuhudnya tidak sah, karena zuhud dalam hal itu hanya berupa meninggalkan condongnya hati kepadanya sehingga ia tidak kikir terhadap orang yang berhak untuk mendapatkannya dan tidak tersibukkan olehnya dari ber’ibadah kepada Tuhannya. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!...


💎 MENINGGALKAN PERKARA MUBAH.

(وَاتْرُكِ الْمُبَاحَاتِ طَلَبًا لَتَرَقِّى الْمَقَامَاتِ الْعَلِيَّةِ)

“Dan tinggalkanlah olehmu perkara mubah karena untuk meraih derajat yang luhur”

قال سيدى على المرصفى رحمه الله تعالى : "لايصح لمريد قدم فى الإرادة حتى يترك فعل المباحات ويجعل مكان كل مباح تركه مأمورا شرعيا من مندوب أو أولى ويجتنب المباح كأنه منهي عنه كراهة تنزيه"

Tuanku ‘Aliy Al-Murshifiy rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Tidak sah bagi seorang murid (orang yang mengharapkan) derajat luhur hingga ia meninggalkan perkara mubah dan mengganti kedudukan setiap perkara mubah yang ditinggalkannya dengan perkara yang diperintah syara’ berupa kesunnatan atau ‘amal yang lebih utama, serta menjauh dari perkara mubah seolah-olah hal itu merupakan larangan berupa makruh tanzih”.

وقد أجمعوا على أن كل من مهد لنفسه ارتكاب الرخص دون العزائم لا يجيء منه شيء فى الطريق.

Para ‘ulama’ sepakat bahwa setiap orang yang mempersiapkan dirinya untuk menempuh jalan rukhshah (yang ringan) bukan yang berat, hendaknya tidak ada suatu pun yang datang di tengah-tengah perjalanannya menuju Allah.

وقال سيدى على الخواص رحمه الله تعالى : ما جعل الله تعالى المباح إلا تنفيسا لبنى آدم عليه الصلاة والسلام من مشقة التكليف حين ركب الله تعالى فى ذواتهم الملل من التكاليف، ولو أن الله تعالى لم يركب فى ذواتهم الملل لم يشرع لهم المباح كما فعل بالملائكة لأنهم لايعرفون الملل طعما، فلذلك كانوا يسبحون الليل والنهار (لَا يَفْتُرُوْنَ)،

Tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Allah Ta’ala tidaklah menjadikan perkara mubah kecuali untuk memberi kemurahan bagi anak Adam ‘alaihissalam dari beratnya beban dikala Allah Ta’ala meletakkan rasa bosan pada diri mereka dari beberapa beban. Seandainya Allah Ta’ala tidak meletakkan rasa bosan pada diri mereka, tentu Dia tidak akan memberlakukan hukum mubah kepada mereka sebagaimana apa yang berlaku bagi para malaikat, karena mereka tidak pernah mengenal bosan, dan karena itulah mereka sentiasa bertasbih siang dan malam tanpa henti”.

قال ولما كان القوم من شأنهم الأخذ بالعزائم دون الرخص طلبا للترقى كما هو معلوم من أحوالهم طلبوا من المريدين العمل على تقليل المباحات جهدهم ويجعلون مكان ذلك طاعة يثابون عليها،

‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala berkata ; Ketika para ‘ulama’ memilih menempuh jalan yang berat, bukan yang ringan demi menggapai derajat luhur sebagaimana hal itu dapat diketahui dari keadaan mereka, mereka pun menuntut murid-muridnya untuk beramal mengurangi pekerjaan mubah semampu mereka dan menggantinya dengan keta’atan sehingga mereka mendapatkan pahala atasnya.

فإن لم يجدوا طاعة نووا بالمباح من أكل وكلام خيرا كالتقوى على العبادات بأكل تلك الشهوة وزوال العبوسة بمباسطة اخوانهم ببعض كلامهم ونحو ذلك، وأخذوا المريد بالنوم من غير ضرورة، وبالأكل من غير جوع، وبالكلام من غير حاجة، وبمخالطة الناس ألا لضرورة، فأرادوا أن يثاب مريدهم ثواب الواجبات فى سائر أحواله، فيأكل حين يجب عليه الأكل، ويتكلم حين يجب عليه الكلام مثلا، فإن نزل على ذلك فلا ينزل عن الإستحباب، فيأكل حين يستحب الأكل، ويتكلم حين يستحب الكلام،

Lalu apabila mereka tidak menemukan ketaatan (sebagai gantinya), mereka berniat dalam mengerjakan pekerjaan mubah seperti makan dan berbicara dengan niyat yang baik, seperti mencari kekuatan untuk ‘ibadah dengan makan makanan yang di senangi, atau menghilangkan sikap cemberut dengan membahagiakan saudara-saudara mereka dengan sebagian pembicaraan dan lain sebagainya. Dan mereka menekankan kepada murid-muridnya untuk tidak tidur kecuali dalam keadaan darurat, tidak makan kecuali bila telah lapar, tidak berbicara kecuali bila dibutuhkan dan tidak bergaul dengan orang-orang kecuali terpaksa. Karena mereka berharap agar murid-muridnya mendapatkan pahala seperti pahala mengerjakan kewajiban di dalam setiap langkah-langkahnya. Misalnya, para murid baru boleh makan bila tiba saatnya wajib makan dan boleh berbicara bila tiba saatnya wajib bicara. Sebab jika merosot dari perkara wajib, tidak sampai merosot dari perkara sunnat, hingga akhirnya mereka makan bila tiba saat disunnatkannya makan dan berbicara bila tiba saat disunnatkannya berbicara.

وكذلك آخذوا المريد بالنسيان وبالاحتلام ويمد الرجل فى ليل او نهار إلا لحاجة، وآخذوه بالخواطر ولو لم تستقر، وآخذوه بأكل الشهوات المباحات لكونها توقف على الترقى.

Demikian pula, mereka menekankan kepada murid-muridnya agar lupa makan, tidak mimpi basah dan tidak menjulurkan kakinya diwaktu siang atau malam hari kecuali karena ada hajat. Menekankan kepada mereka agar mengendalikan bisikan hati walaupun belum bisa terarah, dan menekankan kepada mereka agar tidak makan makanan mubah yang disenangi, karena hal itu dapat menghentikan perjalanannya menuju derajat luhur.

وفى زبور السيد داود عليه السلام : "يا داود حذر وأنذر قومك عن أكل الشهوات، فإن قلوب أهل الشهوات محجوبة عنى"

Didalam kitab Zaburnya Nabi Dawud ‘alaihissalam difirmankan ; “Wahai Dawud! Peringatkanlah dan takut-takutilah kaummu dari makan makanan yang disenangi, karena sesungguhnya orang yang ahli menuruti kesenangan hatinya akan terhalang dari-Ku”.

وكما أن أكل الشهوات يطرد العبد عن حضرة الله تعالى فكذلك مد الرجل من غير حاجة بجامع سوء الأدب.

Sebagaimana halnya makan makanan yang disenangi dapat menjauhkan seorang hamba dari hadirat Allah Ta’ala, demikian pula menjulurkan kaki dengan segala adab yang buruk tanpa ada hajat.

وقال أيضا : لايبلغ  المريد مقام الصدق  حتى يزيد فى تعظيم أمر الله تعالى ونهيه فيفعل المندوب كأنه واجب، ويجتنب المكروه كأنه حرام، ويجتنب الحرام كأنه كفر وينوى بجميع المباحات خيرا ليثاب على ذلك، فينوى بالنوم فى القيلولة التقوى على قيام الليل، ويتناول بعض الشهوات لمداواة نفسه إذا نفرت من العبادات بالكلية، فإن لسان حال النفس يقول لصاحبها : كن معى فى بعض اغراضى وإلا صرعتك، وكذلك ينوى بلباس الثياب الفاخرة إظهار نعمة الله تعالى دون الحظوظ النفسانية، وكذلك يأكل الزائد من الطعام البارد الحلو من الشراب لأجل استجابة أعضائه ليشكر الله تعالى بعزم،

Dan tuanku ‘Aliy Al-Khowwash juga berkata ; Seorang murid (penempuh jalan menuju Allah Ta’ala) tidak akan sampai pada maqam shiddiq hingga ia memperbesar rasa mengagungkan perintah dan larangan Allah Ta’ala, lalu menjalankan kesunnatan seolah-olah itu adalah kewajiban, meninggalkan kemakruhan seolah-olah itu adalah keharaman dan menjauhi keharaman seolah-olah itu adalah kekufuran. Dan berniat dalam segala perbuatan mubah dengan niat yang baik agar mendapatkan pahala atas hal tersebut, seperti tidur diwaktu tengah hari dengan niat untuk mencari kekuatan ‘ibadah di malam hari, dan memenuhi sebagian keinginan hati karena untuk mengobati nafsunya ketika enggan beribadah secara keseluruhan, karena sesungguhnya lisan nafsu berkata kepada tuannya ; “Patuhlah engkau kepadaku didalam memenuhi sebagian keinginanku, sebab bila tidak aku akan membantingmu”. Begitu pula dengan mengenakan pakaian indah, hendaknya berniyat karena menampakkan ni’mat Allah Ta’ala, bukan karena menuruti hawa nafsu, dan juga dengan makan makanan enak, minum minuman manis dan segar hendaknya diniyati karena untuk memenuhi kebutuhan raganya agar dapat bersyukur kepada Allah Ta’ala dengan kokoh.

وقد كان أبو الحسن الشاذلى رحمه الله تعالى يقول لأصحابه :"كلوا من أطيب الطعام واشربوا من ألذ الشراب وناموا على أوطاء الفراش والبسوا ألين الثياب فإن أحدكم إذا فعل ذلك وقال الحمد لله يستجيب كل عضو فيه للشكر، بخلاف ما إذا أكل خبز الشعير بالملح ولبس العباءة ونام على الأرض وشرب الماء المالح السخن وقال الحمد لله فإنه يقول ذلك وعنده اشمئزاز وبعض سخط على مقدور الله تعالى، ولو أنه نظر بعين البصيرة  لوجد الاشمئزاز والسخط الذى عنده يرحج فى الإثم على من تمتع بالدنيا بيقين، فإن المتمتع بالدنيا  فعل ما أباحه الحق تعالى، ومن كان عنده اشمئزاز وسخط فقد فعل ما حرمه الحق عز وجل" وافعل ذلك يا أخى.

Abu Al-Hasan As-Syadzili rahimahullahu Ta’ala berkata kepada murid-muridnya ; “Makanlah oleh kalian makanan yang paling lezat, minumlah minuman yang paling ni’mat, tidurlah diatas alas tidur yang paling halus dan pakailah pakaian yang paling lembut, karena apabila salah seorang dari kalian melakukan hal itu dan mengucapkan “Alhamdulillah”, maka seluruh tubuh akan menjawab karena bersyukur. Berbeda dengan orang yang makan roti gandum dengan garam, memakai pakaian kasar, tidur beralaskan tanah, minum air tawar yang dimasak dan mengucapkan “Alhamdulillah”, maka sesungguhnya ia mengucapkan Alhamdulillah, namun jiwanya merasa, muak dan marah atas apa yang telah ditaqdirkan Allah Ta’ala. Seandainya ia dapat melihat dengan mata bathinnya, tentu ia akan menemukan sikap jiwanya yang muak dan marah itu, yang mana hal tersebut lebih berdosa daripada orang yang murni bersenang-senang dengan keni’matan dunia, karena orang yang bersenang-senang dengan keni’matan dunia masih tergolong melakukan sesuatu yang dimubahkan Allah Al Haqq Ta’ala, sedangkan orang yang jiwanya merasa muak dan marah, sungguh ia telah melakukan perkara yang diharamkan oleh Allah Al-Haqq ‘Azza wa Jalla”.

Kerjakannlah qaul itu wahai saudaraku!.


💎 TIDAK MENYAKITI ORANG LAIN.

“Hindarilah olehmu menyakiti orang lain”

Karena sesungguhnya ia termasuk racun yang mematikan.

قال الإمام سهل رحمه الله تعالى : "إنما حجب الخلق عن الوصول ومشاهدة الملكوت بشيئين : سوء الطعمة، وأذى الخلق"

Imam Sahl rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Sesungguhnya terhijabnya seseorang dari wushul (sampai) ke hadirat Allah Ta’ala dan menyaksikan beberapa kajaiban kerajaan langit disebabkan oleh dua hal yaitu ; Makanan kotor dan menyakiti orang lain”.

وقال أيضا : "أصولنا سبعة : التمسك بكتاب الله تعالى، والإقتداء بسيدنا رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأكل الحلال، واجتناب المعاصى، والتوبة، وأداء الحقوق، وكف الأذى،

Dan Imam Sahl rahimahullahu Ta’ala juga berkata ; Pedoman kami didalam menempuh jalan menuju Allah Ta’ala ada tujuh, yakni :

√. Berpegang teguh dengan kitab Allah Ta’ala

√. Mengikuti sunnah junjungan kami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

√. Makan makanan yang halal.

√. Menjauhi perbuatan maksiyat.

√. Bertaubat.

√. Melaksanakan segala kewajiban.

√. Menahan diri dari menyakiti orang lain.

وهو على نوعين : أحدهما كف الأذى الجوارح الظاهرة، ثانيهما كف القلب عما يخطر فيه من سوء الظن بالناس فإنه من السموم القاتلة ولا يشعر به كل أحد، لاسيما سوء الظن بالأولياء والعلماء وحملة القرآن.

Menahan diri dari menyakiti orang lain pun ada dua, yakni :

√. Menahan diri dari menyakiti angota dzohir.

√. Menahan diri dari bisikan hati yang berupa buruk sangka kepada orang lain.

Sesungguhnya hal itu termasuk racun yang mematikan yang tidak dimengerti oleh setiap orang, apalagi buruk sangka pada para para wali Allah, ‘ulama’ dan orang-orang hafal Al-Qur an.

وفى وصية سيدى على بن وفا رحمه الله تعالى : "إياكم أيها المريدون أن تقعوا فى حق أحد من أقران شيخكم فإن لحوم الأولياء سم ولو لم يؤاخذوكم، وإياكم ثم إياكم من الإستهانة بغيبة أحد ولو لم تبلغه تلك الغيبة بل خافوا منها أكثر مما تخافون إذا بلغته فإنه وليه الله تعالى" فاعلم ذلك يا أخى.

Dalam wasiat tuanku ‘Aliy bin Wafa rahimahullahu Ta’ala disebutkan ; “Waspadalah kalian wahai orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah Ta’ala akan hak seseorang dari kawan guru-guru kalian (para auliya’), karena sesungguhnya daging para kekasih Allah itu adalah racun, sekalipun mereka tidak mengambil tindakan apapun terhadap kalian. Waspadalah kalian, dan waspadalah kalian dari menganggap remeh menggunjing seseorang walupun gunjinganmu tidak sampai kepadanya, bahkan takutlah kalian dari menggunjing lebih tukut dari apa yang paling mereka takuti apabila gunjimganmu sampai kepadanya, karena sesungguhnya Allah Ta’ala mengasihinya”. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


💎 MENJAGA DIRI DARI MAKANAN TIDAK HALAL.

“Jauhilah olehmu makan makanan yang tidak halal”

فإن أكل غير الحلال يقسى القلب ويظلمه ويحجبه عن دخول حضرة الله تعالى ويخلق الثياب.

Karena sesungguhnya makan makanan yang tidak halal itu dapat mengeraskan hati, menggelapkan hati, menghalangi hati dari menembus pintu hadirat Allah Ta’ala, dan merapuhkan pakaian.

قال الإمام أبو حنيفة رحمه الله تعالى : "لو أن عبدا عبد الله تعالى حتى صار مثل هذه السارية ثم أنه لم يدر ما يدخل جوفه أ حلال أم حرام ما تقبل منه"

Imam Abu Hanifah rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Seandainya seorang hamba beribadah kepada Allah Ta’ala hingga ia menjadi tegak laksana tonggak ini, namun ia tidak menyadari apa yang masuk kedalam perutnya, apakah halal atau haram, maka ‘ibadahnya tidak diterima”.

وقال أبو إسحاق إبراهم بن أدهم رحمه الله تعالى : "أطيب مطعمك وما عليك بعد ذلك أن لا تصوم النهار ولا تقوم الليل" يعني نفلا .

Abu Ishaq Ibrahim bin Adham rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Bersihkanlah makananmu (dari yang tidak halal), setelah itu tidak ada lagi beban bagimu, tidak harus berpuasa di siang hari dan tidak harus ‘ibadah di malam hari”. yakni ‘ibadah sunnat.

وقال أبو بكر الترمذى رحمه الله تعالى : "ما منع القوم من الوصول إلا الاستدلال بغير الدليل، والركض فى الطريق على حد الشهوة، وأكل الحرام والشبهات"

Abu Bakar At-Turmudzi rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Tidak sesuatupun yang menghalangi seseorang untuk sampai ke hadirat Allah Ta’ala kecuali dengan 3 perkara, yaitu :

√. Berdalil dengan yang bukan dalilnya.

√. Tergesa-gesa di dalam menempuh jalan menuju Allah karena menuruti hawa nafsunya.

√. Makan makanan haram dan syubhat”.

وقال الإمام سهل رحمه الله تعالى : "من لم يكن مطعمه من حلال لم يكشف عن قلبه حجاب وتسارعت اليه العقوبات ولا تنفعه صلاته ولا صيامه ولا صدقته"

Imam Sahl rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Barangsiapa yang makanannya tidak berasal dari barang halal, maka tidaklah tersingkap dari hatinya suatu hijab pun, dan mempercepat datangnya siksa kepadanya, dan tidaklah mermanfa’at baginya shalat, puasa serta shadaqahnya”.

وقال الإمام سفيان رحمه الله تعالى : "عليكم بأكل الحلال، وإياكم وأكل الحرام فإنى كنت وأنا آكل الحلال أقرأ الآية فيفتح لى سبعون بابا من العلم فلما أكلت من طعام من لا يتورع صرت أقرأ الآية وأرددها فلا يفتح لى باب واحد"

Imam Sufyan rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Hendaklah kalian senantiasa makan makanan halal, dan janganlah sekali-kali kalian makan makanan haram, karena sesungguhnya aku yang senantiasa makan makanan halal, apabila membaca Al-Qur an, maka terbukalah bagiku 70 pintu ‘ilmu, namun ketika aku makan makanan orang yang tidak wira’i, apabila aku membaca Al-Qur an hingga aku mengulang-ulangnya, maka tidak satu ‘ilmupun yang terbuka bagiku”.

وقال الشيخ على الشاذلى رحمه الله تعالى : "من أكل الحلال لان قلبه ورق ونار وقل نومه ولم يحجب عن حضرة الله تعالى، ومن أكل غير الحلال قسا قلبه وغلظ وأظلم ويحجب عن حضرة الله تعالى وكثر نومه،

Syaikh ‘Aliy As-Sydziliy rahimahullahu Ta’ala berkata : “Barangsiapa makan makanan halal, maka hatinya akan menjadi lunak, lembut, bersinar terang, tidurnya sedikit, dan tidak terhijab dari hadirat Allah Ta’ala. Tapi barangsiapa makan makanan selain yang halal, maka hatinya akan menjadi keras, kasar, semakin gelap, terhijab dari hadirat Allah Ta’ala, dan banyak tidurnya”.

