✓ MUQODDIMAH ILMU TAUHID
1. Secara bahasa Tauhid adalah Pengetahuan bahwa sesuatu itu satu. Secara syara’ adalah Pengetahuan untuk bisa menguasai penetapan aqidah-aqidah agama, yang didapat dari dalil-dalilnya yang bersifat keyakinan.
2. Obyek kajiannya adalah Dzat Allah dan Dzat rosul rosul-Nya (tentang hal-hal yang wajib, mustahil dan jaiz), hal-hal yang mungkin/mumkin sebagai perantara untuk menuju keyakinan adanya pencipta, dan hal-hal yang didengar/sam’iyyat/riwayat- riwayat (tentang keyakinan akan hal-hal itu).
3. Buah hasil ilmu tauhid adalah Ma’rifatullah (mengetahui Alloh) dengan bukti- bukti pasti, dan berakhir kepada sebuah keberuntungan serta kebahagiaan abadi.
4. Keutamaannya adalah merupakan ilmu syara’ yang paling mulia, karena berhubungan dengan Dzat Allah dan rosul rosul-Nya, serta yang bersangkut paut dengan itu semua.
5. Pelopor penggagas ilmu tauhid : Abu Hasan Al-Asy’ariy (Bashroh, 874-935 M) dan Abu Mansur Al-Maturidiy (Samarkand, wafat 944 M).
6. Hukum mempelajarinya : wajib ‘ain bagi setiap orang mukallaf, baik pria maupun wanita.
7. Masalah - masalah nya : Aturan-aturan atau hukum yang membahas hal-hal yang yang wajib, mustahil dan jaiz.
✓ Hukum Aqly
Secara akal, Hukum Ilmu Tauhid teringkas menjadi tiga, yakni :
1. WAJIB ..... Wajib adalah sesuatu yang ketiadaannya tidak tergambar (tak bisa diterima) oleh akal, misal manusia itu pasti akan mati, akal tidak menerima adanya manusia yang tidak akan mati alias abadi.
2. MUSTAHIL ...... Mustahil adalah sesuatu yang adanya itu tidak tergambar oleh akal, misal mustahil manusia akan hidup terus, akal tidak menerima adanya manusia yang hidup terus.
3. JAIZ (boleh) ...... Jaiz adalah sesuatu yang ada dan tidak adanya, itu sah/benar menurut akal, misal manusia itu bisa berumur 82 tahun, adanya manusia yang umurnya mencapai 82 tahun, atau tidak berumur 82 tahun, itu bisa diterima oleh akal.
✓ Sifat Wajib bagi Allah
Orang mukallaf secara syara’ wajib mengetahui hal-hal yang wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah dan rosul rosul-Nya. Termasuk hal yang wajib (pasti) bagi Allah adalah 20 sifat yang terbagi sebagai berikut :
Sifat Nafsiyah ➡️ 1.Wujud (ada)
Sifat Salbiyyah ➡️ 2. Qidam (dahulu tanpa permulaan) ➡️ 3. Baqo’ (kekal abadi) ➡️ 4. Mukholafatul lil khawadits (berbeda denga makhluq) ➡️ 5. Qiyamuhu binafsih (berdiri sendiri), tidak membutuhkan tempat dan pembuat (yang mewujudkan) ➡️ 6. Wahdaniyyah (satu Dzat, sifat dan tindakan-Nya)
Sifat Ma’aniy ➡️ 7.Qudroh (kuasa) ➡️ 8. Iradat (berkehendak) Qudroh dan Irodah berta’aluq dengan segala sesuatu yang mungkin adanya (mumkinat) ➡️ 9.‘Ilmu(mengetahui) Berta’aluq dengan segala yang wajib (pasti),jaiz dan mustahil. ➡️ 10.Hayat (hidup) Tidak berta’aluq dengan sesuatupun ➡️ 11.Sama’ (mendengar) ➡️ 12. Bashor (melihat) Sama’ dan Bashor berta’aluq dengan segala sesuatu yang ada (maujud) ➡️ 13.Kalam (berfirman) Berbicara tanpa dengan huruf dan suara. Kalam berta’aluq dengan segala yang wajib (pasti), jaiz dan mustahil.