وذلك من جملة رحمة الله تعالى، لأن أكل غير الحلال يحرك الأعضاء للمعاصى، فيطلب كل عضو منه أن يعصى فيتفضل الله تعالى عليه بالنوم ليريحه من المعاصى كما أنه يتفضل على الطائع بأكل الحلال ليقيمه بين يديه ليلا ونهارا .

Banyak tidur termasuk sebagian dari rahmat Allah Ta’ala. Karena makan makanan selain yang halal dapat membangkitkan anggota tubuh untuk berbuat maksiat, hingga seluruh tubuh menuntutnya untuk bermaksiat, kemudian Allah memberi anugerah kepadanya berupa tidur agar ia dapat istirahat dari perbuatan maksiat. Demikian itu sebagaimana halnya Allah memberi anugerah kepada orang yang ta’at berupa makan makanan halal agar dapat menegakkan ‘ibadah kepada-Nya siang dan malam.

وقال سيدى على الخواص رحمه الله تعالى : "من أكل الحرام وأطال العبادة فهو كالحمام الذى رقد على بيض فاسد فهو يتعب نفسه فى طول المقام ثم لا يفرخ شيئا بل يخرج مذرا،

Tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Barangsiapa yang makan makanan haram dan ia memperbanyak ‘ibadah, maka ia bagaikan merpati yang mengerami telur busuk, ia mempersulit dirinya sendiri diam lama ditempat itu, sementara tidak satu butir telurpun yang dapat menetas, bahkan mengeluarkan bau busuk.

ومن مفسد أكل الحرام استحاله نارا فيذهب شجية الفكر، ولذة الذكر ويحرق نبات إخلاص النيات ويعمى البصر، ويظلم البصر ويوهن الدين والبدن والعقل ويورث الغفلة والنسيان ويمنع من ذوقان الحكم والمعارف،وأطال فى ذلك، ثم قال : "وبالجملة فجميع المعاصى التى يفعلها العبد إنما سببها أكل الحرام، فمن أكل الحرام وطلب أن يعمل الطاعة فقد رام المحال"

Dan sebagian dari bahayanya makan makanan haram adalah padamnya cahaya hati, hilangnya ketajaman berfikir, menghilangkan ni’matnya berdzikir, membakar tumbuhnya keikhlasan niyat, membutakan mata hati, menggelapkan mata, melemahkan agama, tubuh serta ‘akal fikiran, menyebabkan lalai dan lupa, dan mencegah dari merasakan ni’matnya hikmah, ‘ilmu nafi’ serta ma’rifat billah.

وأطال فى ذلك، ثم قال : "وبالجملة فجميع المعاصى التى يفعلها العبد إنما سببها أكل الحرام، فمن أكل الحرام وطلب أن يعمل الطاعة فقد رام المحال"

Beliau menjelaskan dengan panjang lebar tentang bahayanya makan makanan haram. Lalu beliau (Tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala) berkata ; “Secara global semua perbuatan ma’shiyat yang dilakukan seorang hamba, penyebabnya hanyalah makan makanan haram, karena itu barangsiapa yang makan makanan haram kemudian ia mengerjakan ‘amal keta’atan, maka ia benar-benar mengharapkan hal yang mustahil”.

يجب على من أكل شيئا ثم وجد بعده علامة من علامات الحرام أن يأخذ فى القيء إن أمكنه وإلا أخذ فى التوبة والإستغفار.

(Peringatan) 👇

Wajib bagi orang yang makan seuatu, kemudian ia mendapatkan suatu tanda dari tanda-tanda makanan haram untuk memuntahkannya kalau memang memungkinkan, bila tidak, ia wajib bertaubat dan beristighfar.

ومن العلامات أن يكون للشرع على ذلك الطعام اعتراض من حيث وضع اليد.

Di antara tanda-tanda makanan haram adalah ; Makanan tersebut bertentangan dengan syara’ dari segi cara memperoleh nya.

ومنها وجود الظلمة فى القلب والثقل فى الطبيعة حتى كأن من أكله أكل رصاصا.

Diantaranya ; Wujudnya kegelapan dalam hati dan adanya rasa berat pada tabi’atnya hingga ia bagaikan orang yang makan cor-coran timah.

ومنها أن يقوم من النوم فيمكث ساعة حتى يستيقظ كما يقع لمن يأكل الربا.

Diantaranya ; Bila bangun tidur tidak segera beranjak pergi, tapi diam sesaat lalu bangkit sebagaimana yang terjadi pada orang yang makan riba.

 ومنها أن تلعب النفس فيتقايأه قهرا عليه من غير معالجة.

Dan diantaranya ; Nafsunya akan mempermainkannya hingga ia harus memuntahkannya dengan paksa tanpa bisa di obati.

فاعلم ذلك يا أخى ولا تغفل عن تفتيش هذه اللقمة فإنه العطب ولا تأكل طعام من لا يتورع فى كسبه ولو أنه غضب منك ولا تلتفت اليه ولا لقوله "كسرت خاطرنا"

Ketahuilah hal itu wahai saudaraku! Janganlah engkau lalai dari meneliti setiap suapan makananmu, karena sesungguhnya hal itu akan menghancurkanmu. Dan janganlah engkau makan makanan orang-orang yang tidak wira’i di dalam usahanya, seandainya ia marah kepadamu, janganlah engkau menghiraukannya, dan janganlah engkau memperdulikan perkataan orang yang berkata; “Engkau telah menyakiti perasaanku”.

وهذا الامر قل من يتنبه له من مشايخ هذا العصر، بل بعضهم يأكل من طعام المساكين وإذا لاموه قال : خفت أن أكسر خاطره، وما عبد الحق تعالى بشيء أفضل من جبر الخواطر، وهذا من الجهل بقواعد الشريعة، ولا فرق حينئذ بينه وبين من عزم عليه شخص بأن يشرب معه الخمر، فلو قال : إنما شربت جبرا لخاطره حددناه ولم نقبل منه عذرا وحكمنا بفسقه، فاعلم ذلك يا أخى.

Masalah seperti ini jarang sekali disadari oleh para guru di zaman sekarang, bahkan sebagian dari mereka ada yang makan makanan orang-orang awam, dan apabila orang-orang mencelanya, ia berkata ; “Aku hawatir akan menyakiti perasaannya”. Inilah golongan orang-orang yang bodoh dengan ka’idah-ka’idah agama, ia tidaklah beribadah kepada Allah Ta’ala dengan sesuatu yang lebih utama daripada menghibur perasaan orang lain. Jika demikian, maka hal itu tidak ada bedanya dengan orang yang minum khamr bersama-sama dengan orang yang mangajaknya. Karena itu seandainya ia berkata ; “Aku minum khamr hanya karena menghibur hatinya”, maka kami akan menghukumnya, kami tidak mau menerima alasan apapun darinya, dan kami menghukumnya sebab kefasikannya. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


💎 MENGHINDARI WATAK MALU.

“Hindarilah olehmu rasa malu yang sebangsa watak”

Karena hal itu termasuk sebagian dari kesombongan menurut para ‘ulama’.

وقد أشار سيدى عمر بن الفارض رحمه الله تعالى اليه بقوله :

تمسك بأيال الهوى واخلع الحيا # وخل سبيل الناسكين وإن جلو

Tuanku ‘Umar bin Farid rahimahullahu Ta’ala berkata didalam sya’irnya ;

“Peganglah olehmu ekor hawa nafsu, buanglah rasa malu # berbaurlah di jalan orang-orang ahli ‘ibadah walau berkedudukan tinggi”

(وَهُوَ) اى الحياء الطبيعى (أَنْ يَسْتَحِىَ الشَّخْصُ أَنْ يَذْكُرَ اللهَ تَعَالَى بِرَفْعِ الصّْوتِ) بحضرة الناس، وأكثر من يترك ذلك بحضرة الناس أصحاب الأنفس كالقضاء والمباشرين والشيوخ وغيرهم، فإذا كلف أحدهم أن يذكر الله تعالى بحضرة الناس حصل عنده خجل كأنه ارتكب معصية فمثل هؤلاء يجب عليهم الذكر برفع الصوت حتى يخرجوا عن الكبر،

Yang di maksud malu sebangsa watak ialah ; Seseorang merasa malu untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan suara keras dihadapan orang-orang. Kebanyakan orang yang meninggalkan berdzikir dengan suara keras dihadapan orang-orang adalah orang yang memiliki kemuliaan seperti para qadhi (hakim), orang-orang yang memberikan kegembiraan, para guru dan lain-lainya. Maka apabila salah seorang dari mereka memaksakan diri untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan suara keras dihadapan orang-orang, ia merasa malu seolah-olah ia melakukan kemaksiatan. Mestinya orang-orang seperti mereka harus berdzikir dengan suara keras hingga mereka dapat keluar dar shifat sombong.

وكان سيدى محمد رحمه الله تعالى يأمر أصحابه برفع الصوت بالذكر فى الأسواق والشوارع والمواضع الخربة المهجورة، ويقول "اذكروا الله تعالى فى هذه الأماكن حتى تشهدكم يوم القيامة وتخرقوا ناموس طبع النفس فإنكم فى حجاب ما لم تخرقوه" فاعلم ذلك يا أخى.

Tuanku Syaikh Muhammad rahimahullahu Ta’ala memerintahkan kepada murid-muridnya untuk berdzikir dengan suara yang keras dipasar-pasar, dijalan umum dan ditempat kosong tak berpenghuni. Beliau berkata ; “Berdzikirlah kalian kepada Allah Ta’ala ditempat-tempat seperti ini sehingga tempat-tempat itu menjadi saksi kalian kelak pada hari kiamat, dan bakarlah tirai penghalang yang berupa tabi’at hawa nafsu, karena sesungguhnya kalian akan tetap terhijab selama kalian belum membakarnya”. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


💎 TIDAK CURANG DALAM BEKERJA.

“Hindarilah olehmu kecurangan dalam bekerja”

Karena kecurangan dalam bekerja merupakan perbuatan tercela menurut syara’.

وقد روى مسلم فى صحيحه عن أبى هريرة أن النبى صلى الله عليه وسلم مر فى السوق على صبرة طعام فأدخل يده فيها فنالت بللا، فقال : ما هذا يا صاحب الطعام؟ فقال يا رسول الله أصابته السماء، أفلا جعلته فوق الطعام حتى يراه الناس! ثم قال صلى الله عليه وسلم ، "من غشنا فليس منا"

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Abu Huriarah radliyallahu ‘anhu ; “Bahwa Rasulullah pernah berjalan di pasar melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam makanan tersebut, lantas tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka beliau bertanya; ‘Apa ini wahai pemilik makanan?’. Pemiliknya menjawab ; ‘Wahai Rasulallah, makanan tersebut terkena air hujan’. Beliau bersabda ; ‘Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian atas makanan agar manusia dapat melihatnya. Barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami’.

ومعلوم أن كل إنسان يعرف فى حرفته ما يقع به التقوى وما به يقع الغش.

Dan talah maklum, bahwa setiap manusia pasti mengetahui apa yang terjadi dalam pekerjaannya, apakah taqwa atau kecurangan.

وقد جعل الله تعالى العبد أمينا على نفسه فى حرفته، فإذا غش خان دينه ونفسه والناس أجمعين.

Sungguh Allah Ta’ala menjadikan manusia sebagai hamba yang di percaya atas dirinya sendiri di dalam pekerjaannya, maka apabila curang, berarti ia telah menghianati agamanya, diri sendiri, dan seluruh umat manusia.

وقد قالوا : كل من نصح فى حرفته ولم يعتمد عليها بارك الله له فى رأس ماله من حيث لا يشعر حتى يصير من أوسع الناس مالا، ومن غش حرفته انكشف حاله وتبددت بركته وصار عن قريب يضرب به المثل فى الخمول لأن الله تعالى جعل الفقر فى الغش والبركة فى التقوى،

Para ‘Ulama’ telah berkata ; Setiap orang yang mengharapkan kebaikan dalam pekerjaannya dan tidak menggantungkan diri pada pekerjaannya, maka Allah Ta’ala akan memberkahi modal usahanya dari arah yang tidak ia sadari sehingga ia menjadi orang yang paling kaya harta. Namun sebaliknya, barangsiapa yang curang dalam pekerjaannya, maka Allah akan membongkar kecurangannya, menghilangkan barakahnya dan dalam waktu dekat akan menjadi bahan cemoohan, karena sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan kefakiran dalam kecurangan dan menjadikan berkah dalam ketakwaan.

وقد حث المشايخ سلفا وخلفا على عمل الحرفة تبعا للقرآن العظيم والسنة الشريفة، وأشهدهم فى ذلك السادة الشاذلية، فكان الشيخ أبو الحسن الشاذلى رحمه الله تعالى يقول : "من اكتسب وقام بفرائض ره تعالى عليه فقد كملت مجاهدته"

Para ‘ulama’ baik salaf maupun kholaf sangat menekankan dalam mengerjakan sebuah pekerjaan agar didasari karena mengikuti aturan Al-Qur an yang agung dan sunnah Rasul yang mulia. Dan tuan-tuan guru dari kalangan Syadziliyah telah bersaksi atas anjuran tersebut, maka Syaikh Abu al-Hasan As-Syadzily rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Barangsiapa yang bekerja serta menegakkan apa yang Allah wajibkan atasnya, maka mujahadahnya benar-benar telah sempurna”.

وكان الشيخ أبو العباس المرسي رحمه الله تعالى يقول : "عليكم بالسبب وليجعل أحدكم مكوكه سبحته وقدومه سبحته والسفر سبحته، وقدومه سبحة، والخياطة سبحة، والسفر سبحة".

Syaikh Abul-‘Abbas Al-Mursi rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Berpegang teguhlah kalian dengan sarana, hendaklah salah seorang dari kalian menjadikan takarannya sebagai tasbih, kampaknya sebagai tasbih, menjahitnya sebagai tasbih dan perjalanannya sebagai tasbih”.

وقد أجمع العلماء على أن الكسب واجب وجوبا مؤكدا ملحقا برتبة الإيمان، ومعلوم أن من لا كسب له فهو كالمرأة لا حظ له فى الرجولة.

Para ‘ulama’ sepakat bahwa bekerja hukumnya wajib  mu-akkad, derajatnya disetarakan dengan iman. Yang pasti seorang laki-laki yang pengangguran adalah sama seperti seorang wanita, ia tidak lagi memiliki sifat dasar seorang laki-laki.

وكان صاحب الوصية رحمه الله تعالى يقول : "حكم الفقير الذى لا حرفة له حكم البومة الساكنة فى الخراب، ليس فيها نفع لأحد"

Shahibul wasiat (Syaikh Al-Matbuliy rahimahullahu Ta’ala) berkata ; “Status orang faqir yang pengangguran, sama seperti burung hantu yang tinggal di area reruntuhan, ia tidak bermanfa’at bagi siapapun”.

ولما ظهر رسول الله صلى الله عليه وسلم بالرسالة لم يأمر من أصحابه بترك الحرفة التى بيده بل أقرهم على حرفهم وأمرهم بالنصح فيها.

Dan ketika Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menerima risalah kerasulan, Beliau tidak pernah memerintahkan kepada salah seorang pun dari shahabat-shahabatnya untuk meninggalkan pekerjaan yang ada padanya, bahkan Beliau mendukung atas pekerjaan mereka dan memerintahkan agar mereka berbuat baik dalam pekerjaannya.

وكان قدس الله سره يقول : الكامل من يسلك الناس وهم فى حرفهم لا من يأمرهم بترك الحرفة حتى يسلكهم، فإنه ما من أمر مشروع إلا ويمكن العارف أن يوصل صاحبه إلى حضرة الله تعالى منه، بخلاف الأمور التى لم تشرع.

Syaikh Al-Matbuliy qaddasallahu sirrahu berkata ; “Orang yang sempurna adalah orang yang membimbing orang-orang, sedang mereka tetap barada dalam pekerjaannya, bukan orang yang menyuruh mereka untuk meninggalkan pekerjaannya kemudian diarahkan ke jalan menuju Allah. Karena sesungguhnya tidak ada satu urusan pun yang disyari’atkan (yang dapat menghalangi seseorang dalam menempuh jalan menuju Allah Ta’ala) melainkan seorang yang ma’rifat billah dapat mengantarkan murid-muridnya ke hadirat Allah Ta’ala. Berbeda dengan urusan yang tidak disyari’atkan”.

وكان يقول : المؤمن المحترف أكمل عندى من المجاذيب من مشايخ الزوايا الذين يأكلون بدينهم وليس بيدهم حرفة دنيوية تعفهم عن صدقات الناس وأوساخهم.

Dan beliau Syaikh Al-Matbuliy qaddasallahu sirrahu berkata ; “Orang mukmin yang bekerja lebih sempurna bagiku daripada orang-orang majdzub (orang yang mabuk cinta kepada Allah) dari kalangan guru-guru pondok pesantren, yaitu orang-orang yang makan dari hasil menjual agamanya, sementara mereka tidak memiliki pekerjaan duniawi yang dapat menjaganya dari mengharap sedekah dan kotoran orang-orang”.

وقد أكرم الله تعالى المحترفة بأمور فضلوا بها على المتعبدين من غير حرفة؛

الأول : أن أعمال أحدهم له لكونه يأكل من كسبه لا من صدقات الناس وأوساخهم،

الثانى : عدم دعواه العلم وتكبره على الجاهلين فيشهد حقارة نفسه وتعظيم غيره،

الثالث : سلامته من الشبه العقلية فى الله تعالى وفى رسله وأحكامه،

الرابع : إذا وقع فى معصية يصيريشهد قبحها ولا يرى أنه فعل شيئا يكفرها وغير ذلك.

Sungguh Allah Ta’ala telah memuliakan orang-orang yang bekerja dengan beberapa perkara melebihi orang-orang ahli ‘ibadah yang pengangguran;

√. Sesungguhnya ‘amal salah seorang dari mereka adalah untuk dirinya sendiri, karena ia makan dari hasil pekerjaannya sendiri bukan dari sedekah dan kotoran orang-orang.

√. Tidak adanya pengakuan sebagai orang berilmu, dan tidak adanya kesombongan terhadap orang-orang bodoh, bahkan ia menganggap hina dirinya sendiri dan menganggap mulia kepada orang lain.

√. Selamat dari keraguan yang bersifat akal tentang Allah Ta’ala, Rasul-Nya dan hukum-hukum-Nya.

√. Bila terjerumus dalam kema’shiyatan, ia bersaksi akan keburukannya dan ia tidak pernah menganggap bahwa ia dapat melakukan sesuatu yang dapat menghapus kesalahannya. Dll.