Ta’aluq adalah tuntutan sifat terhadap suatu tambahan pada dzat (yang mempunyai sifat itu), sesuai dengan sifat itu. Misal melihat, menuntut adanya barang yang dilihat, nah tuntutan/hubungan antara melihat (sebagai sifat) dengan barang yang dilihat (sebagai tambahan bagi dzat yang melihat), itulah ta’aluq. Berbeda dengan hidup, yang tidak menuntut tambahan lain selain pada dzat yang hidup itu sendiri, sehingga hidup itu tak mempunyai ta’aluq.
Sifat Ma’nawiyah ialah Merupakan sifat-sifat yang sangat erat hubungannya (mulazimah) dengan tujuh sifat Ma’ani y sebelumnya. Allah bersifat kuasa (Qudroh), maka keadaan Allah itu pasti Dzat yang maha berkuasa (Qoodirun) dan seterusnya. ➡️ 14.Adanya Allah itu Dzat yang berkuasa (Qoodirun) ➡️ 15.Adanya Allah itu Dzat yang berkehendak (Muriidun) ➡️ 16.Adanya Alloh itu Dzat yang mengetahui (‘Aalimun) ➡️ 17.Adanya Allah itu Dzat yang hidup (Hayyun) ➡️ 18.Adanya Allah itu Dzat yang mendengar (Samii’un) ➡️ 19.Adanya Allah itu Dzat yang melihat (Bashiirun) ➡️ 20.Adanya Allah itu Dzat yang berfirman (Mutakallimun).
✓ Sifat yang mustahi bagi Allah
Termasuk hal yang mustahil bagi Allah adalah 20 sifat kebalikan dari 20 sifat wajib sebelumnya, yakni :
1. ‘Adam (tiada)
2. Khuduts (baru)
3. Fana’ (rusak, menjadi tiada)
4. Mumatsalatul lil khawadits (sama dengan makhluq). Misal : - Berupa atau berbentuk (materi benda) yang butuh tempat kosong - Berupa‘ i rd h (sifat/tabiat/kelakuan) yang menempel pada jirm - Berada di arah suatu jirm - Mempunyai arah (di atas, di kiri, di selatan dsb.) - Dibatasi oleh ruang dan waktu - Dzat-Nya disifati dengan hal-hal yang baru - Disifati dengan kecil atau besar - Mempunyai tujuan-tujuan dengan tindakan dan hukum-hukum-Nya. Jadi dalam penciptaan manusia dan adanya perintah kewajiban sholat, Allah tidak mempunyai tujuan-tujuan tertentu misal supaya mereka menyembah dan ingat kepada Allah. Namun semua itu mempunyai hikmah sehingga tidak sia-sia penciptaannya.
5. Ihtiyajuhu lighoirih (tidak berdiri sendiri, butuh yang lain), misal berupa sifat yang ada pada satu tempat, atau membutuhkan pembuat (yang mewujudkan).
6. Ta’adud (berbilangan, berjumlah, tidak esa). Misal : - Dzatnya mempunyai kembaran yang lain - Benda-benda yang ada itu mempunyai peran dalam menyebabkan sesuatu disamping Allah sendiri. Jadi api itu tidak menyebabkan terbakar, pisau itu tidak menyebabkan terpotong, dan makanan itu tak menyebabkan kenyang, yang menyebabkan (muatstsir) itu semua adalah Allah sendiri.
7. ‘Ajzun (lemah) dari segala yang mungkin (mumkin).
8. Karohah (terpaksa). Mustahil Alloh menjadikan satu bagian alam disertai rasa terpaksa atas terjadinya hal itu, dengan kata lain tanpa menghendakinya, atau menjadikannya karena lupa, karena sebab tertentu atau karena watak tabiatnya.
9. Jahlun (bodoh, tidak mengetahui) terhadap segala yang ma’lum.
10. Mautun (mati)
11. Shomamun (tuli)
12.‘Umyun (buta)
13. Bukmun (bisu)
14. Kaunuhu ‘Ajizan = Zat yang lemah
15. Kaunuhu Karihan = Zat yang terpaksa
16. Kaunuhu Jahilan = Zat yang bodoh
17. Kaunuhu Mayyitan = Zat yang mati
18. Kaunuhu Asshama = Zat yang tuli
19. Kaunuhu ‘Ama = Zat yang buta
20. Kaunuhu Abkama = Zat yang bisu.
✓ Sifat jaiz bagi Allah
Sifat Jaiz (boleh) Allah adalah fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, melakukan segala sesuatu yang mungkin atau meninggalkannya. Allah bebas, berhak serta berkuasa menciptakan seseorang itu besar, gemuk, tinggi, hitam, kaya dan pandai, atau tidak seperti itu.
✓ Sifat wajib Rosul
1. Shiddiq (benar) berdasarkan khobar (informasi) dari mereka dengan kenyataan (realitas) yang ada. Ada tiga macam bentuk siddiq bagi para Rosul, yakni :
➡️ Benar dalam da’wah kerosulan (risalah) yang dibawanya.
➡️ Benar dalam dalam hukum-hukum yang mereka sampaikan dari Alloh
➡️ Benar dalam ucapan yang berhubungan erat dengan masalah keduaniaan, misal mengatakan Zaid telah datang, aku telah makan, aku membelinya dari Umar dsb. Yang dimaksud disini adalah nomor 1 dan 2, sedang nomor 3 masuk amanah.
2. Amanah (dapat dipercaya) Tiadanya khianat bagi mereka untuk melakukan perbuatan haram atau makruh : Terjaganya jiwa-raga mereka dari perbuatan yang dilarang, baik haram maupun makruh. Sesuatu yang menancap dengan kuat (dimiliki) dalam hati yang mencegah pemiliknya melakukan hal-hal yang dilarang.Terjaga dari berbuat dosa (maksum)
3. Tabligh (menyampaikan) Menyampaikan apa yang telah wahyukan atau diperintahkan pada mereka untuk disampaikan pada umatnya. Pada sifat menyampaikan ini pun Rosul memiliki tiga kriteria bentuk wahyu yang akan disampaikan oleh mereka, yakni :
➡️ Apa yang wajib mereka sampaikan
➡️ Apa yang wajib mereka rahasiakan (simpan)
➡️ Apa yang mereka diberi pilihan antara disampaikan atau disimpan, terserah.
4. Fathonah (cerdas)
Para rosul pasti bersifat fathonah, yaitu kecerdasan dan wawasan pikiran yang mumpuni guna mendukung dakwah risalah mereka. Maksud wajib disini adalah tiada lepasnya sifat-sifat tersebut, meski dengan dalil syara’, karena wajibnya sfat amanah dan tabligh dengan dalil syara’ (naqliy), sedang wajibnya shiddiq dengan dalil akal (‘aqliy), walaupun mu’jizat yang sebagai tanda yang menunjukkan shidhq, itu berdasar adat kebiasaan.
✓ Sifat mustahil bagi Rosul
1. Kadzab (berbohong) ➡️ tidak sesuainya informasi yang diberikan, dengan realitas yang ada.
2. Khianat ➡️ Melakukan tindakan (termasuk ucapan) yang dilarang baik haram maupun makruh, meski pernah diriwayatkan nabi pernah buang air kecil sambil berdiri, basuhan wudhu berkali-kali pernah dua kali-dua kali, karena itu untuk tasyri’ (memberi pelajaran syara’) dan menerangkan kebolehannya, dan tasyri’ seperti itu adalah wajib bagi beliau.
3. Kitman (menyembunyikan) ➡️ Merahasiakan (menyimpan) sesuatu yang diperintahkan untuk disampaikan, meskipun lupa. Karena mereka tidak boleh lupa terhadap hokum-hukum yang harus mereka sampaikan dari Alloh, walaupun dalam masalah lain mereka boleh lupa. Nabi sendiri pernah lupa untuk mengerjakan sholat, tetapi disebabkan kesibukan hatinya mengagungkan Alloh.
4.Al-Ghoflah (lalai) & ‘Adamul Fathonah (tidak cerdas). ➡️ Lalai dalam mengingat Allah terlebih lalai dalam mengemban amanah risalah yang telah Allah perintahkan. Serta mustahil bersifat bodoh.