وكان سيدى على الخواص يقول : "عندى أن الذى يأكل من كسبه ولو مكروها كالحجام والقنواتى أحسن من المتعبد الذى يأكل بدينه ويطعمه الناس بصلاحه"

Tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Menurutku orang yang makan dari hasil pekerjaannya sendiri walaupun pekerjaan makruh seperti tukang bekam dan pembuat tombak, adalah lebih baik daripada orang yang ahli ‘ibadah yang makan dari hasil menjual agamanya dan dari pemberian orang-orang lantaran kebaikannya”.

 ثم لا يخفى أن الكسب للتكاثر والتفاخر مذموم شرعا

Namun tidak diragukan lagi bahwa bekerja karena untuk menumpuk-numpuk harta dan untuk berbangga-banggaan adalah tercela dalam Syara’.

وفى الحديث "من طلب الدنيا حلالا مكاثرا مفاخرا لقى الله تعالى وهو عليه غضبان"

Diriwayatkan dalam sebuah hadits; “Barangsiapa mencari harta dunia dengan cara yang halal karena untuk ditumpuk-tumpuknya dan untuk berbangga-banggaan, maka ia akan bertemu Allah Ta’ala sementara Allah murka kepadanya”.

وكان الإمام الشافعى رحمه الله تعالى يقول : "طلب الزيادة من الحلال عقوبة ابتلى الله بها أهل التوحيد" فاعلم ذلك.

Imam As-Syafi’i rahihullahu Ta’ala berkata ; “Mencari tambahan dari perkara halal adalah suatu siksaan yang dengannya Allah menguji ahli tauhid”. Ketahuilah hal itu!.


💎 MENUNDUKKAN NAFSU.

“Tundukkanlah hawa nafsumu”

Ya’ni ajakan nafsu menurut syara’

قال الإمام سهل التسترى رحمه الله تعالى : "أسوأ المعاصى حديث النفس ولعل غالب الناس لا يعدون ذلك ذنبا، وإذا اتقى المريد الإصغاء إلى حديث النفس وكان ملازما للذكر اتقد القلب بالذكر، وصار القلب سرا محفوظا وهناك يبعد عنه الشيطان كل البعد، وتبعد عن العبد الخواطر الشيطانية، ولا يصير معه إلا خواطر نفسانية وحينئذ يسعى فى قطعها وإتقانها بميزان العلم" فاعلم ذلك يا أخى

Imam Sahl At-Tastari rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Seburuk-buruk kemaksiatan adalah bisikan hati (yang mengajak pada keburukan), dan boleh jadi umumnya manusia tidak mengira bahwa itu adalah dosa. Apabila seorang murid menghindar dari mendengarkan bisikan hatinya, dan ia senantiasa berdzikir, maka hatinya akan turut berdzikir, dan hatinya menjadi bahagia serta terjaga. Pada saat itulah syaitan akan menjauh dari hatinya sejauh-jauhnya, bisikan syaitaniyah pun menjauh dari seorang hamba dan tidak ada lagi yang menyertainya kecuali bisikan ruhaniyah. Dan ketika itulah ia akan dapat mematahkan dan menundukkannya dengan neraca ‘ilmu”. Fahamilah hal itu wahai saudaraku!.

وجاهد نفسك (بِالْجُوْعِ) بطريقه الشرعى وهو تقليل الأكل شيئا فشيئا

Dan perangilah hawa nafsumu dengan “Lapar” sesuai dengan aturan syari’at yaitu mengurangi makan sedikit demi sedikit.

وقدم الجوع على غيره لأنه معظم أركان الطريق، ولأنه ليس للنفس فبدايته أمرها شيء أسرع لانقيادها من الجوع، لأنه مذل الملوك فضلا عن غيرهم، ولأنه يحل من الأجزاء الترابية والمائية بقدر ما يكون فيصفو القلب، ولأن باقى الأركان تابع له بالخاصة، ولأن خواطر النفس لا تضعف إلا به.

Pembahasan tentang lapar didahulukan dari lainnya karena Lapar merupakan elemen dasar terpenting dalam menempuh jalan menuju Allah, sebab tidak ada suatupun yang lebih cepat untuk menundukkan nafsu pada tahap permulaannya daripada lapar.

√. Lapar mampu menundukkan kerajaan, selain daripada yang lainnya.

√. Lapar mampu melepaskan beberapa unsur tanah dan air sesuai dengan kemampuan yang ada, maka kemudian hati menjadi bening.

√. Seluruh anggota-anggota lainnya akan tunduk pada lapar secara khusus.

√. Bisikan nafsu tidak dapat ditundukkan kecuali dengan lapar.

وذكر الشيخ محي الدين بن العربى رحمه الله تعالى فى الفتوحات المكية : أن الله تعالى لما خلق النفس قال لها : "من أنا؟" فقالت : "من أنا؟"، فأسكنها فى بحر الجوع ألف سنة، ثم قال تعالى : "من أنا؟" فقالت : "أنت ربى".

Syaikh Muhyiddin ibn Al-‘Arabiy rahimahullahu Ta’ala berkata didalam kitab Futuhat Al-Makkiyah ; “Sesungguhnya Allah Ta’ala, tatkala telah menciptakan nafsu, Allah bertanya kepadanya ; Siapa Aku? Nafsu malah balik bertanya ; Siapa aku ? Maka Allah Ta’ala menempatkan nafsu dalam bahtera lapar selama seribu tahun, kemudian Allah Ta’ala bertanya lagi kepadanya ; Siapa Aku ? Nafsu menjawab ; Engkau adalah Tuhanku”.

وكان الشيخ أبو سليمان الدارانى رحمه الله تعالى يقول : "مفتاح الدنيا الشبع، ومفتاح الآخرة الجوع" يعنى أعمالهما.

Syaikh Abu Sulaiman Ad-Daraniy rahimahullahu Ta’ala barkata ; “Kunci dunia adalah kenyang dan kunci akhirat adalah lapar”. Yakni ‘amal-‘amal dunia dan akhirat.

ولما خلق الدنيا جعل فى الجوع العلم والحكمة، وجعل فى الشبع الجهل والمعصية،

Dan ketika Allah telah menciptakan dunia, Allah menjadikan ‘ilmu dan hikmah ada dalam lapar dan menjadikan bodoh dan ma’shiyat ada dalam kenyang. (Lapar dapat menimbulkan ‘ilmu dan hikmah, sedangkan kenyang dapat menimbulkan kebodohan dan kemaksiatan).

وكان يحى بن معاذ الرازى رحمه الله تعالى يقول : "الشبع نار والشهوة مثل الحطب يتولد منه الإحراق ولا تنطفئ ناره حتى تحرق صاحبها"

Yahya bin Mu’adz Ar-Razi rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Kenyang adalah api dan syahwat bagaikan kayu kering yang darinyalah kebakaran akan muncul, dan api kenyang tidak dapat dipadamkan hingga membakar orangnya”.

وكان سهل بن عبد الله التسترى رحمه الله تعالى يقول : "من أراد أن يأكل فى اليوم مرتين فليبن له (مِعْلَفًا)"،

Sahl bin ‘Abdullah At-Tastary rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Barangsiapa yang berkehendak untuk makan dua kali dalam sehari, hendaklah ia membuat ajang makan seperti layaknya binatang”.

وكان مالك بن دينار رحمه الله تعالى يقول : "من أراد أن يفر الشيطان من ظله فليقهر شهوته"

Malik bin Dinar rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Barang siapa yang hendak mengusir syaitan dari bayang-bayang dirinya, hendaklah ia mampu menundukkan syahwatnya”.

وأقاويل السلف فى ذلك كثيرة فاعلم ذلك يا اخى.

Pernyataan ‘Ulama’ salaf tentang hal-hal seperti itu sangat banyak, maka ketahuilah itu wahai saudaraku!.

وجاهد نفسك بالجوع والسهر المفرطين (وَإِتْعَابِهَا فِى الْأعْمَالِ الشَّاقَةِ) تعذيبا لها لتنقاد لك إذا دعوتها لمرضاة الله تعالى، وذلك لأنها قبل الرياضة تشبه الدابة الحرون، وكالعجل الذى يعلمون الطحين فى الطاحون، فتراهم يجوعونه ويغمون عينيه ويدورونه بالضرب فى الطاحون أو غيرها على الفارغ فلا يزال كذلك حتى يظهر لهم منه كمال الإنقياد فهناك يطعمونه ويفكون الغما عن عينيه. فاعلم ذلك يا أخى.

Perangilah nafsumu dengan lapar dan tidak tidur malam yang melampaui batas, serta melumpuhkan nafsu dengan ‘amal-‘amal yang berat karena untuk menghajarnya agar tunduk kepadamu ketika engkau mengajaknya ke jalan yang diridlai Allah Ta’ala. Karena sebelum dihajar dan dilatih, nafsu itu menyerupai binatang liar, dan seperti anak sapi yang talah mereka latih untuk memutar penggilingan, sebagaimana yang engkau ketahui bahwa pada awalnya mereka membuatnya kelaparan, menutup kedua matanya dan memutar-mutarnya pada penggilingan yang masih kosong atau yang lainnya sambil di pukul. Demikian itu dilakukan secara terus-menerus hingga nampak bagi mereka bahwa ia benar-benar tunduk dengan sempurna. Dan setelah itu, baru mereka memberinya makan dan melepas tutup kedua matanya. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.

لأنه ليس فيه فائدة دنيوية ولا أخروية فهو أخو الموت، وقد عدوا من اتباع الهوى إيثار النوم على قيام الليل فى مثل ليالى الصيف، وذلك دليل على عدم محبة الحق تعالى.

“Dan kurangilah tidur selama hal itu memungkinkan bagimu”

Karena tidur tidak memiliki faidah baik duniawi maupun ukhrawi, dan tidur adalah saudaranya mati. Para ‘ulama’ menyatakan bahwa sebagian dari menuruti hawa nafsu yaitu lebih memilih tidur daripada ‘ibadah di malam hari seperti di malam-malam yang dingin. Dan demikian itu menunjukkan atas tidak adanya rasa cinta kepada Allah Al-Haqq Ta’ala.

وقال "السهر الدائم يذيب الأركان الأربعة ويحلها : الماء، والتراب، والهواء، وانار، وهناك ينظر إلى عالم الملكوت فيشتاق إلى مرضاة الله تعالى"

Shahibul wasiat (Syaikh Al-Matbuliy) rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Tidak tidur malam secara terus menerus dapat menghancurkan dan melepaskan seseorang dari empat unsur pada dirinya, yaitu ; Air, tanah, udara dan api, dan pada saat itulah seseorang dapat melihat alam malakut hingga ia makin cinta pada ridho Allah Ta’ala”.

وكان الشيخ أبو الحسن العزاز رحمه الله تعالى يقول : "بني هذا الأمر على ثلا ثة أشياء : أن لا يأكل إلا عند الفاقة، ولا ينام إلا عند الغلبة، ولا يتكلم إلا عند الضرورة"

Syaikh Abul-Hasan Al-‘Azzaz rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Urusan ini (sampai ke hadirat Allah Ta’ala) dibangun atas tiga hal, yaitu ; Tidak makan kecuali sangat lapar, tidak tidur kecuali sangat mengantuk dan tidak bicara kecuali darurat”.

وكان ابن الحوارى رحمه الله تعالى يقول : "كل مريد لا يكون فيه ثلاث خصال فهو كذاب : ترك المال، والطعام، والمنام، فلا يأخذ من كل واحد إلا بقدر الضرورة، وهناك يصلح لمجالسة الحق تعالى، فما كل ذاكر مجالس". فاعلم ذلك يا أخى.

Ibn Al-Hawari rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Setiap murid (penempuh jalan menuju Allah Ta’ala) yang tidak memiliki tiga pekerti ini adalah omong kosong, yaitub; Meninggalkan harta, makan dan tidur. Dan masing-masing dari tiga pekerti ini hendaknya tidak ia lakukan kecuali sebatas darurat, karena dengan begitu ia akan pantas untuk bermajlis dengan Allah Al-Haqq Ta’ala, sebab tidak setiap orang yang ber’ibadah dapat bermajlis”.

Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


💎 MELAKUKAN UZLAH.

 “Hendaklah engkau senantiasa mengasingkan diri”

Karena di dalam ‘uzlah (mengasingkan diri) terdapat kebaikan dunia dan akhirat.

وقد روى الشيخان عن أبى سعيد الخدرى رضي الله تعالى عنه "أن رجلا قال : أى الناس أفضل يا رسول الله؟ قال رجل يجاهد بنفسه وماله فى سبيل الله تعالى، قال ثم من؟ قال رجل يعتزل فى شعب من الشعاب يعبد ربه"،

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Sa’id Al-khudry radliyallahu Ta’ala ‘anhu ; “Bahwa seorang laki-laki bertanya ; Siapakah orang yang paling utama wahai Rasulallah ? Beliau menjawab ; “Orang yang berjuang dengan jiwa dan hartanya di jalan Allah Ta’ala”. Kemudian siapa lagi ? Tanya laki-laki itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab ; “Seseorang yang menjauh dari keramaian mengasingkan diri di bukit-bukit gunung untuk ‘ibadah kepada Tuhannya”.

وكان السرى رحمه الله تعالى يقول : "من أراد أن يسلم له دينه وأن يستريح بدنه ويقل غمه فليعتزل الناس"،

ويؤيده حديث "ليأتين على الناس زمان لا يسلم لذى دين دينه إلا من فر بدينه من قرية إلى قرية ومن شاهق إلى شاهق ومن حجر إلى حجر كالثعلب الذي يروع"

Syaikh As-Sirriy rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Barangsiapa yang ingin selamat agamanya, ringan bebannya dan sedikit susahnya, hendaklah ia mengasingkan diri dari orang-orang”.

Pernyataan ini diperkuat oleh sebuah hadits; “Akan datang atas manusia suatu masa dimana agama seseorang tidak akan selamat kecuali lari dengan agamanya dari desa ke desa, dari gunung ke gunung, dan dari gua ke gua seperti musang yang sedang bersembunyi”.

وكان الشيخ أبو بكر الوراق رحمه الله يقول : "ما ظهرت الفتنة من عهد السيد آدم عليه الصلاة والسلام إلى وقتنا هذا إلا من الخلطة، ومن جانب الناس كان إلى السلامة أقرب"،

Syaikh Abu Bakar Al-Warraq rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Tidaklah terjadi fitnah sejak zaman Nabi Adam ‘alaihishshalatu wassalam hingga zaman kita ini kecuali karena pergaulan, barangsiapa yang menjauh dari manusia, maka harapan untuk selamat akan lebih besar”.

وقد أجمعوا على أنه لابد للمريد من العزلة عن أبناء جنسه فى البداية ثم الخلوة فى النهاية،

Para ‘ulama’ sepakat bahwa bagi murid tidak boleh tidak untuk mengasingkan diri dari orang-orang pada tahap awal perjalanannya, kemudian pada tahap puncak ia harus berkholwat.

وكان سيدى الشيخ محمد المنير رحمه الله تعالى يقول : قد غلط قوم فظنوا أن من اعتزل الناس خرج عن كون المؤمن آلف مألوف والحالة أنها أولى بمقام الألفة، لأنه إذا اعتزل الناس صفت نفسه واشتاقت الناس إلى رؤيته فألفوه كثير من المخالط، وأصل الإئتلاف إنما هو بالروح لحديث "الأرواح جنود مجندة فما تعارف منها ائتلف وما تناكر منها اختلف"،

Tuanku Syaikh Muhammad Al-Munir rahimahullahu Ta’ala berkata ; Sungguh salah bagi orang yang mengira bahwa mengasingkan diri dari orang-orang adalah memutuskan hubungan dan tali kasih sayang antara sesama mu’min (keluar dari maqam ulfah). Sesungguhnya ‘uzlah itu lebih utama daripada maqam ulfah (kasih sayang antar sesama), karena apabila seseorang mengasingkan diri dari orang-orang, jiwanya menjadi bersih, dan orang-orang akan rindu ingin berjumpa dengannya, dan kasih sayang mereka akan lebih besar kepadanya daripada berkumpul bersama. Sebab kasih sayang itu bersumber dari ruh, karena ada hadits yang menyatakan; “Ruh-ruh itu seperti prajurit yang berkelompok-kelompok, jika saling mengenal mereka akan menjadi akrab, dan jika saling bermusuhan maka mereka akan saling berselisih”.

فعلم مما قررناه أنه لايقال العزلة أفضل مطلقا ولا الخلطة أفضل مطلقا لكن العارف أواخر عمره يحن إلى الوحدة كالبداية فلا يصير له وقت يسع الناس كما وقع له صلى الله عليه وسلم فى أواخر عمره حين انزل سورة النصر،

Pernyataan yang telah kami kemukakan di atas memberi pengertian bahwa ‘uzlah tidak dapat dikatakan lebih utama secara mutlak, demikian pula bergaul dengan manusia juga tidak dapat dikatan lebih utama secara mutlak. Akan tetapi, orang yang ma’rifat billah pada akhir-akhir hidupnya lebih condong menyendiri sebagaimana pada tahap awal perjalanannya hingga tidak ada waktu luang untuk bergaul dengan orang-orang sebagaimana yang terjadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada akhir-akhir usianya waktu diturunkannya surat “An-Nashr”.

وسئل سيدى على الخواص رحمه الله تعالى عن الفرق بين العزلة والخلوة؟ فقال : "الخلوة تكون عن الأغيار الذين يشغلون عن الله تعالى، والعزلة تكون عن النفس وما تدعو إليه، ويفرق أيضا بأن العزلة ليس من لوازمها الإشتغال بالله تعالى بخلاف الخلوة، فاعلم ذلك يا أخى.

Tuanku ‘Aly Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala pernah ditanya tentang perbedaan antara ‘uzlah dan khalwat ? Beliau menjawab ; Kholwat adalah menjauh dari manusia untuk menyibukkan diri dengan Allah Ta’ala, sedangkan ‘uzlah yaitu menjauhkan diri dari nafsu dan dari menuruti ajakan nafsu”. Perbedaan yang lain yaitu ; ‘Uzlah lazimnya bukan untuk menyibukkan diri dengan Allah Ta’ala, berbeda dengan kholwat.

Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


💎 DIAM.

“Hendaklah engkau senantiasa diam”

Kecuali karena darurat secara syar’iy

قال صلى الله عليه وسلم "من سره أن يسلم فليلزم الصمت"

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ; “Barangsiapa yang ingin selamat, maka hendaklah ia senantiasa diam”.

وكان الأستاذ القشيرى رحمه الله تعالى يقول : "إنما آثر القوم السكوت لما علموا أن الكلام من الآفات ثم لما فيه من حظ النفس وإظهار صفات المدح والميل إلى من يميز عن أشكاله بحسن النطق وغير هذا من آفات الكلام"

Al-Ustadz Qusyairy rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Para ‘Ulama’ lebih memilih diam karena mereka tahu bahwa dalam berbicara terdapat marabahaya, dan karena sesuatu yang ada didalamnya yang berupa bagian dari nafsu, menunjukkan sifat terpuji, dan condong pada orang yang membedakan bentuk pembicaraan dengan kebagusan berbicara dan lain-lainnya”.

وكان الشيخ أبو بكر بن عياش رحمه الله تعالى يقول : "كثرة الكلام تنشف الحسنات كما تنشف الأرض بعد الماء"

Syaikh Abu Bakar bin ‘Ayyas rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Banyak bicara dapat menyerap kebaikan-kebaikan sebagaimana bumi dapat menyerap air yang jauh”.

وكان الفضيل رحمه الله تعالى يقول : "من عد كلامه من عمله قل كلامه، وما ورثوا الحكمة إلا بالصمت والتفكر، والورع فى النطق أشد منه فى اللقمة والثياب"

Fudlail bin ‘Iyad rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Barangsiapa yang menganggap pembicaraannya sebagian dari ‘amal ‘ibadah, tentu sedikitlah bicaranya, para ‘ulama’ tidak mewariskan ‘ilmu hikmah kecuali dengan diam dan tafakkur. Dan menjauhkan diri dari berbicara adalah lebih penting daripada sesuap nasi dan sehelai pakaian”.

وقد أجمعوا على أن الأنوار الربانية تخرج من قلب المريد إذا تكلم بلغو ويصير قلبه مظلما، وأنه متى انهدم ركن من أركان الطريق تبعه الباقى، وذكروا أن معظم الأركان أربعة : الجوع، والسهر، والعزلة، والصمت، وما زاد على هذه فهو من التوابع،

Para ‘ulama’ sepakat bahwa Nur Ilahiy akan keluar dari hati seorang murid apabila ia berbicara percuma, dan hatinya akan menjadi gelap. Sesungguhnya apabila salah satu unsur dari beberapa unsur jalan menuju Allah Ta’ala telah hancur, maka yang lainnya akan ikut hancur. Para ‘ulama’ menyatakan bahwa unsur yang paling penting ada empat ; Lapar, tidak tidur malam, ‘uzlah dan diam, sedang unsur yang lain selain yang empat ini adalah sebagai pendukung.

وأنشدوا : بيت الولاية قسمت أركانه # ساداتنا فيه من الأبدال . ما بين صمت واعتزال دائما # والجوع والسهر النزيه الغالى

فاعلم ذلك يا أخى.

Mereka (para ‘ulama’) menggubah bait sya’ir:

Gedung kewalian unsur-unsurnya terbagi (menjadi empat bagian) # tuan-tuan kami yaitu para wali Abdal senantiasa berada didalamnya. Unsur yang berada di antara diam, ‘uzlah selalu # lapar dan tidak tidur malam yang bersih adalah sangat mahal harganya.

Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


💎 MENGUATKAN SHOLAT MALAM.

“Janganlah engkau meninggalkan ‘ibadah malam hari”

Karena sesungguhnya qiyamullail (‘ibadah malam hari) adalah cahaya orang mu’min kelak pada hari kiyamat yang akan menerangi arah depan dan belakangnya.

وفى كلامهم : من طال وقوفه بين يدي الله تعالى فى الظلام ثبت الله تعالى قدميه على الصراط يوم تزلزل الأقدام،

Kalam para ‘ulama’ menyatakan ; Barangsiapa yang diam lama-lama dihadapan Allah Ta’ala di malam yang gelap, maka Allah Ta’ala akan mengukuhkan kedua kakinya diatas shirat kelak pada hari dimana kaki-kaki banyak terpeleset.

وقد روى مسلم فى صحيحه "أفضل الصلاة بعد المكتوبة الصلاة فى جوف الليل"

Imam Muslim meriwayatkan di dalam kitab shahihnya ; “Shalat yang paling utama setelah shalat maktubah adalah shalat di tengah malam”.

وروى البيهقى والنسائى : "يحشر الناس فى صعيد واحد يوم القيامة فينادى مناد فيقول : أين الذين كانوا تتجافى جنوبهم عن المضاجع فيقومون وهم قليل فيدخلون الجنه بغير حساب، ثم يؤمر بسائر الناس إلى الحساب"

Imam Baihaqi dan Nasa-i meriwayatkan ; “Kelak pada hari kiyamat manusia akan dikumpulkan dalam satu tempat, lalu sang penyeru berseru ; Wahai dimakah orang-orang yang lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidur ? Maka mereka bangkit dan jumlah mereka sangat sedikit, kemudian mereka dimasukkan surga tanpa hisab, dan manusia lainnya diperintahkan untuk dihisab”.

وروى الترمذى : "عليكم بقيام الليل، فإنه دأب الصالحين قبلكم وقربة إلى ربكم ومكفرة السيئات ومنهاة عن الإثم" وفى رواية للطبرانى "ومطردة للداء عن الحسد".

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan ; “Hendaklah kalian melakukan shalat malam, karena shalat malam merupakan adat kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, mendekatkan diri kepada Tuhan kalian, dapat menghapus kesalahan-kesalahan dan mencegah dari dosa”. Dalam riwayat Imam Thabrani disebutkan; “dan menolak penyakit dari badan”.

وروى ابن أبى الدنيا والبيهقى : "أشراف أمتى حملة القرآن وأصحاب الليل"

Imam Ibn Abid-Dun_ya dan Al-Baihaqi meriwayatkan ; “Ummatku yang paling mulai adalah orang yang hafal Al-Qur an dan ahli shalat malam”.

وروى الطبرانى فى الكبير : "من بات ليلة فى خفة من الطعام والشراب يصلى تداركت حوله الحور العين حتى يصبح"

Imam At-Thabrani meriwayatkan dalam kitab Al-Kabir ; “Barangsiapa tidak tidur semalaman, sedikit makan dan minum karena mengerjakan shalat, maka para bidadari akan mengelilinginya sampai subuh”.

وكان سيدى أحمد بن الرفاعى رحمه الله تعالى يقول لأصحابه : "عليكم بالقيام فى الثلث لآخر من الليل ولا تفرطوا فى ذلك فإنه ما من ليلة من ليالى السنة إلا وينزل فيها رزق من السماء فيفرق على المستيقظين ويحرم منه النائمون"

Tuanku Ahmad ibn Ar-Rifa’iy rahimahullahu Ta’ala berkata kepada murid-muridnya ; “Hendaklah kalian senantiasa shalat pada sepertiga malam bagian akhir, dan janganlah kalian melalaikan hal itu, karena sesungguhnya tidak ada satu malam pun dalam setiap tahunnya melainkan pada malam itu Allah Ta’ala akan menurunkan rizki dari langit lalu membagi-bagikannya kepada orang yang terbangun, dan orang yang tidur akan terhalang darinya”.

وقد أوحى الله تعالى إلى السيد داود عليه الصلاة والسلام : "يا داود كذب من ادعى محبتى فإذا جن الليل نام عنى"

Allah Ta’ala mewahyukan pkeada Nabi Dawud ‘alaihishshalatu wassalam ; “Wahai Dawud! Bohonglah orang yang mengaku cinta kepada-Ku namun apabila malam menjadi gelap ia tidur meninggalkan ‘ibadah kepada-Ku”.

وكان سيدى على الخواص رحمه الله تعالى يحث أصحابه كثيرا على نية قيام الليل ويقول : "إن الشارع قد رتب الثواب على النيات لا على العمل، فمن عزم على خير ولا يقسم له أعطاه الله تعالى أجر نيته فإنه قال فى الحديث "إنما لكل امرئ ما نوى" ولم يقل لكل امرئ ما فعل".

Tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala sering menganjurkan kepada murid-muridnya untuk niyat qiyamullail dan berkata ; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menetapkan pahala pada niyat bukan pada ‘amal, barangsiapa berniyat untuk melakukan ‘amal kebajikan, namun ‘amal kebajikan itu tidak dibagikan kepadanya, maka Allah Ta’ala tetap memberinya pahala dari niyatnya, karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ; “Seseorang hanya akan mendapatkan apa yang diniyatkan” Beliau tidak bersabda ; “Seseorang hanya akan mendapatkan apa yang di’amalkan”.

فعلم أن من واظب على ترك قيام الليل ليس له فى طريق الصالحين نصيب،

Dengan demikian dapat difahami bahwa orang yang terus menerus meninggalkan qiyamullail, ia tidak akan mendapatkan bagian dalam menempuh jalan orang-orang shlalih.

وتأمل يا أخى أن من يعكس فى حضوره موكب السلطان كيف يقطعون جامكيته تبصرة وذكرى لأولى الألباب، فاعلم ذلك يا أخى.

Renungkanlah wahai saudaraku! Bahwa orang yang tidak pernah hadir ke suatu perkumpulan seorang raja, bagaimana ia akan mendapatkan pemberiannya?. Sebagai pelajaran dan peringatan bagi orang yang berakal. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!

ولا تترك قيام الليل، فقد ورد أن أم السيد سليمان عليه السلام قالت : "يا بنى لا تترك قيام الليل، فإن ترك قيام الليل يدع فقيرا يوم القيامة"

Dan janganlah engkau meninggalkan qiyamullail, karena telah sampai suatu khabar bahwa ibu Nabi Sulaiman ‘alaihissalam berpesan ; “Wahai anak kecilku! Janganlah engkau meninggalkan qiyamullail, karena meninggalkan qiyamullail dapat menyebabkan kafakiran seseorang kelak pada hari kiamat”.

(وَلْيَكُنْ) اى قيام الليل (فِى بَيْتِكَ)

“Dan hendaklah engkau melaksanakan qiyamullail dirumahmu”

لما ورد "صل فى زوايا بيتك يكن نور بيتك فى السماء كنور الكواكب والنجوم لأهل الدنيا"

Karena ada hadits yang menyatakan ; “Shalatlah engkau dipojok-pojok rumahmu, niscaya cahaya rumahmu akan nampak dari langit bagaikan cahaya benda-benda planet dan bintang-bintang bagi penduduk bumi”.

وفى الصحيحين "أفضل الصلاة صلاة المرء فى بيته إلا المكتوبة"

Disebutkan dalam shahih Bukhari dan Muslim ; “Sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang dirumahnya keculi shalat maktubah”.

وقال بعض السلف : "إن فضل صلاة النافلة فى البيت كفضل الفريضة فى المسجد"

Sebagian ‘ulama’ salaf berkata ; “Sesungguhnya keutamaan shalat sunnat di rumah seperti keutamaan shalat fardlu dimasjid”.

وعن أبى الجلد قال : "لقي عيسى عليه الصلاة والسلام إبليس، فقال له : يا إبليس، أسألك بالحي القيوم ما الذى يسل جسمك ويقطع ظهرك؟

فقال إبليس : يا نبي الله، لولا أنك سألتنى بالحي القيوم ما أخبرك. أما الذى يسل جسمى فصهيل الخيل فى سبيل الله تعالى، وأما الذى يقطع ظهرى فصلاة الرجل الفريضة فى مسجد والنافلة فى بيته"، فاعلم ذلك يا أخى.

Diriwayatkan dari Abu Al-Jald ia berkata ; “Suatu ketika Nabi ‘Isa alaihishshalatu wassalam bertemu dengan iblis, lalu beliau berkata kepadanya ; Wahai iblis! Aku hendak bertanya kepadamu Demi Dzat Yang Maha Hidup Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya); Apakah kiranya yang dapat melumpuhkan tubuhmu dan memutuskan punggungmu? Iblis menjawab ; Wahai Nabi Allah! Sungguh seandainya engkau bertanya kepadaku tidak dengan bersumpah demi Dzat Yang Maha Hidup Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tentu aku tidak akan memberitaukanmu. Adapun perkara yang dapat melumpuhkan tubuhku adalah suara kuda yang digunakan berperang di jalan Allah Ta’ala, sedangkan perkara yang dapat memutuskan punggungku adalah seseorang yang shalat fardlu dimasjid dan shalat sunnat dirumahnya”.

Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!

ولا تشرع فى قيام الليل إلا (بَعْدَ انْقِضَاءِ النِّصْفِ الْأَوَّلِ) من الليل، وذلك لأن نصب الموكب الإلهى لا يكون إلا بعد دخول النصف الثانى من الليل، وهو اول وقوف كبراء الحضرة الإلهية،

Dan janganlah engkau bersegera melaksanakan qiyamullail kecuali setelah berakhirnya separo malam bagian pertama. Demikian itu karena perkumpulan Ilahiy tidaklah dimulai  kecuali setelah masuknya separo malam bagian kedua. Dan karena separo malam bagian kedua merupakan permulaan menghadapnya para pembesar Ilahiyyah.

ومن الأدب أن لا يقف العبد بين يدى سيده إلا بعد وقوف من هو أكبر منه عادة، وعلى ذلك أهل حضرة ملوك الدنيا، فلا يقف الأدون إلا بعد وقوف الأكبر،

Di antara adab-adabnya yaitu hendaklah seorang hamba tidak menghadap kepada Tuannya kecuali setelah orang yang lebih mulia darinya secara umum telah menghadap. Orang-orang yang ahli menghadap kepada raja-raja dunia pun demikian, mereka yang derajatnya lebih rendah tidaklah menghadap kecuali setelah orang yang lebih tinggi derajatnya telah menghadap.

وقد كان سيدى على الخواص رحمه الله تعالى إذا جاء إلى الجامع لصلاة الصبح ولم ير فى الجامع أحدا يقف على بابه خاضعا ذليلا ويقول : "مثلى لا يدخل إلى حضرة سيده الخاصة إلا تبعا لغيره"

Adalah tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullalhu Ta’ala, apabila beliau datang ke masjid untuk shalat subuh, dan disana tidak terlihat seorangpun, maka beliau berdiri di depan pintu masjid dengan merendahkan diri dan merasa hina seraya berkata ; “Seorang hamba seperti diriku tidaklah pantas menghadap kepada tuannya secara khusus melainkan karena mengikuti yang lainnya”.

ينبغى لمن ثقل عليه قيام الليل وترادف عليه الكسل أن يفتش نفسه، فربما يكون ذلك من وقوع فى المعاصى الباطنة كرياء وكبر وعجب وحقد وحسد ومكر وحب محمدة ودنيا وغير ذلك، فيبادر إلى التوبة من مثل ذلك، وإلا فعل الأمور المكفرة للذنوب فإن الذنوب إذا كفرت عن العبد فقد طهرت ذاته وما بقي لها مانع من الوقوف بين يدى ربها فى تلك المواكب الشريفة إلا عدم القسمة,


Peringatan 👇

Seharusnya bagi orang yang merasa berat dan malas untuk qiyamullail, hendaklah ia meneliti dirinya sendiri, karena demikian itu terkadang disebabkan oleh adanya ma’siyat-ma’siyat bathin seperti ; riya’, sombong, ‘ujub, dendam, dengki, tipu daya, senang dipuji, cinta dunia dan lain-lainnya, kemudian segeralah bertaubat dari hal semacam itu, atau mengerjakan pekerjaan yang dapat menghapus dosa-dosa. Karena sesungguhnya apabila suatu dosa telah di hapus dari seorang hamba, maka jiwanya menjadi suci dan tidak tersisa lagi baginya perkara yang mencegahnya untuk hadir kehadapan Tuhannya dalam perkumpulan yang mulia tersebut, kecuali bila tidak mendapat bagian.

وكان سيدى أفضل الدين رحمه الله تعالى ونفعنا ببركته : إذا وجد فى قلبه شيئا من الأمراض الباطنة يترك قيام الليل ويقول : "أستحى أن أقف بذاتى المتلطخة بالقذر بين أصفياء الله تعالى"،

Tuanku Afdholud-Din semoga Allah Ta’ala mengasihnya dan memberikan manfa’at kepada kita lantaran barakahnya apabila beliau mendapatkan suatu penyakit bathin dalam hatinya, beliau meninggalkan qiyamullail dan berkata ; “Aku malu dengan jiwaku yang berlumur salah dan dosa untuk hadlir diantara orang-orang suci pilihan Allah Ta’ala”.

وكان بعضهم إذا نام عن حضور الموكب الإلهى فى ليلة من الليالى يقول : "لك الفضل يا رب الذى لم توقف هذه الذات النجسة القذرة بين أهل حضرتك الطاهرين المطهرين".

Sebagian ‘ulama’ salaf apabila pada suatu malam tertidur dari menghadiri perkumpulan Ilahiy beliau berkata ; “Bagi-Mu-lah keutamaan wahai Tuhanku yang tidak membangkitkan jiwa yang najis dan kotor ini diantara para ahli hadir kepada-Mu yang suci dan disucikan”.

قلت : وهذا وإن كان فيه خير كثير من جهة هضم النفس فينبغى للعبد أن يندم ويحزن على فوات حظه من الوقوف بين يدى ربه تعالى فى تلك المواكب الشريفة وقت تفرق الغنائم، فاعلم ذلك يا أخى.

Aku (Syaikh As-Sya’raniy) berkata ; Perkataan tersebut, walaupun didalamnya banyak mengandung kebaikan bila ditinjau dari segi menghancurkan hawa nafsu, namun bagi seorang hamba tetap dianjurkan untuk menyesal dan bersedih atas hilangnya kesempatan untuk hadir kehadapan Tuhannya Ta’ala dalam perkumpulan yang mulia pada saat Allah membagi-bagikan rahmat-Nya.

Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


💎 SELALU SHOLAT BERJAMA'AH.

“Janganlah engkau meninggalkan shalat berjama’ah”

فقد قالوا : مااجتمع جماعة إلا وفيهم ولي الله تعالى يشفعه الله تعالى فى رفقته،

Para ‘ulama’ salaf berkata ; “Tidaklah berkumpul suatu perkumpulan kecuali didalamnya ada wali (kekasih) Allah Ta’ala yang mendapatkan ijin untuk memberikan syafa’at terhadap rekan-rekannya”.

وثبت فى صحيح مسلم عن أبى هريرة : أن رجلا أعمى أتى إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله ليس لى قائد يقودنى إلى المسجد فهل لى رخصة أن أصلي فى بيتى؟ فرخص له، فلما ولى دعاه، فقال : "هل تسمع النداء بالصلاة؟" قال : نعم، قال : "فأجبه".

Telah ditetapkan dalam kitab shahih Muslim dari Abu Hurairah ; “Bahwa seorang laki-laki buta pernah menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata ; ‘Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid, apakah ada keringanan bagiku untuk shalat di rumahku ?’. Lalu beliau member keringanan kepadanya, namun ketika laki-laki itu berpaling, beliau memanggilnya dan bertanya ; “Apakah engkau mendengar panggilan shalat (adzan)?”. Laki-laki itu menjawab; “Benar”. Beliau bersabda; “Penuhilah seruan tersebut”.

وقد كان السلف يعدون فوات صلاة الجماعة مصيبة، وقد وقع أن بعضهم خرج إلى حائط له "يعنى حديقة نخل" فرجع وقد صلى الناس بصلاة العصر، فقال : إنا لله فاتتنى صلاة الجماعة أشهدكم على أن حائطى على المساكين صدقة.

‘Ulama’ salaf menganggap hilangnya shalat berjama’ah adalah suatu musibah. Sungguh telah terjadi bahwa salah seorang ‘ulama’ salaf pada suatu ketika pergi melihat kebun kurma miliknya, setelah pulang, ternyata orang-orang telah mengerjakan shalat ‘ashar, maka beliau berkata ; “inna lillah, aku telah kehilangan shalat berjama’ah, aku bersaksi atas kalian bahwa kebun kurmaku aku shadaqahkan untuk orang-orang miskin”.