✓ Sifat jaiz para Rosul
Para rosul boleh memiliki atau melakukan kelakuan atau watak manusia biasa (al- a’roodh al-basyariyyah), yang tidak mengakibatkan berkurangnya martabat mereka yang luhur, misal sakit, lelah, makan, minum, mengantuk, tidur, beristri dan sebagainya.
BUKTI BUKTI SIFAT WAJIB DAN JAIZ PARA ROSUL
1. Shiddiq Buktinya adalah, seandainya mereka tidak benar, maka pastilah berdusta (kadzab) terhadap khobar Allah, padahal Allah telah membenarkan mereka dengan penurunan mu’jizat, sesuai dengan ayat : Shodaqo ‘abdii fii kulli maa yab-lughu ‘annii.
Mu’jizat : sesuatu yang keluar dari adat kebiasaan, bersamaan dengan tantangan dakwah risalah, tanpa adanya tandingan. Adapun syarat-syarat mu’jizat mereka ialah :
➡️ Merupakan perbuatan Allah atau yang serupa (meninggalkan perbuatan), supaya menggambarkan keadaannya sebagai pembenar dari Allah bagi orang yang diberinya. Contoh perbuatan : keluarnya air dari celah-celah jejari Nabi. Contoh meninggalkan perbuatan : tidak terbakarnya nabi Ibrohim oleh api.
➡️ Merupakan sesuatu yang keluar dari adat kebiasaan, karena melemahkan seseorang tak akan terwujud kecuali dengan hal itu.
➡️ Munculnya dari tangan orang yang mendakwahkan kenabian, supaya dimengerti bahwa mu’jizat itu membenarkannya.
➡️ Bersamaan dengan dakwah, baik secara hakikat maupun hukumnya, karena mu’jizat merupakan saksi, sehingga tidak boleh sebelum adanya dakwah itu.
➡️ Sesuai dengan dakwah (pengakuan), maka yang tidak sesuai, tidak dihitung membenarkan, seperti terbelahnya gunung ketika pengaku rosul mengucapkan : mu’jizatku adalah terbelahnya lautan
➡️ Tidak malah mendustakan pengakunya, seperti ucapannya : mu’jizatku adalah berbicaranya batu ini, lalu batu itu berbicara bahwa orang itu tukang mengada-ada dan pendusta.
➡️ Tidak bisa ditandingi, kecuali oleh nabi yang semisalnya.
➡️ Keluarbiasaan-nya itu tidak terjadi ketika waktu rusaknya aturan adat kebiasaan, sehingga apa yang terjadi ketika hari kiamat tidak termasuk mu’jizat. Ini merupakan syarat tambahan dari sebagian ulama’ Sesuatu yang luar biasa yang keluar dari adat yang tidak memenuhi syarat di atas, tidak bisa disebut mu’jizat, tetapi dinamakan sbb :
➡️ Irhaashatau ta’siis : Suatu tanda dasar bagi kerosulannya, bila terjadi sebelum masa kerosulannya. Misal sebelum jadi nabi, nabi kita selalu dibayang-bayangi oleh awan.
➡️ Karomah : Suatu tanda kemuliaan yang berupa hal luar biasa yang muncul dari tangan seorang yang jelas kebaikan dan keadilannya (wali), tapi tidak mengaku rosul atau nabi. Misal riwayat karomah Sunan Bonang yang bisa merubah buah aren menjadi emas.
➡️ Ma’unah : Suatu pertolongan dari sisi Alloh yang berupa hal luar biasa yang muncul dari tangan seorang yang tidak dikenal keadaannya, tidak menampakkan kebaikan tidak pula kefasikan. Misal si Munir, santri yang kelihatannya biasa-biasa saja, terjun dari lantai tingkat empat, dan jatuh di lantai halaman pondok dalam keadaan segar bugar.
➡️ Istidrooj : Suatu tanda penghinaan dari Alloh yang berupa hal yang luar biasa yang muncul dari tangan seorang yang fasik, dalam arti bahwa Alloh meningkatkannya dengan menampilkan hal itu di tangannya, lantas dia berlarut-larut dalam kefasikan, sehingga bila Alloh mengambilnya, maka dia tidak dilepaskan-Nya (mati suu-ul khootimah), na’uudzu billaah min dzaalik.