وفاتت عبد الله بن عمر رضى الله عنهما صلاة العشاء فى الجماعة فصلى تلك الليلة حتى طلع الفجر جبرا لما فاته من صلاة العشاء فى الجماعة،

‘Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma pernah kehilangan shalat ‘isya’ berjama’ah, maka beliau mengerjakan shalat pada malam itu hingga terbit fajar sebagai ganti dari shalat ‘isya’ ber jama’ah yang hilang.

وعن عبيد الله بن عمر الفواريرى رحمه الله تعالى قال : لم تكن تفوتنى صلاة فى الجماعة فنزل بى ضيف فشغلت بسببه عن صلاة العشاء فى المسجد فخرجت أطلب المسجد لأصلى فيه مع الناس فإذا المسجد كلها قد صلى أهلها وغلقت فرجعت إلى بيتى وأنا حزين على فوات صلاة الجماعة فقلت : ورد فى الحديث "إن صلاة الجماعة تزيد على صلاة الفذ سبعا وعشرين" فصليت العشاء سبعا وعشرين مرة ثم نمت فرأيتنى فى المنام على فرس مع قوم على خيل وهم أمامى، وأنا أركض فرسى خلفهم فلا ألحقهم، فلتفت إلى واحد منهم وقال : تتعب فرسك فلست تلحقنا، فقلت : ولم يا أخى؟ قال : لأنا صلينا العشاء فى الجماعة وأنت صليت وحدك فاستيقظت وأنا مهموم حزين.

Dari ‘Ubaidillah bin ‘Amr Al-Qowaririy rahimahullahu Ta’ala ia berkata ; Aku tidak pernah kehilangan shalat berjama’ah, namun pada suatu ketika datanglah seorang tamu kepadaku hingga menyibukkanku dari mengerjakan shalat ‘isya’ di masjid, maka aku pun pergi mencari beberapa masjid untuk mengerjakan shalat ‘isya’ disana bersama dengan orang-orang, dan ternyata semua orang telah mengerjakan shalat, dan semua masjid telah di kunci, akhirnya aku kembali pulang kerumahku dalam keadaan sedih atas hilangnya shalat berjama’ah. Lantas aku teringat sebuah hadits ; “Sesungguhnya shalat berjama’ah lebih utama daripada shalat sendirian 27 kali lipat”, maka aku pun mengerjakan shalat ‘isya’ sebanyak 27 kali kemudian tidur. Dan dalam tidurku aku melihat diriku menaiki kuda bersama-sama dengan suatu kaum, sedangkan mereka ada didepanku, dan aku memacu kudaku dibelakang mereka, namun aku tetap tidak dapat mengejarnya. Lalu salah seorang dari mereka menoleh padaku dan berkata ; “Percuma saja engkau membuat letih kudamu, engkau tidak akan dapat mengejar kami”, maka aku bertanya ; “Mengapa demikian wahai saudaraku?”. Ia menjawab ; “Karena kami shalat ‘isya’ berjama’ah, sedangkan engkau shalat sendirian”. Lantas aku terbangun, sementara aku merasa susah dan sedih.

وقال بعض السلف : "ما فاتت أحدا صلاة الجماعة إلا بذنب أصابه"

Sebagian ‘ulama’ salaf berkata : “Seseorang tidak akan kehilangan shalat berjam’ah kecuali karena dosa yang telah menimpanya”.

وقد كانوا يعزون أنفسهم سبعة أيام إذا فاتت أحدهم صلاة الجماعة، وقيل ركعة، ويعزون أنفسهم ثلاثة أيام إذا فاتتهم التكبيرة الأولى مع الإمام، فاعلم ذلك يا أخى.

Dan ‘ulama’ salaf berbela sungkawa terhadap dirinya sendiri selama tujuh hari apabila salah seorang dari mereka kehilangan shalat berjama’ah. Ada yang mengtakan apabila kehilangan satu raka’at. Dan mereka berbela sungkawa terhadap dirinya sendiri selama tiga hari apabila kehilangan takbiratul-ihram bersama imam. ...Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


💎 TIDAK BERBUAT DZOLIM.

“Menjauhlah engkau dari berbuat dzalim terhadap hamba-hamba Allah” 

Secara mutlak, karena Allah Ta’ala tidak akan pernah meninggalkan pembukuan suatu ‘amal pun.

وأما ظلم العبد لنفسه بارتكاب المعاصى دون الشرك بالله تعالى وإن كان هو يرجع إلى ظلم النفس أيضا فإنه ديوان لايعبأ الحق تعالى به يغفر بالتوبة.

Kedzoliman seorang hamba terhadap dirinya sendiri adalah melakukan perbuatan-perbuatan maksiat selain menyekutukan Allah Ta’ala (syirik) walaupun syirik juga termasuk dzolim terhadap diri sendiri. Karena sekalipun kedzoliman itu tercatat dalam pembukuan ‘amal, Allah Al-Haqq Ta’ala tidak akan perduli dengannya, Dia akan mengampuninya dengan bertaubat.

قال سيدى على الخواص رحمه الله تعالى : مظالم العباد على ثلاثة أقسام، قسم يتعلق بالنفوس، وقسم يتعلق بالأموال، وقسم يتعلق بالأعراض.

Tuanku ‘Aliy Al-Khowwash rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Kedzoliman terhadap sesama hamba terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kedzoliman yang berhubungan dengan jiwa, harta dan kehormatan”.

فأما النفوس فلها أحكام عديدة فى مثل قتل العمد والخطأ ووجوب القود والدية والكفارة وغير ذلك مما هو مذكور فى كتب الفقه.

Adapun kedzoliman yang berhubungan dengan jiwa terdapat beberapa hukum seperti ; Membunuh dengan sengaja, tidak sengaja, wajib qishash, membayar diyat (tebusan), membayar kafarat (denda atas pelanggaran) dan lain sebagainya yang semua itu dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih.

وأما الأموال فإنه لا بد من ردها إلى المظلوم أو وارثه وإن تعذر ذلك لم يبق غير التصدق بها عن صاحبها على مذهب من يرى ذلك، فإن عجز عن رد المظالم فليستكثر  من الحسنات التى يوفى منها الغرماء عند الميزان وإلا فليتأهب لتحمل أثقال المظلوم وأوزاره يوم القيامة كما ورد فى الصحيح "أن من كانت له حسنات أخذ من حسناته وأعطى المظلوم، ومن لم يكن له حسنات طرح عليه من سيئات المظلوم وكتب له كتاب إلى النار"

Sedangkan kedzoliman yang berhubungan dengan harta tidak boleh tidak harta tersebut harus dikembalikan kepada orang yang terdzolimi atau kepada ahli waritsnya, bila kesulitan, maka harus menyedekahkan nya atas nama pemilik harta menurut madzhab ‘ulama’ yang berpendapat demikian.

Bila tidak mampu lagi untuk mengembalikannya, maka harus memperbanyak ‘amal-‘amal kebajikan untuk dibayarkan kepada orang yang terdzolimi kelak saat timbangan ‘amal, jika tidak, maka bersiap-siaplah untuk menanggung beban dan dosa-dosa orang yang terdzolimi kelak pada hari kiamat sebagaimana telah ditetapkan dalam hadits shahih ; “Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat ; “Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab ; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ; “Sesungguhnya ummatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka”.

وأما الأعراض، فقد ذكر بعض محققي الأئمة فيها تفصيلا حسنا لعله أحوط الوجوه فى هذا الباب، وهو أن تلك المظلمة إن كانت غيبة أو نميمة فلا يخلو الأمر فيها من أحد حالين : إما أن تكون قد بلغت المظلوم أو لم تبلغه فإن بلغت تعين التحلل منها، وإن لم تبلغه كان تبليغها له أذى جديدا فيورث من الحقد وانقطاع المودة ونحو ذلك ما هو أصعب من تلك المظلمة فالطريق فى ذلك كثرة الإستغفار له دون تبليغه وطلب التحلل منه،

Dan kedzoliman yang berhubungan dengan kehormatan, sebagian Imam ahli tahqiq telah menyatakan tentangnya secara rinci dengan rincian yang sangat baik, mungkin itu merupakan langkah yang sangat berhati-hati dalam menangani masalah ini. pernyataannya adalah ; Apabila kedzoliman itu berupa ghibah (menggunjing) atau namimah (adu domba), maka kedzoliman tersebut tidak terlepas dari salah satu diantara dua hal, yaitu ; Adakalanya kedzoliman itu telah sampai kepada orang yang terdzolimi, dan adakalanya tidak atau belum sampai kepadanya. Apabila kedzoliman itu telah sampai kepada orang yang terdzolimi, maka ia wajib memohon agar kedzolimannya dima’afkan. Dan apabila belum sampai kepadanya, maka (jangan sekali-kali menyampaikannya, karena) menyampainya kedzoliman tersebut kepadanya berarti ia melakukan kedzoliman yang baru hingga menimbulkan dendam, putusnya tali kasih sayang dan sesamanya yang berupa persoalan yang lebih rumit daripada kedzoliman itu sendiri. Adapun jalan penyelesaiannya adalah banyak-banyak memintakan ampun untuk orang yang terdzilimi, bukan menyampaikan nnya dan bukan memohon kepada madzlum agar mema’afkan kedzoliman nya.

ثم لا يخفى عليك يا أخى أن من الذنوب ما يشبه أمره من جهة كونه من مظالم النفس أو مظالم العباد كالزنا واللواط مثلا، فإن الأمر فى ذلك يحتاج إلى تفصيل ليظهر بواسطة رجائه الصواب، وهو أن يقال : إن كان المفعول به مبتدئا كانت تلك المظلمة من مظالم النفس، وإن كان الفاعل قد راوده وعاوده كان ذلك من مظالم العباد الصعبة، لأنه آذى تلك الصورة وقهرها وجرها إلى المعصية، ومن سن سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها إلى يوم القيامة، وأيضا فإنه هتك عرضها وآذى أهلها وحملهم العار وغير ذلك .

Kemudian tidak diragukan lagi olehmu wahai saudaraku bahwa di antara dosa-dosa adalagi dosa yang kasusnya serupa antara apakah termasuk dzolim kepada diri sendiri atau dzolim kepada orang lain? Seperti perzinahan dan liwath (homosexual). Kasus semacam ini harus ditafshil (dirinci) agar nampak yang sebenarnya mana yang dzolim kepada diri sendiri dan mana yang dzolim kepada orang lain. Rinciannya yaitu ; Apabila yang memulai adalah pihak sasaran (wanita), maka itu termasuk dzolim kepada dirinya sendiri, sedangkan apabila pihak pelaku (laki-laki) yang merayu dan memaksanya, maka itu termasuk kedzoliman terhadap sesama hamba yang sangat rumit, sebab dalam kasus semacam ini ia memaksanya dan menyeretnya kepada perbuatan maksiat, “Barangsiapa memberi contoh dengan contoh yangburuk, maka ia menanggung dosanya dan dosa orang yang melakukannya sampai hari kiamat”. Dan sesungguhnya ia juga merusak kehomatannya, menyakiti, dan mempermalukan keluarganya dan lain sebagainya.

الأعراض أشد من الأموال . قال العلماء : لو أن شخصا أخذ مال شخص ثم تورع فجاء به بعد موته إلى ورثته وإلى جميع أهل الأرض فجعلوه فى حل ما كان فى حل فعرض المؤمن أشد من ماله،


Peringatan 👇

Kehormatan seseorang adalah lebih berharga daripada hartanya. Para ‘ulama’ berkata ; Seandainya seseorang mengambil harta orang lain, kemudian ia berlaku wira’i, lalu setelah orang itu meninggal dunia ia datang dengan membawa harta tersebut kepada ahli waritsnya dan kepada seluruh penduduk bumi, maka mereka dapat menghalalkan nya selama harta tersebut berupa harta halal. Adapun berurusan dengan kehormatan seseorang adalah lebih berat tanggung jawabnya daripada berurusan dengan hartanya.

ومن كلام الشيخ أبى المواهب الشاذلى رحمه الله تعالى : "مما يوقف المريد عن الترقى وقوعه فى غيبة أحد من المسلمين"، ومن ابتلي بوقوعه فى ذلك فليقرأ الفاتحة وسورة الإخلاص والمعوذتين ويجعل ثوابهن فى صحائف ذلك الشخص، فإنى رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم فى المنام وأخبرنى بذلك وقال : "إن الغيبة والثواب يقفان بين يدي الله تعالى وأرجو أن يتوازنا" فاعلم ذلك يا أخي .

Syaikh Abu Al-Mawahib As-Syadziliy rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Sebagian dari perkara yang dapat menghambat seorang murid untuk naik derajat adalah menggunjing salah seorang dari orang-orang muslim”. Barangsiapa yang di uji berupa terjerumus kedalam masalah tersebut hendaklah ia membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlash, dan Al-Mu’awwidzatain, dan menghadiahkan pahalanya kepada orang yang digunjing, karena aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam tidurku memberi kabar kepadaku tentang hal itu, Beliau bersabda ; “Sesungguhnya (dosa) ghibah dan pahala (bacaan itu) keduanya berhenti dihadapan Allah Ta’ala, aku berharap keduanya menjadi seimbang”.

Ketahuilah wahai saudaraku!.


💎 MEMPERBANYAK ISTIGFAR.

Dalam hadits riwayat Bukhari disebutkan : “Aku beristighfar kepada Allah dan aku bertaubat kepada-Nya dalam satu hari sebanyak 70 kali”. Dan dalam hadits riwayat Muslim disebutkan : “Ketika hatiku gundah, maka aku beristighfar kepada Allah sebanyak 100 kali”.

Abil Hasan Asy-Syadziliy menyatakan bahwa sudah seharusnya salik untuk selalu beristighfar kepada Allah meski tidak sedang melakukan dosa. Karena sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa Nabi begitu sering ber-istighfar dan bertaubat kepada Allah. Padahal Allah sudah dan mengampuni semua dosa Nabi.

Bahkan ketika rizki menjadi sulit, maka dengan istighfar pintu rizki akan menjadi terbuka. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam hadits Ibn Hibban : “Barangsiapa menetapi istighfar, niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari setiap kesempitan, menjadikan kemudahan dari setiap kesedihan-nya, dan memberinya rizki tanpa dia sangka-sangka”.

Dan ketika suatu kaum selalu beristighfar, maka Allah tidak akan menimpakan suatu musibah kepada mereka. Sebagaimana firman Allah :

وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

Dengan demikian, sudah seharusnya salik untuk selalu beristighfar memohon ampun kepada Allah. Agar dosa-dosa yang telah dilakukannya mendapat ampunan-Nya.

Bahkan ketika dia mendapati orang-orang menilai dia sebagai orang yang baik, namun dalam dirinya tidak demikian. Maka bersegeralah untuk beristighfar kepada Allah ‘azza wa jala. Sebagaimana hal ini diutarakan oleh para ulama.


💎 MEMILIKI RASA MALU DAN ADAB.

“Hendaklah engkau senantiasa merasa malu”

Maksudnya malu secara Syar’iy, karena hal itu merupakan bagian dari iman.

وقد قالوا : العبادة اثنان وسبعون بابا أحد وسبعون فى الحياء من الله تعالى وواحد فى جميع أنواع البر،

‘Ulama’ salaf berkata ; ’Ibadah memiliki 72 pintu, yang 71 pintu ada pada rasa malu kepada Allah Ta’ala, dan yang satu pintu ada pada segala macam ‘amal kebajikan”.

وفى الحديث : "استحيوا من الله تعالى حق الحياء" . قالوا : إنا نستحي يا رسول الله والحمد لله . قال : "ليس ذلك، ولكن من استحيا من الله تعالى فليحفظ الرأس وما وعى والبطن وما حوى وليذكر الموت والبلى، ومن أراد الآخرة ترك زينة الحيات الدنيا فمن فعل ذلك فقد استحي من الله تعالى حق الحياء".

Dalam sebuah hadits disebutkan; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ; “Malulah engkau kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benar malu”. Mereka (Shahabat) berkata ; Wahai Rasulallah, sesungguhnya kami malu, alhamdulillah. Beliau menjawab : “Bukan demikian, tetapi barangsiapa yang malu kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benar malu, hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang dikandungnya, menjaga perut dan apa yang ditampungnya, hendaklah ia mengingat kematian dan kebinasaan, barangsiapa yang menginginkan akhirat, hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Barangsiapa yang melakukan itu semua, ia telah malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benar malu”.

وكان الفضيل رحمه الله يقول : خمس من علامات الشقاء : القسوة فى القلب وجمود العين وقلة الحياء والرغبة فى الدنيا وطول الأمل .

Fudlail bin ‘Iyad rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Tanda-tanda orang celaka ada lima; Berhati keras (tidak mau menerima nasehat), bermata beku (tidak mau melihat kebenaran), sedikit memiliki rasa malu, cinta kemewahan dunia dan panjang angan-angan”.

وكان الثري رحمه الله يقول : إن الحياء والأنس يطرقان القلب، فإن وجدا فيه الزهد والورع حطا وإلا رحلا، وعلامة المستحي عدم وقوعه فى الذنب . قلت : لعل المراد بعدم الوقوع عدم الإصرار .

Syaikh As-Tsary rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Sesungguhnya rasa malu dan bahagia senantiasa mengetuk hati, lalu apabila keduanya menemukan zuhud dan wira’i, maka ia akan tinggal didalamnya, jika tidak, maka ia akan pergi. Dan tanda-tanda orang yang malu adalah ia tidak menjerumuskan dirinya ke dalam perbuatan dosa”. Aku berkata ; Mungkin yang dimaksud dengan tidak menjerumuskan diri ke dalam perbuatan dosa ialah; Tidak terus-menerus berbuat dosa.

وقد سئل سيدى على المرصفى رحمه الله تعالى عن معنى قولهم : لا يكون المريد مستقيما فى التوبة حتى لا يكتب عليه ملك الشمال ذنبا عشرين سنة، هل المراد أنه لا يقع فى معصية أصلا أم المراد أنه لا يصر بل يتوب ويستغفر على الفور؟

فقال : "المراد الثانى، لأن المريد الصادق إذا وقع فى الذنب بادر إلى التوبة والإستغفار فانمحى عند ذلك الذنب على الأثر فلا يجد الملك شيئا يكتبه لأنه يمكث أكثر من ساعة لعل العبد يتوب ويستغفر، فإذا ندم العبد واستغفر ترك الملك كتابة الذنب" .

Tuanku ‘Aly Al-Murshifi rahimahullahu Ta’ala pernah ditanya tentang ma’na pernyataan para ‘ulama’ ; “Seorang murid tidak akan lurus dalam bertaubat hingga malaikat yang ada disebelah kirinya tidak mencatat suatu selama 20 tahun”, Apakah yang dimaksud adalah seorang murid yang sama sekali tidak pernah terjerumus kedalam perbuatan maksiat, atau apakah ia tidak terus-menerus mengerjakan, tapi ia bertaubat dan beristighfar dengan segera?

Beliau menjawab ; “Yang dimaksud adalah yang kedua, karena murid yang bersungguh-sungguh apabila terjerumus ke dalam suatu dosa, ia segera bertaubat dan beristighfar hingga bekas dosanya terhapus, dan malaikat tidak menemukan suatu apapun yang dapat dicatatnya, karena malaikat yang ditugaskan mencatat dosa, diam (tidak langsung mencatatnya) lebih lama dari satu jam (menunggu) barangkali hamba itu akan bertaubat dan memohon ampun, apabila seorang hamba merasa menyesal dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala (diantara waktu tersebut), maka malaikat meninggalkan untuk mencatat dosa tersebut”.

ثم لايخفى أن الملكين لا يكتبان إلا المعاصي القولية والفعلية إذا تلفظ بها صاحبها أو قال : فعلت كذا وكذا لقوله تعالى فيهما : "كراما كاتبين يعلمون ما تفعلون". والعلم غير الكتابة، فافهم .

Dan tidak diragukan lagi bahwa kedua malaikat tersebut tidak akan mencatat kecuali perbuatan maksiat yang berupa ucapan dan perbuatan apabila pelakunya mengatakan kema’siyatan tersebut, atau berkata ; Aku telah berbuat begini dan begitu, berdasarkan firman Allah Ta’ala mengenai keduanya ; “Seungguhnya bagi kamu ada (malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang muliya (disisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Infithar 10-12). Mengetahui bukanlah mencatat. Fahamilah!.

“Dan hendaklah engkau senantiasa berlaku sopan santun”

فقد قالوا : لا ينبغي للرجل أن يطلب العلم والحديث حتى يعمل فى الأدب عشرين سنة،

‘Ulama’ salaf berkata ; “Tidaklah dianjurkan bagi seseorang untuk mencari ‘ilmu dan hadits hingga ia berlaku sopan santun adab selama 20 tahun”.

وقالوا : كاد الأدب أن يكون ثلثي الدين،

‘Ulama’ salaf berkata ; “Adab sopan santun hampir mencapai 2/3 dari masalah agama”.

وقالوا : من ترخص فى الأدب رجع من حيث جاء،

‘Ulama’ salaf berkata ; “Barangsiapa yang menyepelekan adab, hendaklah ia kembali ketempat semula darimana ia datang”.

وقالوا : من لا أدب له فلا شريعة له ولا إيمان ولا توحيد،

‘Ulama’ salaf berkata ; “Barangsiapa tidak memiliki adab, maka baginya tidak ada syari’at, tidak ada iman dan tidak ada tauhid”.

وقالوا : العبد يصل بعبادته إلى الجنة ولا يصل إلى حضرة الله تعالى إلا بالأدب فى العبادة ومن لم يراع الأدب فى طاعته فهو محجوب عن ربه تعالى،

‘Ulama’ salaf berkata ; “Seorang hamba bisa sampai ke surga dengan ‘ibadahnya, namun ia tidak akan bisa sampai ke hadirat Allah Ta’ala kecuali dengan beradab dalam ber’ibadah, dan barangsiapa yang tidak menjaga adab dalam keta’atannya, maka ia akan terhijab dari Allah Ta’ala”.

وقالوا : ترك الأدب موجب للطرد، فمن أساء الأدب على البساط رد إلى الباب، ومن أساء الأدب على الباب رد إلى سياسة الدواب،

‘Ulama’ salaf berkata ; “Meninggalkan adab dapat menyebabkan terlempar, maka barangsiapa yang buruk adabnya saat menginjak permadani kerajaan, ia akan terlempar kepintu gerbang, dan barangsiapa yang buruk adabnya saat berada dipintu gerbang, ia akan terlempar ketempat pelatihan binatang”.

وقالوا : ما وصل أولياء الله تعالى إلى ما وصلوا بكثرة الأعمال، وإنما وصلوا بالأدب وحسن الخلق, فاعلم ذلك يا أخي .

Dan ‘Ulama’ salaf berkata ; “Para wali Allah Ta’ala tidaklah sampai pada derajat yang mereka capai dengan banyaknya ‘amal, akan tetapi mereka mancapainya dengan adab dan budi pekerti yang baik”. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.


💎 JANGAN LALAI MENGINGAT ALLAH.

“Janganlah engkau lalai dari mengingat Allah Ta’ala”

فقد قالوا : من نسي الله تعالى فقد كفر به,

Para ‘ulama’ berkata ; “Barangsiapa yang lalai dari mengingat Allah Ta’ala, maka ia benar-benar kufur kepada-Nya”.

وقالوا : كل من تساهل بالغفلة ولم تكن عليه أشد من ضرب السيوف فهو كاذب لا يجيء منه شيء فى الطريق،

Para ‘ulama’ berkata ; “Setiap orang yang meremehkan lalai dari mengingat Allah Ta’ala, sedangkan itu tidak terasa lebih berat baginya daripada tusukan pedang, maka ia adalah pendusta, sedikitpun ia tidak akan dapat menempuh jalan menuju Allah”.

وقالوا : إذا ترك العارف الذكر نفسا أو نفسين قبض الله تعالى له شيطانا، فهو له قرين، وأما غير العارف فيسامح بمثل ذلك ولا يؤاخذ إلا فى مثل درجة أو درجتين أو زمن أو زمنين أو ساعة أو ساعتين على حسب المراتب .

Dan Para ‘ulama’ berkata ; “Apabila seorang ‘Arif meninggalkan berdzikir dalam satu atau dua hembusan nafas, maka Allah Ta’ala akan menguasakannya kepada syaitan hingga ia berkawan dengannya. Sedangkan selain orang ‘Arif mendapat keringanan dari hal semacam itu, dan tidak akan dikenakan sangsi sebatas satu atau dua derajat, satu atau dua masa, satu atau dua jam sesuai dengan tingkatannya masing-masing”.

وقد روى الشيخان : قال الله تعالى : "أنا عند ظن عبدى بي وأنا معه إن ذكرنى، فإن ذكرنى فى نفسه ذكرته فى نفسي، وإن ذكرنى فى ملإ ذكرته فى ملإ خير من ملائه...".

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan, Allah Ta’ala berfirman ; “Aku menurut sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan selalu bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang, maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari”.

وروى ابن حبان : "أكثروا ذكر الله تعالى حتى يقولوا مجنون".

Ibnu Hibban meriwayatkan “Perbanyaklaholeh kalian berdzikir kepada Allah Ta’ala sehingga orang-orang menganggapmu orang gila”.

وروى مسلم والنسائ والبزار : "ألا أنبئكم بخير أعمالكم وأزكاها عند مليككم وأرفعها فى درجاتكم وخير لكم من إنفاق الذهب والورق وخير لكم من أن تلقوا عدوكم فتضربوا أعناقهم ويضربوا أعناقكم؟ قالوا : بلى  . قال : ذكر الله عز وجل".

Imam Muslim, Nasa’i dan Al-Bazzar meriwayatkan ; “Maukah kalian aku beritahu suatu amalan kalian yang terbaik, dan yang paling suci di sisi Raja (Tuhan) kalian, paling tinggi derajatnya, lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada bertemu dengan musuh kalian kemudian kalian memenggal leher mereka, dan mereka memenggal leher kalian?" Mereka menjawab ; Ya, wahai Rasulallah. Beliau bersabda ; “Berdzikir kepada Allah Ta'ala”.

وروى الطبرنى : "ليس يتحسر أهل الجنة إلا على ساعة مرت بهم ولم يذكروا الله تعالى فيها".

Imam Thabrani meriwayatkan ; “Tidak akan ada penyasalan bagi ahli surga kecuali suatu waktu yang mereka lewatkan dan mereka tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala pada waktu itu”.

وروى أيضا : "من لم يذكر الله تعالى فقد برئ من الإيمان".

Imam Thabrani juga meriwayatkan “Barangsiapa tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka ia benar-benar terlepas dari iman”.

وروى أيضا : "مثل الذى يذكر ربه والذى لا يذكر مثل الحي والميت".

Imam Thabrani juga meriwayatkan Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir adalah seperti orang hidup dan orang mati”.

وروى أيضا : "يقول الله تعالى :"ياابن آدم إنك إذا ذكرتنى شكرتنى وإذا نسيتنى كفرتنى"".

Dan Imam Thabrani juga meriwayatkan “Allah Ta’ala berfirman ; “Wahai anak Adam! Sesungguhnya apabila engkau berdzikir kepada-Ku, maka engkau telah bersyukur kepada-Ku, dan apabila engkau lupa kepada-Ku, maka engkau telah kufur kepada-Ku””.

قالوا : وهذاالنسيان يطلق على نسيان غفلة الجهل بالله تعالى والإشراك به، وعلى نسيان غفلة الإعراض عن الله تعالى وطريقه، وكلاهما مذموم .

Para ‘ulama’ berkata ; Yang dimaksud lupa disini adalah Lupa karena bodoh terhadap Allah Ta’ala dan menyekutukan-Nya, dan lupa karena berpaling dari Allah Ta’ala dan jalan menuju kepada-Nya, yang keduanya merupakan perbuatan tercela”.

وروى الترمذى : "إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا" قالوا : يا رسول الله وما رياض الجنة؟ قال : "حلق الذكر".

Imam At-Turmudzi meriwayatkan ; “Jika kalian melewati taman-taman surga, nikmatilah”, para shahabat bertanya ; “Wahai Rasulallah, apakah yang dimaksud taman-taman itu?”, Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda; “Yaitu majlis-majlis dzikir”.

وروى أيضا : "من صلى الصبح فى جماعة ثم قعد يذكر الله تعالى حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة تامة تامة".

Imam At-Turmudzi juga meriwayatkan “Barangsiapa shalat shubuh berjama’ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah Ta’ala hingga terbit matahari, kemudian shalat dua raka’at, maka baginya pahala seperti pahala hajji dan ‘umrah secara utuh dan sempurna”.

وروى البزار : "ذاكر الله تعالى فى الغافلين بمنزلة الصابر فى الفارين".

Al-Bazzar meriwayatkan ; “Orang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan orang-orang yang lalai, kedudukannya seperti orang yang sabar (tidak lari) dalam pertempuran disaat pasukan lainnya melarikan diri”.

وروى أيضا : "ما من قوم جلسوا مجلسا وتفرقوا عنه ولم يذكروا الله تعالى فيه إلا كأنما تفرقوا عن جيفة حمار، وكان عليهم حسرة يوم القيامة".

Al-Bazzar juga meriwayatkan ; “Tidaklah suatu kaum duduk dalam suatu perkumpulan, lalu berpisah darinya, sedangkan mereka tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala dalam perkumpulan itu, kecuali seakan-akan mereka telah berpisah dari bangkai himar, dan majlis tersebut akan menjadi kerugian bagi mereka kelak pada hari kiamat”.

وروى ابن أبى شيبة : "ما من آدمي إلا ولقلبه بيتان : فى أحدهما الملك، وفى الآخر الشيطان، فإذا ذكر الله تعالى خنس، وإذا لم يذكر الله تعالى وضع الشيطان منقاره فى قلبه ووسوس له".

Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan ; “Tidaklah anak Adam memiliki hati kecuali dalam hatinya ada dua rumah, yang satu ditempati malaikat dan yang satu lagi ditempati syaitan, lalu apabila ia berdzikir kepada Allah Ta’ala, syaitan akan pergi dan apabila ia tidak berdzikir kepada Allah Tta’ala, syaitan akan meletakkan paruhnya dalam hatinya (mengausai hatinya) dan menggangunya”.

وروى ابن حبان : "سيعلم أهل الجمع من أهل الكرم"، قيل : ومن أهل الكرم؟ قال : "أهل مجالسة الذكر".

Ibn Hibban meriwayatkan “Semua orang yang berkumpul di padang mahsyar akan diberitahukan tentang orang yang mulia”. Beliau ditanya ; “Siapakah orang yang mulia itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab ; “Orang yang selalu berada dalam majlis dzikir”.

وروى أبو داود : "لأن أقعد مع قوم يذكرون الله تعالى من صلاة الغداة حتى تطلع الشمس أحب إلي من أن أعتق أربعة من ولد إسماعيل".

Abu Dawud meriwayatkan ; “Sungguh, aku duduk bersama kaum yang berdzikir kepada Allah Ta'ala dari shalat shubuh hingga terbit matahari adalah lebih aku sukai daripada aku membebaskan empat anak cucu Isma'il. Dan sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah dari Shalat 'Ashar hingga matahari tenggelam adalah lebih aku sukai daripada aku membebaskan empat orang budak”.

وروى الإمام أحمد : "غنيمة مجالس الذكر الجنة".

Imam Ahmad meriwayatkan ; “Hasil rampasan majlis-majlis dzikir adalah surga”.

قال الشيخ عز الدين بن عبد السلام رحمه الله تعالى : وهذا الحديث وأمثاله يلحق بدرجة الأمر، لأن كل فعل مدحه الشارع أو مدح فاعله لأجله أو وعد عليه بخير عاجل أو آجل فهو مأمور به، لكنه تردد بين الإيجاب والندم، والأحاديث فى فضل الذكر كثيرة، فاعلم ذلك يا أخي ولا تترك الذكر (وَلَوْ مَعَ الْغَفْلَةِ)،

Syaikh ‘Izzuddin bin ‘Abdus-Salam rahimahullahu Ta’ala berkata ; Hadits ini dan sesamanya, derajatnya disamakan dengan perintah, karena setiap perbuatan yang dipuji syari’ (pembuat undang-undang), atau syari’ memuji pelakunya lantaran perbuatannya, atau syari’ berjanji akan memberi kebaikan baik di dunia maupun nanti di akhirat, adalah merupakan perkara yang diperintahkan, namun antara perintah wajib dan sunnatnya belum bisa dipastikan (sebelum ada dalil yang jelas yang mendukung terhadap perintah tersebut). Dan hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan dzikir sangat banyak, maka ketahuilah itu wahai saudaraku, dan janganlah engkau menunggalkan dzikir sekalipun dalam keadaan lalai.

قال الإمام سهل رحمه الله تعالى : سيروا إلى الله تعالى عرجا ومكاسير ولا تنتظروا الصحة فإن انتظار الصحة بطالة .

Imam Sahl rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Berangkatlah engkau menuju Allah Ta’ala walau dalam keadaan pincang atau patah anggota tubuhnya, janganlah engkau menunggu sehat, karena menunggu sehat adalah perbuatan sia-sia”.

وقال صاحب الحكم : لا تترك الذكر لعدم حضورك مع الله تعالى فيه، لأن غفلتك عن وجود ذكره اشد من غفلتك مع وجود ذكره، وعسى أن يرفعك من ذكر مع وجود غفلة إلى ذكر مع وجود يقظة ومن ذكر مع وجود يقظة إلى ذكر مع وجود حضور، ومن ذكر مع وجود حضور إلى ذكر مع غيبة عما سوى المذكور وما ذلك على الله بعزيز . فاعلم ذلك يا أخى .

Penulis kitab “Al-Hikam” (Imam Ibnu ‘Athoillah As-Sakandariy rahimahullahu Ta’ala) berkata ; “Janganlah engkau meninggalkan dzikir hanya karena ketidak hadiran hatimu dihadapan Allah Ta’ala dalam berdzikir, sebab kelalaianmu dari berdzikir kepada-Nya adalah lebih buruk daripada kelalaianmu dalam berdzikir kepada-Nya. Semoga Allah berkenan mengangkat derajatmu dari dzikir yang penuh dengan kelalaian menuju dzikir yang penuh dengan kesadaran, dari dzikir yang penuh dengan kesadaran menuju dzikir yang penuh dengan hadirnya hati, dan dari dzikir yang penuh dengan hadiranya hati menuju dzikir yang mentiadakan segala sesuatu selain-Nya, dan yang demikian itu bagi Allah tidaklah sulit”. Ketahilah hal itu wahai saudaraku!


💎 JANGAN MENINGGALKAN DZIKRULLAH.

Dan janganlah engkau meninggalkan dzikir, karena sesungguhnya dzikir adalah sandaran utama dalam menempuh jalan menuju Allah lebih utama daripada shalat.

قال الأستاذ أبو على الدقاق رحمه الله تعالى : "الذكر ركن قوي فى طريق الله تعالى" بل هو العمدة فى هذا الطريق، ولا يصل أحد إلى الله تعالى إلا بدوام الذكر .

Al-Ustadz Abu ‘Aliy Ad-Daqqoq rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Dzikir adalah unsur yang paling kuat dalam menempuh jalan menuju Allah Ta’ala”. Bahkan dzikir merupakan sandaran utama dalam jalan ini. Dan seseorang tidak akan sampai menuju Allah Ta’ala kecuali dengan terus-menerus berdzikir.

وقال الشيخ أبو المواهب الشاذلي رحمه الله تعالى : إنما كان ذكر الله أكبر من الصلاة لأن الصلاة وإن كانت عظيمة، فقد لا تجوز فى بعض الأوقات بخلاف الذكر، فإنه مستدام فى عموم الحالات .

Syaikh Abu Al-Mawahib As-Syadziliy rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Dzikir lebih utama daripada shalat, karena walaupun shalat itu merupakan perkara yang agung, shalat terkadang dilarang dalam waktu-waktu tertentu, berbeda dengan dzikir, sesungguhnya dzikir selamanya diperintahkan dalam setiap keadaan”.

وقال أيضا : اختلفوا أيما أفضل الذكر سرا أو جهرا، والذى أقول به أن الذكر جهرا أفضل لمن غلبت عليه القوة من أهل البداية، والذكر سرا أفضل لمن غلبت عليه الجمعية من أهل النهاية .

Beliau juga berkata ; “Para ‘ulama’ berbeda pendapat tentang berdzikir yang lebih utama, apakah berdzikir secara samar atau berdzikir dengan suara keras?. Mengenai hal itu aku akan mengemukakan suatu pernyataan ; Bahwa berdzikir dengan suara keras adalah lebih utama bagi orang yang terkalahkan oleh suatu kekuatan dari kalangan pemula, dan berdzikir dengan suara keras adalah lebih utama bagi orang yang mampu mengalahkan suatu karamaian dari kalangan orang-orang yang telah mencapai maqam puncak”.

وقال أيضا : أفضل صيغ الذكر للمريد قول "لا إله إلا الله" ما دام له هوى، فإذا فنيت أهويته كان ذكر الجلالة أنفع له، لأن ما تم هناك ما يغني حقيقة ، فافهم .

Beliau (Syaikh Abu Al-Mawahib As-Syadziliy rahimahullahu Ta’ala) juga berkata ; “Bentuk dzikir yang paling utama bagi murid adalah kalimat “LA-ILA-HA ILLALLAH” selama hawa nafsunya masih bersemayam dalam hatinya, bila telah sirna, maka berdzikir dengan kalimat Jalalah (ALLAH) adalah lebih bermanfa’at baginya, karena sesuatu yang telah sempurna pada hakikatnya merupakan perkara yang telah cukup”. Fahamilah!.