➡️ Ihaanahatau khidzlan : Suatu tanda pendustaan dan penghinaan dari Alloh yang berupa yang berupa hal yang luar biasa pada tangan seoorang pembohong. Misal riwayat Musailamah al-Kadzdzab, yang mengaku menjadi rosul di masa Nabi saw, pernah meludahi mata seorang laki-laki dengan maksud mengobatinya, namun mata itu malah menjadi buta
➡️ Sihir : Suatu keluarbiasaan yang muncul dari seseorang, yang bisa dipelajari oleh orang lain dan bisa ditandingi.
2. Amanah dan Tabligh Buktinya adalah, seandainya mereka berkhianat dengan melakukan keharaman dan kemakruhan, maka pastilah keharaman dan kemakruhan itu berbalik menjadi ketaatan (tho’ah) bagi mereka. Karena Allah memerintah kita untuk mengikuti perkataan dan perbuatan mereka, sehingga Allah tidak menyuruh mereka untuk melakukan keharaman maupun kemakruhan. Ini juga bisa dijadikan bukti sifat wajib tabligh.
3. Fathonah, Buktinya ialah seandainya mereka tidak lalai dan tidak cerdas, niscaya mereka tidak mungkin dapat mengemukakakan hujjah (bantahan) terhadap lawan bicara mereka dan tidak mungkin mampu berdebat dengan mereka untuk menanamkan kebenaran pada mereka, sampai mereka merasa puas. Apabila para rosul tidak cerdas, maka jelas bertentangan dengan tugas yang diberikan oleh Allah , yaitu menunjukkan kepada mahluq tentang kebenaran.
4. Sifat Jaiz, Bukti bahwa para rosul itu bersifat jaiz (boleh berperilaku seperti manusia biasa) ialah, disaksikannya realitas sifat-sifat itu pada diri mereka dan sifat-sifat itu tidak mencacatkan atau menjadikan manusia lari dari mereka, misal gila, ayan yang lama, kusta, sopak dan buta. Ada beberapa alasan mengapa mereka tetap boleh berperilaku seperti manusia biasa, diantaranya :
➡️ Untuk melipatgandakan dan mengagungkan pahala yang mereka raih, seperti sakit.
➡️ Untuk tasyri’ (memberi pelajaran hukum syariat) agar umatnya melakukannya
➡️ Utuk menurunkan/mewariskan masalah dunia kepada orang lain (keturunannya)
➡️ Sebagai peringatan betapa hina derajat dunia di sisi Alloh dan tidak ridhonya Allah, dunia sebagai tempat balasan bagi para nabi dan wali- Nya, dengan melihat tingkah laku mereka atas masalah dunia.
✓ Makna syahadat tauhid
Makna dari keyakinan-keyakinan (‘aaqo-id) ini semuanya terkumpul dalam ucapan : laa ilaaha illal-lloh muhammadur rosuululloh . Penjelasannya sebagai berikut :
1. Karena makna uluhiyyah (ketuhanan) adalah tidak butuhnya Tuhan (al-ilaah) dari segala sesuatu selain-Nya, dan butuhnya segala sesuatu selain-Nya kepada-Nya. Jadi makna laa ilaaha illal-lloh : Tiada dzat yang tidak membutuhkan segala sesuatu selain-Nya, dan tiada dzat yang segala sesuatu selain-Nya membutuhkan- Nya, selain Allah swt.
2. Adapun ketidak butuhan (istighnaa’) Allah swt. dari segala sesuatu selain-Nya, itu mewajibkan (memastikan) Allah itu wujud (ada), qidam (dahulu), baqo (kekal), mukholafatul lil khawadits (beda dengan makhluq), qiyamuhu bi nafsih (berdiri sendiri) dan Maha Suci Allah dari segala sifat kekurangan. Dan masuk juga ke dalamnya sifat wajibsama’ (mendengar),bashor (melihat) dankalam (berfirman), karena seandainya sifat-sifat ini tidak wajib bagi Alloh, maka pastilah Dia membutuhkan pembuat/pembaharu (muhdats), tempat, atau sesuatu yang menghilangkan kekurang-kurangan itu darinya.
3. Dari ketidak butuhan Allah juga bisa diambil pengertian, Sucinya Allah dari tujuan-tujuan (ghordh) pada perbuatan-perbuatan dan hukum-hukum-Nya. Andai tidak bersih, maka pasti membutuhkan sesuatu yang bisa menghasilkan tujuan- Nya. Bagaimana hal itu terjadi ? Padahal Allah swt tidak membutuhkan sesuatu selain diri-Nya.
4. Dari ketidak butuhan Allah juga bisa diambil pengertian bahwa Allah tidak wajib melakukan sesuatu yang mumkin dan tidak wajib meninggalkannya, karena seandainya hal itu secara akal wajib, seperti memberi pahala, maka pastilah Allah swt membutuhkan hal itu, supaya sempurna tujuan-Nya, padahal tidak wajib bagi Allah swt kecuali sesuatu yang sempurna bagi-Nya. Bagaimana itu terjadi ?, padahal Allah swt tidak butuh segala sesuatu selain-Nya!.
5. Adapun butuhnya segala sesuatu selain-Nya kepada Allah swt, maka itu mewajibkan (memastikan) Allah bersifat hayat (hidup), qudroh (kuasa), irodah (berkehendak) dan ilmu (mengetahui), karena seandainya Allah tidak bersifat seperti itu, maka tidaklah mungkin untuk bisa mewujudkan makhluq (khawadits) sedikitpun, sehingga tidak ada sesuatupun yang membutuhkan-Nya. Bagaimana itu terjadi ?, padahal Allah-lah dzat yang segala sesuatu selain-Nya, sangat membutuhkan-Nya.
6. Dari butuhnya segala sesuatu selain-Nya pada-Nya, juga mewajibkan Allah bersifat wahdaniyyah (esa), karena seandainya ada dzat kedua selain Allah yang mempunyai sifat ketuhanan (uluhiyyah), maka pastilah tidak ada sesutupun yang membutuhkan-Nya, karena lemahnya kedua dzat itu, ketika hal itu terjadi. Bagaimana itu terjadi ?, padahal Allah-lah dzat yang segala sesuatu selain-Nya, sangat membutuhkan-Nya.
7. Dari butuhnya makhluq akan Allah, juga bisa diambil pengertian bahwa tidak ada sesuatu pun yang bisa memberi bekas (pengaruh,ta’tsiir) pada sesuatu yang mumkin, sedikitpun. Andai ada, maka pastilah bekas itu tidak membutuhkan Allah swt, padahal Allah adalah dzat yang segala sesuatu selain-Nya, membutuhkan- Nya. Ketiadaan pemberian pengaruh/bekas pada sesuatu yang mumkin, itu terjadi bila kita mengira-ngirakan ada sesuatu (yang mumkin) yang bisa memberi bekas dengan wataknya (thob’iy). Sedang bila kita mengira-ngirakan sesuatu itu memberi pengaruh/bekas dengan suatu kekuatan yang ada padanya, yang berasal dari Allah, sebagimana sangkaan banyak orang bodoh (kaum mu’tazilah), itu semua mustahil, karena ketika hal itu terjadi, maka Allah jadi butuh suatu perantara (waasithoh) dalam penciptaan sebagian perbuatan-Nya. Dan itu semua batal, berdasar apa yang telah kita ketahui dari wajibnya ketidak butuhan Allah dari segala sesuatu selain diri-Nya. Sudah cukup jelaslah cakupan makna dari ucapan laa ilaaha illal-lloh, yang mengandung 3 macam hal yang wajib diketahui oleh orang mukallaf, yakni tentang sifat wajib, mustahil dan jaiz yang hak bagi Allah swt.
8. Adapun ucapan muhammadur-rosululloh, maka disitu masuk iman kepada nabi- nabi yang lain, malaikat, kitab-kitab samawiy, hari akhir, serta qodho dan qodar. Karena nabi Muhammad datang dengan membenarkan kesemuanya itu.
9.Dari lafadz itu juga bisa diambil pengertian :
➡️ Wajibnya sifat shidhq bagi para rosul.