(وَ) اعلم أن الذكر (مَنْسُوْبُ الْوِلَايَةِ) أي مرسوم من الله تعالى للعبد كمراسم ملوك الدنيا بالوظائف ولله المثل الأعلى فمن وفق لدوام ذكر الله تعالى فقد أعطي المرسوم بأنه ولي الله تعالى ومن سلب ذلك فقد عزل عن الولاية ، فافهم .

Ketahuilah bahwa (dzikir merupakan tanda-tanda kewalian), maksudnya merupakan ciri-ciri kewalian yang Allah Ta’ala berikan kepada seorang hamba sebagaimana ciri-ciri raja di bumi berupa kedisiplinan, dan Allah mempunyai shifat Yang Maha Tinggi. Barangsiapa yang mendapatkan pertolongan untuk terus-menerus berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka ia benar-benar diberi tanda bahwa ia adalah wali Allah Ta’ala, dan barangsiapa yang terhalang dari berdzikir secara terus-menerus, maka ia benar-benar terlepas dari kewalian. Fahamilah!.

(وَ) اعلم أن الذكر (أَسْرَعُ فِى الْفَتْحِ مِنْ سَائِرِ الْعِبَادَاتِ)

Dan ketahuilah bahwa (dzikir merupakan kunci yang paling cepat dalam membuka hati daripada ‘ibadah-‘ibadah lainnya).

قال سيدى على المرصفى رحمه الله تعالى : قد عجز الأشياخ فلم يجدوا للمريد دواء أسرع فى جلاء قلبه من مداومة الذكر، فحكم الذكر فى الجلاء للقلب كحكم الحصى فى النحاس، وحكم غير الذكر فى سائر العبادات كحكم الصابون فى النحاس، وذلك يحتاج إلى طول زمن .

Tuanku ‘Aliy Al-Murshifiy rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Para guru (thariqat) merasa kesulitan, mereka tidak menemukan obat yang lebih manjur dalam membersihkan hati murid-muridnya daripada dzikir secara terus-menerus. Dengan begitu, fungsi dzikir dalam hal membersihkan hati sama seperti fungsi kerikil dalam hal membersihkan tembaga, dan ‘ibadah-‘ibadah selain dzikir bagaikan sabun dalam hal membersihkan tembaga, ia membutuhkan waktu lama untuk dapat membersihkannya”.

وقال أيضا : السالك من طريق الذكر كالطائر المجد إلى حضرات القرب، والسالك من غير طريق الذكر كالزمن الذى يزحف تارة ويسكن أخرى مع بعد المقصد فربما قطع مثل هذا عمره كله ولم يصل إلى مقصده .

Beliau juga berkata ; “Orang yang menempuh jalan menuju Allah Ta’ala (Salik) malalui jalur dzikir laksana burung yang terbang cepat menuju hadirat yang dekat, sedangkan Salik melalui jalur selain dzikir bagaikan orang yang lumpuh, sekali waktu merangkak dan sekali waktu diam, sementara tujuannya sangat jauh, maka terkadang ia dapat menghabiskan seluruh masa hidupnya namun tidak pernah berhasil mencapai tujuan”.

وأجمعوا على أن الفتح فى الليل أقرب منه فى النهار،

Para ‘ulama sepakat bahwa terbukanya hati diwaktu malam lebih cepat daripada di waktu siang.

وقالوا : كل من لم يذكر الله تعالى من غروب الشمس إلى الصباح فى مجلس واحد ما عدا وقت الصلاة فلا يجيء منه شيء فى الطريق،

Mereka berkata ; Setiap orang yang tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala sejak terbenamnya matahari hingga shubuh dalam satu majlis selain waktu shalat, maka ia tidak akan mencapai sesuatu pun dalam perjalanannya.

وقالوا : من لم يحصل له من الذكر حال قوي وحضور مع الله تعالى فليس له قطع المجلس . فافهم .

Dan mereka berkata ; “Barangsiapa yang berdzikir, namun tidak menghasilkan kekuatan hati dan hadlirnya hati bersama Allah Ta’ala, maka tidak ada pilihan baginya untuk berhenti berdzikir”. Fahamilah!

(وَ) اعلم أنه (لَا يَصِلُ أَحَدٌ إِلَى الْحَضْرَةِ) الإلهية (إِلَّا بِهِ) أي بالذكر .

ketahuilah bahwa seseorang tidak akan mencapai hadirat Ilahiy kecuali dengan dzikir.

قال سيدى أبو المدين التلمسانى رحمه الله تعالى : من دامت أذكاره صفت أسراره، ومن صفت أسراره كان فى حضرة الله تعالى قراره وإيضاح ذلك أن الحق تعالى لا يقرب إلى حضرته إلا من استحيا منه حق الحياء، ولا يصح لأحد أن يستحي كذلك إلا إن حصل له الكشف ورفع الحجاب، ولا يصح له الكشف ورفع الحجاب إلا بملازمة الذكر، وهذا طريق يصل بها المريد بسرعة، والمراد بحضرة الله تعالى حيث أطلقت فى لسان القوم : شهود العبد أنه بين يدي الله تعالى فما دام هذا مشهده فهو فى حضرة الله تعالى، فإذا حجب عن هذا المشهد فقد خرج منها . فافهم .

Tuanku Abu Madin At-Tilmisaniy rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Barangsiapa yang terus menerus berdzikir, maka hatinya akan menjadi bening, dan barangsiapa yang bening hatinya, ia senantiasa berada di hadirat Allah Ta’ala”. Lebih jelasnya yaitu ; Tidak akan dapat mendekat ke hadirat Allah Al-Haqq Ta’ala kecuali orang yang memiliki rasa malu kepada-Nya dengan malu yang sebenar-benarnya, seseorang tidak akan memiliki rasa mulu yang sebenar-benarnya kecuali hatinya telah tersingkap dan hijabnya telah terangkat, dan seseorang tidak akan tersingkap hatinya dan hijabnya tidak akan terangkat kecuali dengan dzikir secara terus-menerus. Inilah jalan yang dapat mengantarkan seorang murid pada hadirat Allah Ta’ala dengan cepat. Adapun yang dimaksud dengan “Hadlratillahi Ta’ala” (hadirat Allah Ta’ala) sekiranya dilukiskan dengan kata-kata adalah; Seorang hamba menyaksikan bahwa dirinya berada dihadapan Allah Ta’ala, maka selama hal ini menjadi penyaksiannya, selama itu pula ia berada di hadirat Allah Ta’ala, namun apabila ia terhalang dari penyaksian ini, maka ia telah keluar dari hadirat Allah Ta’ala. Fahamilah!.

Dan ketahuilah bahwa seseorang tidak akan mendapatkan kasyaf (tersingkapnya hati) dan ikhlash yang sempurna kecuali dengan dzikir.

Di atas telah dijelaskan bahwa kasyaf tidak akan di raih kecuali dengan dzikir.

والكشف على نوعين : حسي، وخيالي . فالخيالي : أن يغمض العبد عينيه عند رؤية شخص أو رؤية فعل، فإن بقي له الكشف فهو خيالي، وإن زال فليعلم أن الإدراك قد تعلق بما كان مخصوصا، ومن كشف له عما يفعله الناس فى قعور بيوتهم فهو كشف شيطاني يجب عليه التوبة منه فورا،

Kasyaf ada dua macam, yaitu : Kasyaf Hissiy dan kasyaf Khayaliy.

Kasyaf Khayaliy adalah seorang hamba yang memejamkan kedua matanya ketika melihat seseorang atau ketika melihat gerak gerik seseorang, apabila ia masih dapat melihatnya, maka itu adalah kasyaf khayaliy, dan apabila hilang dari penglihatannya (tidak dapat melihat apapun), maka ketahuilah bahwa penglihatannya memiliki hubungan dengan sesuatu yang khusus. Barangsipa yang mampu melihat apa yang dilakukan seseorang di dalam rumahnya, maka itu adalah kasyaf syaithaniyah, ia harus segera bertaubat dari kasyaf sesatnya itu.

وإيضاح قولهم : الكامل لا كشف له أي لأنه مشغول بأداء أوامر ربه تعالى التى عليه فى كل نفس فلا تدعه الأوامر المتوجه إليه يتفرغ لغيرها .

Penjelasan mengenai pernyataan ‘ulama’ yang berupa ; “Insan kamil tidak lagi memiliki kasyaf”. Maksudnya ; Karena ia disibukkan dengan menunaikan perintah-perintah Allah Ta’ala yang diwajibkan kepadanya dalam setiap hembusan nafasnya, sehinnga perintah-perintah yang dihadapinya tidak menyisakan kesempatan sedikitpun untuk yang lainnya.

وأما كون الإخلاص الكامل لا يحصل إلا بالذكر فهو كذلك وقد رووه فى رسائلهم . فقالوا : إن أول ما يتجلى للعبد إذا اشتغل بالذكر توحيد الفعل لله تعالى وتوحيد الملك لله تعالى وتوحيد الوجود لله تعالى، فإذا تجلى له توحيد الفعل لله خرج كشفا ويقينا عن شهود كون الفعل له وخرج به أيضا عن طلب الثواب عليه وعن الكبر والعجب والرياء ودخل فى قضاء الإخلاص الكامل، فافهم .

Adapun yang dimaksud “Ikhlash yang sempurna yang tidak akan didapatkan kecuali dengan dzikir”, para ‘ulama’ telah meriwayatkannya dalam beberapa risalahnya. Dan mereka berkata; Sesungguhnya pertama-tama yang akan tampak bagi seorang hamba apabila menyibukkan diri dengan berdzikir adalah ke Esaan perbuatan bagi Allah Ta’ala, ke Esaan kekuasaan bagi Allah Ta’ala dan ke Esaan shifat wujud bagi Allah Ta’ala. Lalu ketika ke Esaan perbuatan bagi Allah Ta’ala telah tampak baginya, maka timbullah kasyaf dan keyaqinan akan penyaksian adanya perbuatan bagi-Nya, (adanya kekuasaan bagi-Nya dan adanya shifat wujud bagi-Nya), dan juga hilanglah tuntutan pahala kepada-Nya, kesombongan, ‘ujub dan riya’, hingga akhirnya ia memiliki keikhlasan yang sempurna. Fahamilah!.

وأكثر من ذكر الله تعالى (فَإِنَّهُ بِهِ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ) لحديث الطبراني : "لا يقعد قوم يذكرون الله تعالى إلا حفتهم الملائكة وغشيتهم الرحمة وذكرهم الله تعالى فيمن عنده".

Dan banyak-banyaklah berdzikir kepada Allah Ta’ala, karena dzikir dapat menyebabkan turunnya rahmat.

Berdasarkan hadits riwayat Imam At-Thabraniy ; “Tidaklah suatu kaum yang duduk berkumpul berdzikir kepada Allah Ta’ala, kecuali para malaikat akan mengelilingi mereka, dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan Allah Ta’ala akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para makhluk yang ada di sisi-Nya”.

وقالوا : أول ما تنزل الرحمة على مجالس الذكر، فافهم .

Dan para ‘ulama’ berkata ; “Rahmat pertama-tama akan turun pada majlis-majlis dzikir”. Fahamilah!.

(وَ) اعلم أن بذكر الله تعالى (يَزُوْلُ الْغَمُّ) الواقع للناس فى هذه الدار، فإن الهم والغم فيها إنما هو بقدر الغفله عن الله تعالى، فمن أراد دوام السرور فليداوم على الذكر، فلا يلومن العبد إلا نفسه إذا ترادفت عليه الهموم والغموم، فإن ذلك إنما هو جزاء بقدر إعراضه عن ربه عز وجل . فافهم .

Ketahuilah bahwa dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala, kesedihan yang terjadi pada manusia di dunia ini akan hilang, karena kesusahan dan kesedihan tidaklah terjadi kecuali sebatas kelalaiannya dari mengingat Allah Ta’ala. Maka barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan yang lestari, hendaklah ia melestarikan dzikir, dan jangan salahkan siapa-siapa selain dirinya sendiri apabila kesedihan dan kesusahan datang silih berganti, karena demikian itu hanyalah sebagai balasan yang setimpal dengan berpalingnya dari Tuhannya ‘Azza wa Jalla. Fahamilah!.

واعلم أن بذكر الله تعالى تذهب القسوة عن القلب . قال الحكيم  أبو محمد الترمذى رحمه الله تعالى : "ذكر الله تعالى يرطب القلب ويلينه ، فإذا خلا عن الذكر أصابته حرارة النفس ونار الشهوة فقسا ويبس وامتنعت الأعضاء عن الطاعة". فافهم .

Ketahuilah bahwa dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala dapat melunakkan hati.

Al-Hakim Abu Muhammad At-Turmudzi rahimahullahu Ta’ala berkata : “Berdzikir kapada Allah Ta’ala dapat membasahi dan melunakkan hati, apabila seseorang kosong dari dzikir, maka panasnya nafsu dan api syahwat akan menimpanya hingga hatinya menjadi keras, kering dan seluruh anggota tubuhnya enggan menjalankan ketha’atan”. Fahamilah!.

واعلم أن بمداومة ذكر الله تعالى تخمد الأمراض الباطنة من كبر وعجب ورياء وحسد وسوء ظن وحقد وغل ومكر وحب محمدة وغير ذلك . فافهم .

Ketahuilah bahwa dengan terus menerus berdzikir kepada Allah Ta’ala dapat menyembuhkan penyakit bathin seperti sombong, ‘ujub (bangga), riya’, dengki, buruk sangka, dendam, tipu daya, senang dipuji dan lain-lainnya. Fahamilah!.

واعلم أن بمداومة ذكر الله تعالى تنقطع الخواطر الشيطانية .

Dan ketahuilah bahwa dengan terus menerus berdzikir kepada Allah Ta’ala dapat menghilangkan bisikan syaithan.

والفرق بينها وبين الخواطر النفسانية أن خواطر الشيطان أكثره يدعو إلى المعاصي، وخاطر النفس أكثره يدعو إلى اتباع الشهوة,

Perbedaan antara bisikan syaithan dengan bisikan nafsu adalah Bisikan syaithan lebih banyak mengajak pada kema’shiyatan, sedangkan bisikan nafsu lebih banyak mengajak untuk menuruti keinginan hawa nafsu.

وفرقوا بينهما أيضا بأن النفس إذا طالبتك بشيء ألحت فلا تزال ولا ترجع ولو بعد حين حتى تصل إلى مرادها إلا أن يدوم صدق المجاهدة . وأما الشيطان إذا دعاك إلى زلة فخالفته فاته ذلك ويوسوس بزلة أخرى، لأن جميع المخالفات عنده سواء .

ومعنى الخاطر خطاب يرد على الضمائر .

Dan para ‘ulama’ juga mengemukakan perbedaan antara bisikan syaithan dengan bisikan nafsu yaitu Bisikan nafsu apabila mengajakmu pada sesuatu, maka ajakannya terus berulang-ulang, tidak pernah berhenti mengajak dan tidak pernah putus asa sehingga ajakannya terpenuhi walaupun dalam waktu yang cukup lama, terkecuali bagi orang yang terus-menerus memeranginya dengan sungguh-sungguh. Sedangkan bisikan syaithan apabila mengajakmu pada kemaksiatan dan kamu menolaknya, maka ia akan meninggalkan ajakannya itu dan ia akan mengajak pada kema’shiyatan yang lain karena semua kema’shiyatan baginya adalah sama.

Adapun ma’na kata; “ Al-Khathir” adalah bisikan yang kembali pada hati.

واعلم أن بذكر الله تعالى تدفع الآفات .

Ketahuilah bahwa dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala dapat menolak marabahaya.

قال الإمام ذو النون المصري رحمه الله تعالى : من ذكر الله تعالى حفظه من كل شيء .

Imam Dzun-Nun Al-Mishriy rahimahullahu Ta’al berkata “Barangsiapa yang berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka Dia akan melindunginya dari setiap sesuatu”.

وقالوا : الذكر سيف المريدين به يقاتلون أعداءهم من الجن والإنس وبه يد فعون الآفات التى تطرقهم،

Para ‘Ulama’ berkata ; “Dzikir adalah pedang bagi setiap murid, dengan dzikir ia dapat memerangi musuh-musuhnya dari golongan jin dan manusia, dan dengan dzikir ia dapat menolak marabahaya yang akan menimpanya”.

وقالوا إن البلاء إذا نزل على قوم وفيهم ذاكر حاد عنه البلاء،

Para ‘Ulama’ berkata ; “Sesungguhnya apabila suatu bencana menimpa suatu kaum dan disana terdapat orang yang berdzikir, maka bencana tersebut akan menjauh darinya”.

وقالوا : إن الذكر إذا تمكن من القلب صار الشيطان يصرع إذا دنا من الذاكر كما يصرع الإنسان إذا دنا منه الشيطان فتجتمع عليه الشياطين . فيقولون : ما باله؟ فيقال : إنه دنا من ذاكر فصرع .

Dan para ‘ulama’ berkata ; “Sesungguhnya apabila dzikir telah bersemayam dihati, syaithan akan pingsan apabila mendekat pada orang yang berdzikir sebagaimana manusia akan pingsan apabila melihat syaithan mendekatinya, kemudian syaithan-syaithan berkumpul dan bertanya ; Apa yang terjadi ? Syaithan yang lain menjawab; Ia pingsan karena mendekat pada orang yang berdzikir”.

فاعلم ذلك يا أخي وأكثر من ذكر الله تعالى فإنه يمنع الشيطان من ركوبنا .

Ketahuilah hal itu wahai saudaraku, dan perbanyaklah berdzikir kepada Allah Ta’ala, karena sesungguhnya dzikir dapat mengusir syaithan dari setiap kendaraan kita.

قال الشيخ أفضل الدين رحمه الله تعالى : إن الشيطان يركب أحدنا كلما غفل عن ذكر الله تعالى فإنه دائما واقف بجاه قلب العبد، فكلما غفل عن ذكر الله تعالى استحوذ عليه، وكلما ذكر الله تعالى نزل عنه، فلو كشف لأحدنا لرأى إبليس يركبه كما يركب أحدنا الحمار ويصرفها كيف شاء طول الليل والنهار كلما غفل وينزل عنه كلما ذكر الله تعالى

Syaikh Afdhalud-Din rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Sesungguhnya syaithan akan menunggangi salah seorang dari kita bilamana ia lalai dari berdzikir kepada Allah Ta’ala, dan syaithan selamanya berdiri menghadap pada hati seorang hamba, manakala ia lalai dari berdzikir kepada Allah Ta’ala syaithan akan mengalahkannya, dan ketika ia berdzikir kepada Allah Ta’ala syaithan akan pergi darinya. Kalau seandainya mata hati salah seorang dari kita terbuka, niscaya ia akan melihat iblis menungganginya sebagaimana salah seorang dari kita menunggangi himar, dan syaithan akan mengendalikannya sesuka hatinya sepanjang siang dan malam setiap kali ia lalai dari berdzikir kepada Allah Ta’ala, dan akan pergi apabila ia berdzikir kepada Allah Ta’ala”.

وأجمع القوم على أن الذكر مفتاح الغيب وجاذب الخير وأنيس المستوحش وجامع لشتات صاحبه، وإذا غلب على الذاكر امتزج بروج الذاكر حب اسم المذكور حتى أن بعض الذاكرين وقع على رأسه حجر فقطر الدم على الأرض واكتتب الله الله، فلو لم يكن من شرف الذكر إلا أنه لا يوقت بوقت لكان ذلك كفاية فى شرفه . وأجمعوا على أنه لا ينبغى تركه ولو مع الغفلة . فافهم .

Para ‘ulama’ sepakat bahwa dzikir adalah kunci keghaiban, dapat mendatangkan kebaikan,  menghibur hati yang gelisah, dan menyatukan berceria berainya hati orang yang berdzikir. Apabila dzikir telah menguasai orang yang berdzikir, maka rasa cinta kepada Dzat yang didzikirkan akan menyatu dalam ruh orang yang berdzikir, sehingga ada sebagian orang yang berdzikir, tiba-tiba sebongkah batu jatuh mengenai kepalanya, lalu meneteskan darah ketanah dan darah itu membentuk lafadz “ALLAH, ALLAH”. Ini merupakan keutamaan dzikir, kalau saja dzikir tidak memiliki keutamaan lain selain tidak dibatasinya dengan waktu, kiranya itu saja sudah cukup utama. Dan ‘ulama’ sepakat bahwa tidak sepantasnya seorang hamba meninggalkan dzikir walaupun dalam keadaan lalai. Fahamilah!.

واعلم أن فوائد الذكر لا تنحصر لأن الذاكر يصير جليس الحق تعالى من الأسرار والعلوم كلما ذكر لأنها حضرة لا يرد عليها أحد ويفارقها بغير مدد، لكن مع الحضور،

Ketahuilah bahwa faidah-faidah dzikir tidak dapat terhitung, karena orang yang berdzikir ketika itu menjadi satu majlis dengan Allah Al-Haqq Ta’ala dalam samudera rahasia dan ‘ilmu, karena hal tersebut merupakan suasana yang tidak seorang pun dapat sampai kesana dan tidak dapat memilah-milahnya tanpa pertolongan. Namun demikian itu harus disertai hadirnya hati.

فيقال لمن ادعى أنه حضر بقلبه فى ذكره مع ربه تعالى : ما ذا أتحفك وأعطاك فى هذا المجلس؟

فإن قال : ما أعطانى شيأ . قلنا له : وأنت الآ خر لم تحضر معه فى ذكره، فاتخذ لك شيخا يزيل عنك الموانع المانعة لك عن الحضور، فإن لم يجد له شيخا، قلنا له : أكثر من ذكر الله تعالى باللفظ حتى يصير الحق تعالى مشهودك وهناك يصح الفتح، لأن الذكر لله تعالى حقيقة هو استصحاب شهود العبد أنه بين يدي ربه تعالى, والذكر باللسان إنما هو وسيلة إليه، فإذا حصل له الشهود استغنى عن ذكر اللسان فلا يذكر باللسان إلا فى محل يقتدى به فيه لا غير، لأن حضرة شهود الحق تعالى حضرة بهت وخرس يستغنى عن الذكر إذ هو بمنزلة الدليل، فإذا حصلت الجمعية بالمدلول استغنى العبد عن الدليل . فاعلم ذلك فإنه نفيس .

Jika dikatakan kepada orang yang mengaku bahwa hatinya dapat hadir bersama Tuhannya Ta’ala dalam dzikirnya ; “Apa yang Dia berikan kepadamu dalam majlis itu?”

Lalu apabila ia menjawab; “Dia tidak memberi sesuatu apapun kepadaku”. Maka aku akan berkata padanya; “Engkau ingat pada yang lain, hatimu tidak hadir bersama-Nya disaat berdzikir, karena itu carilah olehmu seorang guru yang dapat menghilangkan darimu beberapa perkara yang menghalangi hadirnya hatimu”. Dan apabila ia tidak menemukan seorang guru pun, aku akan menyarankan kepadanya; Banyak-banyaklah berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan lisan hingga Allah Al-Haqq Ta’ala menjadi perkara yang engkau saksikan, disanalah nanti terbukanya hati yang sah, karena berdzikir kapada Allah Ta’ala hakikatnya adalah lestarinya penyaksian seorang hamba bahwa ia berada dihadapan Tuhannya Ta’ala, sedangkan berdzikir dengan lisan hanya sebagai perantara menuju penyaksian bahwa ia berada dihadapan-Nya (syuhud), bila telah berhasil syuhud, ia tidak perlu lagi berdzikir dengan lisan kecuali pada suatu tempat yang disana ia sebagai orang diikuti, bukan yang lainnya, karena suasana penyaksian bahwa dirinya berada dihadapan Allah Al-Haqq Ta’ala adalah suasana yang membingungkan dan membisukan yang ia tidak butuh lagi pada dzikir, karena dzkir ibarat suatu petunjuk, maka apabila semua yang ditunjukkan telah berhasil dicapai, seorang hamba tidak butuh lagi pada petunjuk. Ketahuilah, karena hal itu adalah masalah yang indah.


💎 ATURAN DALAM BERDZIKIR.

ولما ذكر شيئا من فضائل الذكر أخذ يتكلم على شيء من واجباته فقال

Setelah menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan dzikir, berikutnya beliau (Syaikh Al-Matbuliy) menjelaskan tentang kewajiban-kewajiban dalam berdzikir, beliau berkata ;

(وَلَا تُشْرِكْ مَعَهُ) أي مع الذكر (غَيْرَهُ)

“Janganlah engkau menyekutukan Allah dengan suatu apapun dalam berdzikir”

فقد أجمعوا على أن كل شيء أشركه المريد مع الذكر قطعه عن سرعة السير وإبطاء فتحه بقدره كثرة وقلة .

Para ‘ulama’ sepakat bahwa seorang murid yang menyekutukan segala sesuatu dalam dzikir akan mengurangi kecepatan perjalanannya dan memperlambat terbukanya hati sesuai dengan kadar besar dan kecilnya kemusyrikan yang dilakukan.

وقالوا :يجب على الشيخ أن يأمر المريد أن يذكر الله تعالى بلسانه بشدة وعزم، فإذا تمكن من ذلك يأمره أن يستوي فى الذكر بين قلبه ولسانه، ويقول له : اثبت على استدامة هذا الذكر كأنك بين يدي ربك تعالى أبدا بقلبك ولا تترك الذكر حتى يحصل لك منه حال وتصير أعضاؤك كلها ذاكرة لا تقبل الغفلة عن الله تعالى، ولا تزد على الفرائض والسنن المؤكدة، ولا تشتغل بقراءة القرآن الكريم ولا بغيره فإن ذلك إنما هو ورد الكمل الذين عرفوا عظمة الحق تعالى,

Para ‘Ulama’ berkata ; Bagi guru (thariqat) wajib memerintahkan murid-muridnya untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan lisannya dengan keras dan bersungguh-sungguh. Apabila hal itu telah kokoh, selanjutnya guru memerintahkannya untuk menyesuaikan dalam berdzikir antara lisan dan hatinya seraya berkata kepadanya; Bertahanlah dengan melestarikan dzikir ini seakan-akan engkau berada dihadapan Tuhanmu Yang Maha Luhur, janganlah engkau meninggalkan dzikir hingga engkau mendapatkan suatu derajat dari-Nya dan seluruh anggota tubuhmu menjadi ikut berdzikir serta tidak pernah lupa dari mengingat Allah Ta’ala, janganlah engkau menambah atas amalan-amalan fardlu dan sunnat mu_akkad, dan janganlah engkau menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur an Al-Karim atau yang lainnya, karena itu adalah wirid orang-orang yang sempurna yaitu orang-orang yang telah menyaksikan keagungan Allah Al-Haqq Ta’ala.

ثم بعد أن يلقنه الذكر يأمره بالجوع على التدريج شيئا فشيئا لئلا يقل قواه فينقطع عن الذكر, ويأمره أيضا بقلة اللغو والنوم وباعتزال الناس فإنه لا بد مع الإشتغال بالتوحيد من ذلك، وإلا فكل شيء حصل من نور التوحيد تطفيه ظلمة الأكل واللغو كما هو مقرر فى أركان الطريق، وقد عجز الأشياخ عن أن يوصلوا مريدا مع إخلاله بالأركان فلم يقدروا،

Kemudian setelah mengajarkan cara-cara berdzikir, selanjutnya guru memerintahkan murid-muridnya untuk mengosongkan perut secara bertahap sedikit demi sedikit agar tenaganya tidak habis sehingga dapat memutuskannya dari dzikir. Dan guru juga memerintahkannya untuk mengurangi waktu kosong dan tidur, serta menjauhkan diri dari orang-orang, karena sesungguhnya seorang murid harus menyibukkan diri dengan tauhid disamping hal tersebut, jika tidak, maka segala sesuatu yang telah didapatkan yang berupa nur tauhid akan dipadamkan oleh gelapnya tidur, penganguran dan bergaul dengan orang-orang sebagaimana hal itu telah ditetapkan dalam aturan-aturan thariqat, dan para guru tidak akan mampu untuk mengantarkan seorang murid lantaran melanggar aturan-aturan tersebut.

“Hendaklah engkau berdzikir dengan suara keras”

Karena berdzikir dengan suara keras lebih bermanfa’at bagi pemula yang belum mampu mengalahkan suatu karamaian.

وقد أجمعوا على أنه يجب على المريد الجهر بالذكر وإن ذكر السر والهويني لا يفيده رقيا، وينبغي أن يكون الجهر برفق فإنه إذا كان بغير رفق ربما يتربى له فتاق فى بطنه فيتعطل جهره،

Para ‘ulama’ sepakat bahwa bagi murid wajib berdzikir dengan suara keras, sebab berdzikir secara samar atau dengan suara rendah tidak akan berfaidah menaikkan derajatnya. Dan ketika berdzikir dengan suara keras hendaklah berdzikir secara pelan-pelan, karena apabila tidak pelan-pelan terkadang dapat meningkatkan lipatan pada perut sehingga suara dzikirnya menjadi hampa.

“Hendaklah engkau berdzikir dengan kekuatan penuh”

Maksudnya bagi murid wajib berdzikir dengan kekuatan penuh.

فقد قالوا : إذا ذكر المريد ربه بشدة وعزم طويت له مقامات الطريق بسرعة من غير بطء فربما قطع فى ساعة ما لا يقطعه غيره فى شهر وأكثر،

Para ‘ulama’ berkata; Apabila seorang murid berdzikir kepada Tuhannya dengan kekuatan penuh dan kemauan yang kuat, maka derajat-derajat thariqat akan dapat ditempuhnya dalam waktu singkat, terkadang dalam waktu sekejap ia mampu menempuh apa yang orang lain tidak mampu menempuhnya dalam waktu sebulan bahkan lebih.

وقالوا : يجب على المريد أن يذكر بقوة تامة بحيث لا يبقى فيه متسع ويهتز من فوق رأسه إلى أصبع قدميه، والدليل على ذلك قوله تعالى : "ثم قست قلوبهم من بعد ذلك فهي كالحجارة أو أشد قسوة"، فكما أن الحجر لا ينكسر إلا بقوة كذلك الذكر لا يؤثر فى جميع شتات قلب صاحبه إلا بقوة،

Dan para ‘ulama’ berkata; Bagi murid wajib berdzikir dengan kekuatan penuh sehingga tidak ada keleluasaan dan gerakan yang tertinggal mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki yang tidak ikut berdzikir. Adapun dalil yang menunjukkan atas hal tersebut adalah firman Allah Ta’ala ; “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi”. (Qs. Al-Baqarah 74).

Sebagaiman halnya batu yang tidak dapat hancur kecuali dengan kekuatan, demikian pula adanya dengan dzikir, dzikir tidak akan dapat memberikan pengaruh apapun dalam menyatukan bercerai berainya hati seseoranng kecuali dengan kekuatan.

“Hendaklah engkau berdzikir secara berjama’ah”

Maksudnya wajib berdzikir secara berjama’ah, karena berdzikir secara berjama’ah berpengaruh kuat dalam menghilangkan hijab.

وقد أجمع العلماء سلفا وخلفا على استحباب ذكر الله تعالى جماعة فى المساجد وغيرها من غير نكير بشرطه،

‘Ulama’ salaf maupun khalaf sepakat atas disunnatkannya berdzikir kepada Allah Ta’ala secara berjama’ah di masjid-masjid atau tempat lainnya dengan tidak memungkiri syarat-syaratnya.

وقد شبه الإمام الغزالي رحمه الله تعالى ذكر الإنسان وحده وذكر الجماعة بأذان المنفرد وأذان الجماعة، قال : فكما أن أصوات المؤذنين جماعة تقطع جرم الهواء أكثر من صوت مؤذن واحد، كذلك ذكر الجماعة على قلب واحد أكثر تأثيرا فى رفع الحجب لكون الحق تعالى شبه القلوب بالحجارة، ومعلوم أن الحجر لا ينكسر إلا بقوة  جماعة مجتمعين على قلب واحد، لأن قوة الجماعة اشد من قوة شخص واحد .

Imam Al-Ghozaliy rahimahullahu Ta’ala menyerupakan antara dzikir seorang diri dan dzikir secara berjama’ah dengan adzan sendirian dan adzan brjama’ah. Beliau berkata; Sebagaimana halnya suara orang-orang adzan secara berjama’ah dapat menembus udara lebih kuat daripada suara orang adzan sendirian, begitu pula berdzikir secara berjama’ah dengan menyatukan hati akan lebih kuat pengaruhnya dalam menghilangkan hijab, karena Allah Al-Haqq Ta’ala menyerupakan hati dengan batu, bahwa batu tidak dapat dipecahkan kecuali dengan menyatukan kekuatan dan hati, karena kekuatan orang banyak lebih besar daripada kekuatan satu orang.

فإن قيل : أيما أفضل ذكر "لا إله إلا الله" أو زيادة "محمد رسول الله؟" فالجواب : الأفضل فى ذكر السالكين "لا إله إلا الله" دون غيرها حتى تحصل لهم الجمعية مع الله تعالى بقلوبهم، فإذا حصلت فالأمرظاهر، وإيضاح ذلك أن محمدا رسول الله إقرار والإقرار يكفي فى العمر مرة واحدة، والمقصود من تكرار التوحيد كثرة الجلاء لحجب النفس،

Apabila dipertanyakan ; Manakah dzikir yang palling utama, apakah hanya “LA-ILA-HA ILLALLAH” atau ditambah “MUHAMMADUR RASULULLAH”?

Jawabnya ; Dzikir yang paling utama bagi seorang salik (penempuh jalan menuju Allah) adalah; “LA-ILA-HA ILLALLAH” bukan yang lainnya, hingga ia berhasil menyatukan cintanya kepada Allah Ta’ala dalam hatinya. Apabila telah berhasil, mau dzikir apa saja terserah. Adapun alasan dianjurkannya berdzikir hanya dengan kalimat “LA-ILA-HA ILLALLAH” tanpa ditambah “MUHAMMADUR RASULULLAH”, karena kalimat “MUHAMMADUR RASULULLAH” merupakan sebuah pengakuan, dan pengakuan dalam seumur hidup cukup satu kali. Sedangkan tujuan berdzikir dengan mengulang - ulang kalimat tauhid (LA-ILA-HA ILLALLAH) adalah karena lebih ampuh dibdalam menghilangkan hijab hati.

“Hendaklah engkau berdzikir dengan penuh memuliakan dan mengagungkan-Nya”

Maksunya ; Bagi orang yang berdzikir wajib menghadirkan keagungan Allah Al-Haqq Tabaraka wa Ta’ala sebelum mulai berdzikir.

قال الشيخ أبو بكر الكناني رحمه الله تعالى : من شرط الذاكر أن يصحبه الإجلال والتعظيم له وإلا لم يفلح صاحبه فى مقامات الرجال،

Syaikh Abu Bakar Al-Kannaniy rahimahullahu Ta’ala berkata ; “Termasuk syarat bagi orang yang berdzikir yaitu; Harus senantiasa memuliakan dan mengagungkan Allah Ta’ala, bila tidak, maka seseorang tidak akan berhasil mendapatkan derajat orang-orang yang sempurna”.

وكان يقول : والله لو لا أنه تعالى فرض علي ذكره لما تجارأت أن اذكره إجلالا له مثلي يذكر الحق تعالى ولم يغسل فمه بألف توبة مما سواه قبل ذكره .

Dan beliau berkata ; “Demi Allah, seandainya Allah Ta’ala tidak mewajibkan kepadaku untuk berdzikir kepada-Nya, tentu aku tidak berani berdzikir kepada-Nya karena mengagungkan-Nya. Sementara orang-orang seperti diriku berdzikir kepada Allah Al-Haqq Ta’ala, padahal ia tidak pernah mencuci mulutnya dengan seribu taubat dari selain-Nya sebelum berdzikir kepada-Nya”.

وأجمعوا على أن من لم يتحقق بآداب الذكر وهي عشرون أدبا فبعيد عليه الفتح، ومن واجبات الذكر التوبة من كل ما لا يعني قبل الشروع فيه، وكثرة الشكر بعده، وعدم الشرب عقبه، وعدم الإشتغال بجميع حقوق الخلق إلا ما كان عونا على السير .

Para ‘ulama’ sepakat bahwa orang yang belum mampu mengokohkan adab-adab berdzikir yang berjumlah 20 adab, jauh dari terbukanya pintu hati. Dan sebagian dari kewajiban dalam berdzikir adalah bertaubat dari segala perkara yang tidak berfaidah sebelum berdzikir, banyak bersyukur setelahnya, tidak segera minum setelah berdzikir, dan tidak menyibukkan diri dari segala urusan yang berhubungan hak-hak makhluk kecuali hal-hal yang dapat membantu perjalanannya menuju Allah Ta’ala.

وهذا آخر ما يسره الله تعالى بجمعه على "الوصية السنية" وأسأل الله تعالى من فضله أن ينفع به كل من وقف عليه، وأن يستر فضائحنا فى الدارين ، وأن لا يعاجلنا بالعقوبة، وأن يصلى ويسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين .

Inilah akhir dari apa yang Allah Ta’ala mudahkan dalam mengumpulkan wasiat-wasiat yang luhur. Aku memohon anugerah kepada Allah Ta’ala semoga Dia senantiasa menjadikan buku ini buku yang bermanfa’at bagi setiap orang yang membacanya, menutupi semua kejelekan-kejelekan kami di dunia dan di akhirat, tidak menyegerakan siksa-Nya kepada kami, dan semoga Dia senantiasa melimpahkan rahmat ta’dzim-Nya atas baginda kami Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan seluruh para shahabatnya. Amin.

👳 Wallahu A'lam Bish-Showab Min Kulli 'Aalimiin ... Semoga bermanfaaf 🙏

1 komentar:

Entri Unggulan

Maksiat Hati.

Ketatahuilah bahwasanya agama islam sangat mengedepankan akhkaq yang baik serta hati yang bersih dari segala penyakit yang akan menyengsarak...

Entri paling diminati