➡️ Mustahilnya sifat kidzb bagi mereka, jika tidak begitu maka mereka tidak akan menjadi rosul yang amanah bagi Allah yang maha mengetahui hal-hal yang samar.
➡️ Mustahilnya mereka melakukan perbuatan yang dilarang, semuanya, karena mereka diutus supaya manusia tahu perkataan, perbuatan dan diam mereka, sehingga pasti tidak ada yang menentang perintah Allah swt, karena Allah telah memilih mereka dari semua mahluq, dan memberi mereka amanat atas rahasia wahyu-Nya.
➡️ Bolehnya mereka punya prilaku manusia umumnya (a’roodh al- basyariyyah), karena hal itu tidak membuat cacat kerosulan mereka dan ketinggian derajat mereka di sisi Allah, bahkan semua itu malah menambah derajat dan kemuliaan mereka. Jelas sudah makna kedua kalimah syahadat itu, dengan jumlah huruf yang sedikit, mampu mengumpulkan semua hal yang wajib diketahui oleh orang mukallaf, yakni keyakinan-keyakinan tentang iman pada Allah dan utusan-utusan-Nya. Mungkin karena ringkasnya dan kemampuannya mencakup hal itu semua, maka syara’ menjadikannya sebagai terjemahan dari islam yang ada dalam hati, dansyara’ tidak menerima iman seorangpun, kecuali dengan kalimah syahadat itu. Oleh karenanya, sebaiknya orang yang berakal (‘aqil) memperbanyak mengucapkan kalimah syahadat sambil menghadirkan makna ‘aqo-id iman yang terkandung di dalamnya, sampai maknanya bercampur dengan daging dan darahnya, sebab tak terbilang jumlah rahasia dan keajaiban/karomah akibat melaksanakan hal itu (memperbanyak dzikir).
Menurut imam Syafi’iy, tidak cukup ucapan : Allohu ahad Muhammadur-rosuul sebagai kalimah syahadat, akan tetapi disyaratkan :
1. Memakai lafadz Asyhadu
2. Mengetahui maknanya, meski secara garis besar. Sehingga seandainya ada orang non- arab diajari pelafadzan bahasa arab, lalu ia melafadzkan dua kalimah syahadat (syahadatain) itu, sedang ia tak tahu maknanya, maka belum dihukumi masuk islam.
3. Tertib/berurutan, syahadat tauhid dulu baru syahadat rosul. Jika terbalik, maka keislamannya belum sah.
4. Bersambung (terus-menerus) antara pelafadzan kedua syahadat itu. Jika setelah membaca syahadat tauhid dipisah oleh waktu yang lama, baru kemudian membaca syahadat rosul, maka keislamannya belum sah.
5. Yang mengucapkannya adalah orang mukallaf (baligh dan berakal). Sehingga islamnya anak kecil dan orang gila, itu tidak sah, kecuali karena mengikuti orang tua (tab’an).
6. Tidak terang-terangan secara dzohir melakukan sesuatu yang bisa menghapus keislamannya. Sehingga islamnya orang yang sedang sujud pada berhala, itu tidak sah.
7. Merupakan kemauannya sendiri (ikhtiar, pilihan pribadi, tidak dipaksa). Sehingga tidak sah islamnya orang yang dipaksa, kecuali bila ia termasuk golongan musuh (kharbiy) atau orangmurtad, karena memaksa kedua golongan ini untuk masuk islam, adalah haq (dibenarkan).
8. Mengakui (iqroor) terhadap apa yang pernah ia ingkari, atau menarik kembali kebolehan suatu hal, apabila kufurnya sebab menentang sebagian ijma’ yang diketahui dari agama secara dhoruri (spontan, tanpa dipikir). Akan tetapi qoul mu’tamad madzhab malikiy menyatakan, tidak disyaratkan seperti itu, tetapi berputar pada lafadz yang menunjukkan pengakuan (iqroor) bahwa Allah itu Maha Esa, dan Muhammad itu Rosululloh.
Semoga Allah swt melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, keluarga dan shahabatnya yang baik dan suci. Allohumma tsabbit qolbii ‘alaa diinik, Wal-hamdu lil-llaahi robbil ‘aalamiin…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar