Kitab Sairul Salikin


Data ringkas kitab

Judul: Sair al-Salikin ila ‘Ibadati Rabbil ‘Alamin

Kategori: Tasawuf

Pengarang: Syaikh ‘Abdusshomad al-Falimbani رحمه الله تعالى

Sair al-Salikin adalah merupakan sebuah karya agung tasawwuf didalam bahasa Melayu. Sebuah karya yang sangat terkenal di Nusantara. Kitab ini terdiri daripada 4 juz yaitu sebagai berikut :

- Juz pertama membahas tentang ilmu ushuluddin dan segala perkara yangberkaitan dengan ibadat yang zahir – ditulis pada 1193H/1779M dan selesai pada awal tahun 1194H/1780M di Mekah
-Juz kedua membahas tentang adat yakni mengenai hukum dan adab yang berlaku pada adat seperti makan-minum dan sebagainya - mulai ditulis pada 1194H/1780M dan selesai pada hari Sabtu, 19 Ramadan 1195H/1781di Thaif.
-Juz ketiga membahas tentang muhlikat yaitu perkara-perkara yang membinasakan sekelian amal - mulai ditulis pada tahun 1195H/1781M dan diselesaikan pada 19 Safar 1197 H/1783 M di Makkah.
-Juz keempat membahas tentang munjiyat yaitu perkara-perkara yang menghilangkan amal - Syaikh Abdusshamad tidak menyebut tahun ia mulai menulisnya, tetapi beliau selesai menulisnya pada 20 Ramadan 1203H/1788 di Thaif
Manuskrip Kitab Sairus Salikin

Sebahagian besar isi kitab ini adalah merupakan terjemahan dari Lubabul Ihya yaitu mukhtasar (ringkasan) kitab Ihya Ulumiddin. Namun Syaikh Abdusshomad juga menaqalkan dari kitab-kitab lain. Antaranya yaitu :
- Kitab-kitab karangan Imam al-Ghazali seperti Ihya Ulumiddin, Bidayah al-Hidayah, Madhmun, Jawahirul Qur’an, Minhajul ‘Abidin, Arbai’in fi Ushuliddin dan sebagainya; -- Kitab al-Habib Abdullah bin ‘Alawi al-Haddad, Al-Fushulul al-Ilmiyyah wa al-Ushuulul Hukmiyyah
Kitab Syaikh Hussin bin ‘Abdullah BaFadhal: Ghaits al-Mawahib al-‘Aliyah fi
Syarh al-Hikam al-‘Athoiyyah oleh Ibn ‘Abbad;
Al-Fusul al-Miftahiyyah wa al-Nafahat al-Ruhaniyyah oleh ; Sairus Suluk oleh Syaikh Qasim al-Halabi; Al-Durruts Tsamin fi Bayani al-Muhim min ‘Ilmiddin oleh al-Habib ‘Abdul Qadir al-‘Aidarus;
Iqna oleh Syaikh Khatib al-Syarbini; Minhajul Qawim oleh Syaikh Ibn Hajar al-Haithami; Al-Ghunyah oleh Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailani; Syarh al-Raudhu al-Thalib oleh Syaikh Zakaria al-Anshari;
Tuhfatul Muhtaj oleh Syaikh Ibn Hajar al-Haithami; Hikam oleh Ibn ‘Athoillah; Raudhah al-Thalibin oleh Imam Nawawi;
Nashoih al-Diniyyah oleh Habib ‘Abdullah bin ‘Alawi al-Haddad;
Futuhatul Makkiyah oleh Syaikh Muhyiddin Ibn ‘Arabi;
Uhud al-Muhammadiah oleh Syaikh ‘Abdul Wahhab al-Sya’rani;
Hikam Ibn Ruslan; ad-Da'wah at-Tammah wa Tazkiratul 'Aammah oleh Habib ‘Abdullah bin ‘Alawi al-Haddad; Hikam Abi Madyan;
Risalah al-Makkiyah oleh Syaikh Tajuddin al-Naqsyabandi; Al-Nafahat al-Ilahiyyah fi Suluk al-Thariqah al-Muhamadiyah oleh Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Karim al-Samman;
Hidayatul Ahbab Fima Lil Khalwati Minas Syuruthi wal Adab – Syaikh Musthafa al-Bakri; Adabul Murid oleh Abu al-Najib Abdul Qahhar bin ‘Abdullah bin Muhammad al-Sahruwardi;
Al-Fushul al-Fathiyyah oleh al-‘Arifbillah asy-Syaikh Hussin bin ‘Abdullah BaFadhal; Al-Minahus Saniyyah ‘ala al-Wasiyyah al-Matbuliyah oleh Syaikh ‘Abdul Wahhab al-Sya’rani;
Risalah Asrarul ‘Ibadah oleh Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Karim al-Samman;
Risalah Anwarul Qudsiyah oleh Syaikh ‘Abdul Wahhab al-Sya’rani;
Madarij al-Salikin oleh Syaikh ‘Abdul Wahhab al-Sya’rani;
Fath al-Rahman Syarah Hikam Ibn Ruslan oleh Syaikh Zakaria al-Anshari;
Al-Yawaqit wa al-Jawahir fi Bayani ‘Aqaid al-Akhbar- Syaikh ‘Abdul Wahhab al-Sya’rani; Masyariqul Anwar al-Qudsiyah fi Bayani ‘Uhudil Muhammadiyah oleh Syaikh ‘Abdul Wahhab al-Sya’rani;
Zahrul Basim oleh Sayyid ‘Abdul Qadir; Al-Minan al-Kubra oleh Syaikh ‘Abdul Wahhab al-Sya’rani;
Al-Amin fi Intifa’il Mayyiti Bil Qur’anil ‘Adzim oleh Syaikh Abdurrahman al-Tahawi

Didalam kitab ini juga, Syaikh ‘Abdusshomad telah mengkategorikan kitab-kitab tasawuf kepada 3 tingkatan yaitu untuk dipelajari dan dikaji oleh golongan mubtadi, mutawassith dan muntahi. Adapun kitab yang beliau karang ini, beliau kagetorikan sebagai kitab lanjutan yang harus dikaji bagi murid yang mubtadi setelah mempelajari dan mengkaji kitab Hidayatus Salikin yang juga dikarang oleh beliau.

Walaupun kitab ini sudah berusia lebih 200 tahun, namun kandungan kitab ini bernilai tinggi dan bersifat ilmiyah tasawuf yang cukup mantap serta masih segar, relevan dan terkehadapan untuk dijadikan panduan generasi kini. Oleh kerana itu ia masih dicetak dan beredar dipasaran kitab.
Sumber " Alfanshuri

Kitab Futuhal Ghaib (Syekh Abd. Qodr Jilani RA)


Bismillahirohmanirrohiim

Ada tiga perkara yang wajib diperhatikan oleh setiap Mu'min di dalam seluruh keadaan, yaitu: (1) melaksanakan segala perintah Allah; (2) menjauhkan diri dan segala yang haram; (3) ridha dengan hukum-hukum atau ketentuan Allah.

Ketiga perkara ini jangan sampai tidak ada pada seorang Mu'min. Oleh karena itu, seorang Mu'min harus memikirkan perkara ini. Bertanya kepada dirinya tentang perkara ini dan anggota tubuhnya melakukan perkara ini.

Ikutilah dengan ikhlas jalan yang telah ditempuh oleh Nabi besar Muhammad saw. dan janganlah merubah jalan itu. Patuhlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan jangan sekali-kali berbuat durhaka. Ber-Tauhid-lah kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya. Allah itu Maha Suci dan tidak mempunyai sifat-sifat tercela atau kekurangan. Janganlah ragu-ragu terhadap kebenaran Allah. Bersabarlah dan berpegang-teguhlah kepada-Nya. Bermohonlah kepada-Nya dan tunggulah dengan sabar. Bersatu-padulah di dalam menta'ati Allah dan janganlah berpecah-belah. Saling mencintailah di antara sesama dan janganlah saling mendengki. Hindarkanlah dari dari segala
noda dan dosa. Hiasilah dirimu dengan keta'atan kepada Allah.

Janganlah menjauhkan diri dari Allah dan janganlah lupa kepada-Nya. Janganlah lalai untuk bertobat kepada-Nya dan kembali kepada-Nya. Janganlah jemu untuk memohon ampun kepada Allah pada siang dan malam hari. Mudah-mudahan diberi rahmat dan dilindungi oleh-Nya dari marabahaya dan azab neraka, diberi kehidupan yang berbahagia di dalam surga, bersatu dengan Tuhan dan diberi nikmat-nikmat oleh-Nya. Anda akan menikmati kebahagiaan dan
kesentosaan yang abadi di surga beserta para Nabi, orang-orang shiddiq, para syuhada' dan orang-orang shaleh. Anda akan hidup kekal di dalam surga itu untuk selama-lamanya.

------------------------------------

Apabila kamu 'mati' dari makhiuk, maka akan dikatakan kepada kamu, "Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu." Kemudian Allah akan mematikan kamu dari nafsu-nafsu badaniyyah. Apabila kamu telah 'mati' dari nafsu badaniyyah, maka akan dikatakan kepada kamu, "Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu". Kemudian Allah akan mematikan kamu dan kehendak-kehendak dan nafsu. Dan apabila kamu telah 'mati' dari kehendak dan nafsu, maka akan dikatakan kepada kamu, "Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu." Kemudian Allah akan menghidupkan kamu di dalam suatu 'kehidupan' yang baru.

Setelah itu, kamu akan diberi 'hidup' yang tidak ada 'mati' lagi. Kamu akan dikayakan dan tidak akan pernah papa lagi. Kamu akan diberkati dan tidak akan dimurkai. Kamu akan diberi ilmu, sehingga kamu tidak akan pernah bodoh lagi. Kamu akan diberi kesentosaan dan kamu tidak akan merasa ketakutan lagi. Kamu akan maju dan tidak akan peroah mundur lagi. Nasib kamu akan baik, tidak akan pemah buruk. Kamu akan dimuliakan dan tidak akan dihinakan. Kamu akan didekati oleh Allah dan tidak akan dijauhi oleh-Nya.
Martabat kamu akan menjadi tinggi dan tidak akan pernah rendah lagi. Kamu akan dibersihkan, sehingga tidak lagi kamu merasa kotor. Ringkasnya, jadilah kamu seorang yang tinggi dan memiliki kepribadian yang mandiri. Dengan demikian, maka kamu boleh dikatakan sebagai orang yang luar biasa.

Jadilah kamu ahli waris para Rasul, para Nabi dan orang-orang yang shiddiq. Dengan demikian, kamu akan menjadi titik akhir bagi segala kewalian, dan wali-wali yang masih hidup akan datang menemuimu. Melalui kamu, segala kesulitan dapat diselesaikan, dan melalui shalatmu, tanaman-tanaman dapat ditumbuhkan, hujan dapat diturunkan dan malapetaka yang hendak menimpa umat manusia dan seluruh tingkatan dan lapisan dapat dihindarkan. Boleh dikatakan kamu adalah polisi yang menjaga kota dan
rakyat.

Orang-orang akan berdatangan menemuimu dari tempat-tempat yang dekat dan jauh dengan membawa hadiah dan oleh-oleh dan memberikan khidmat mereka kepadamu. Semua ini hanyalah karena idzin Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa jua. Lisan manusia tak henti-hentinya menghormati dan memuji kamu. Tidak ada dua orang yang beriman yang bertingkah kepadamu. Wahai mereka yang baik-baik, yang tinggal di tempat-tempat ramai dan mereka yang mengembara, inilah karunia Allah. Dan Allah mempunyai kekuasaan yang tiada terbatas.

--------------------------------------

Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya yang membunuh yang di luarnya tampak lembut tetapi di dalamnya sangat niembahayakan, cepat merusak dan membunuh siapa saja yang memegangnya, yang menipu mereka dan yang menyebabkan mereka lengah terhadap dosa dan maksiat; apabila kamu lihat semua itu, maka hendaklah kamu bersikap sebagai seorang yang melihat orang lain yang membuang air besar yang membuka auratnya dan mengeluarkan bau busuk. Dalam keadaan seperti itu, hendaklah kamu memalingkan pandanganmu dari ketelanjangannya dan menutup hidungmu supaya tidak mencium baunya yang busuk. Demikian pulalah hendaknya kamu bersikap terhadap dunia. Apabila kamu melihatnya, maka hendaklah kamu memalingkan pandanganmu dari pakaiannya dan tutuplah hidungmu supaya tidak mencium bau busuk kegemerlapannya yang tidak kekal. Semoga dengan demikian kamu dapat selamat dari bahaya dan cobaannya. Apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, pasti akan kamu rasakan. Allah telah berfirman kepada Nabi Muhammad saw.:

'Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.' (QS,20:131)

Ia bertutur:

Akan kami paparkan bagimu sebuah misal tentang kelimpahan, dan kami berkata, "Tidakkah kau lihat seorang raja yang menjadikan seorang biasa sebagai gubernur kota tertentu, memberinya busana kehormatan, bendera, panji-panji dan tentara, sehingga ia merasa aman mulai yakin bahwa hal itu akan kekal, bangga dengannya, dan lupa akan keadaan sebelumnya. Ia terseret oleh kebanggaan, kesombongan, dan kesia-siaan. Maka, datanglah perintah pemecatan dari raja. Dan sang raja meminta penjelasan atas kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya dan pelanggarannya atas perintah dan larangannya. Lalu sang raja memenjarakannya di dalam sebuah penjara yang sempit dan gelap serta memperlama pemenjaraannya, dan orang itu terus menderita, terhinakan dan sengsara, akibat ketakaburan dan kesia-siaannya, dirinya hancur, api kehendaknya padam, dan semua ini terjadi di depan mata sang raja dan diketahuinya. Setelah itu ia menjadi kasihan terhadap orang itu, dan memerintahkan agar ia dibebaskan dari penjara, disertai kelembutan terhadapnya, dianugerahkan kembali busana kehormatan, dan dijadikannya kembali ia sebagai gubernur. Ia menganugerahkan semua ini kepada orang itu sebagai karunia cuma-cuma. Kemudian ia menjadi teguh, bersih, berkecukupan dan terahmati. Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan dan dipilih-Nya.

Syekh Syarafuddin ad-Daghestani q.s.



Syekh Syarafuddin

"tak kuasa kuketuk gerbang-Mu, Pangeran
pun bila berpaling, ke pintu mana tangan ini kuayunkan?
dan dalam kenistaan, kepada-Mu-lah kupasrahkan kepercayaan
aku si peminta-minta, menggapaikan jemari mengharapkan pemberian.
(Imam Syafi`i, munajat)

Beliau adalah seorang yang ilmunya sempurna di Hadapan Allah. Beliau adalah kunci bagi Pengetahuan Ilahi yang paling sulit diperoleh. Beliau adalah seorang Ulama Sejati yang dihiasi Cahaya dari Atribut Ilahi. Beliau didukung dengan Iman yang Sejati. Beliau adalah Pejuang di Jalan Allah, Yang Maha Tinggi. Beliau adalah Suara Ilahi pada masanya. Beliau adalah Syaikh dari para Masyaikh dalam pengetahuan keislaman. Beliau adalah pemegang otoritas terhadap segala persoalan yang khusus, rumit, dan paling sulit di segala bidang pengetahuan.

Beliau adalah Samudra Ilmu Pengetahuan, bagaikan Topan bagi Spiritualitas, Air Terjun bagi Wahyu, Gunung Berapi bagi Cinta Ilahi, Pusaran Air bagi Daya Tarik, dan Pelangi bagi Atribut Ilahi. Beliau dibanjiri dengan pengetahuan bagaikan Sungai Nil yang dilanda banjir. Beliau adalah Pembawa Rahasia dari Sultan adz-Dzikr, yang sebelumnya tidak seorang pun bisa membawanya. Beliau adalah Guru yang menguasai Hikmah sejak awal abad 20 dan Yang Memulihkannya. Beliau adalah seorang yang jenius dalam Ilmu mengenai Hukum Islam, seorang mujtahid (pembaharu) di bidang Jurisprudensi, dan seorang narator hadits, sabda Rasulullah . Ratusan ulama selalu menghadiri ceramahnya. Beliau adalah seorang mufti di masanya. Beliau juga adalah salah seorang kaligrafer yang baik dalam menulis ayat al-Qur an.

Beliau adalah penasihat bagi Sultan Abdul Hamid. Beliau memegang jabatan Syaikh ul-Islam, pemegang otoritas keagamaan yang tertinggi di Kekaisaran Ottoman. Beliau sangat dihormati bahkan oleh pemerintah rezim baru Turki di masa Ataturk. Hanya Syaikh Syarafuddin dan deputinya, Syaikh `Abdullah , yang diizinkan untuk memakai turbannya di seluruh Republik Turki yang sekuler pimpinan Ataturk. Yang lainnya dipenjara karena memakai tutup kepala Rasulullah itu. Praktek Islam dalam bentuk luarnya sama sekali dilarang.

Syaikh Syarafuddin sering mengalami keadaan dengan Panorama Spiritual, di mana beliau akan memperoleh Manifestasi dari Kemegahan Ilahi (Tajalli-l-Jalal); dan pada saat itu, tidak ada orang yang sanggup melihat matanya. Jika seseorang memandangnya, tubuhnya akan terasa lemah dan tertarik dengan kuat kepadanya. Oleh sebab itu, ketika beliau sedang mengalami keadaan seperti itu, beliau selalu menutupi matanya dengan cadar (burqa').

Beliau mempunyai warna kulit yang terang. Matanya biru, dan janggutnya hitam. Di masa tuanya, janggutnya sangat putih, seperti kapas.

Beliau dilahirkan dengan mata dan hati yang terbuka. Beliau adalah seorang ulama dengan wajah yang bersinar bak berlian dan hati yang transparan bagaikan kristal. Sufisme merupakan rumah, sarang, dan hati baginya. Islam adalah tubuh, iman, dan keyakinannya. Realitas (haqiqat) adalah jejak, jalan, dan tujuannya. Kehadirat Ilahi adalah gua, dan tempat pengasingannya. Spiritualitas adalah kendaraannya. Beliau adalah lidah bagi seluruh masyarakat di Daghestan.

Beliau dilahirkan di Kikunu, Distrik Ganep, Negara Bagian Timurhansuru, Daghestan, pada hari Rabu, 3 Dzul-Qaidah 1292H bertepatan dengan 1 Desember 1875M. Syaikh Muhammad al-Madani adalah paman sekaligus mertuanya. Beliau memberinya kekuatan dari 6 aliran thariqat jauh sebelum beliau wafat, dan mewariskan semua muridnya kepadanya ketika beliau masih hidup. Dalam segala hal, Syaikh Muhammad al-Madani sering menerima pendapat dari Syaikh Syarafuddin .

Beliau lahir di masa yang sangat sulit, ketika praktek agama dilarang dan hal-hal yang berbau spiritual telah hilang. Namun demikian ibunya berkata, Ketika aku melahirkannya, dia mengucapkan kalimat la ilaha illallah, dan setiap aku merawatnya dia selalu mengucapkan Allah, Allah." Karena keajaibannya itu, beliau sangat terkenal di masa bayinya. Banyak ibu-ibu di distriknya yang sengaja datang untuk melihat beliau mengucapkan Allah, Allah ketika sedang dirawat. Jari telunjuk kanannya selalu membentang menunjukkan posisi syahadat. Sejak masa kanak-kanak, beliau bisa mendengar dzikir yang dilakukan oleh pepohonan, bebatuan, binatang, burung, dan pegunungan. Beliau dibesarkan dengan sangat baik oleh orang tuanya dan diawasi oleh pamannya. Do a beliau selalu dikabulkan. Beliau juga selalu berada dalam khalwat.

Beliau mulai mendatangi asosiasi yang diadakan oleh Sayyidina Abu Ahmad as-Sughuri ketika masih berusia enam atau tujuh tahun. Beliau sangat pandai dan dengan segera dapat memahami ajaran Sufi yang diantarkan oleh Abu Ahmad as-Sughuri dari Kehadirat Ilahi itu.

Pada usia tujuh tahun beliau berkata kepada ibunya, Berikanlah aku anak lembu yang akan dilahirkan itu. Ibunya berkata, Jika dia betina, aku akan memeliharanya tetapi bila jantan aku akan memberikannya kepadamu. Beliau berkata lagi, Jangan menyusahkan dirimu wahai ibuku, karena lembu itu akan melahirkan bayi jantan. Ibunya berkata, Bagaimana kamu mengetahuinya? Beliau berkata, Aku dapat melihat apa yang ada dalam rahimnya. Satu jam kemudian, lembu itu melahirkan seekor lembu jantan. Beliau membawa anak lembu itu dan menjualnya, lalu beliau membawakan sepasang domba jantan dan betina kepada Syaikh Abu Ahmad as-Sughuri sebagai hadiah. Dalam perjalanannya menuju rumah Syaikhnya, kedua domba itu melarikan diri darinya. Beliau melanjutkan perjalanannya ke rumah Syaikh, lalu duduk di sampingnya, hatinya merasa sedih karena kehilangan kedua domba itu. Syaikh bertanya kepadanya, Ada apa? Beliau menjawab, Aku mempunyai dua ekor domba yang akan kuhadiahkan untukmu, tetapi mereka kabur. Beberapa waktu kemudian seorang pengembala datang dan berkata, Aku menemukan dua ekor domba ini di antara hewan gembalaanku. Itu adalah dua ekor domba yang melarikan diri darinya.

Ketika beliau muda, beliau sering berjalan-jalan bersama teman-temannya untuk mengumpulkan kayu. Beliau tidak memotong kayu dari pohon sebagaimana yang dilakukan teman-temannya, tetapi hanya mengumpulkan kayu-kayu kering di tanah. Hal ini membuat ayahnya resah. Ayahnya kemudian pergi menemui Syaikh Abu Ahmad as-Sughuri dan mengeluh bahwa anaknya hanya mengumpulkan kayu-kayu kering yang tidak berguna. Syaikh Abu Ahmad as-Sughuri berkata kepadanya, "Mengapa kamu tidak bertanya langsung kepadanya mengapa dia melakukan hal itu? Syarafuddin muda menjawab, Bagaimana mungkin aku memotong pohon yang masih hijau ketika dia sedang berdzikir, mengucapkan la ilaha illallah? Aku lebih suka mengumpulkan dahan-dahan mati, dan tidak membakar cabang-cabang pohon yang sedang berdzikir.

Beliau meninggalkan Daghestan akibat serangan yang terus dilakukan oleh militer Rusia ke kampung-kampung di distriknya. Beliau pindah bersama keluarganya dan keluarga kakaknya ke Turki. Mereka berjalan mengarungi beberapa daerah selama lima bulan dan melewati musim dingin. Mereka berjalan di malam hari dan bersembunyi di siang hari. Pertama mereka pergi ke Bursa, lalu mereka pergi ke Yalova di perairan Marmara, kira-kira 150 km dari Istanbul. Di sana beliau bersama kelurga dan kerabatnya tinggal di desa Rasyadiya, di mana pamannya telah lebih dulu tinggal di sana beberapa tahun sebelumnya dan membawa thariqat Naqsybandi dari Daghestan ke Turki.

Di Daghestan beliau dilatih oleh Syaikh Abu Ahmad as-Sughuri , yang memberinya thariqat Naqsyabandi ketika beliau masih sangat muda. Di Rasyadiya, Turki, beliau selanjutnya dilatih oleh Sayyidina Muhammad al-Madani , pamannya yang kelak menjadi mertuanya. Beliau membantunya membangun madrasah dan masjid pertama serta khaniqah bagi kampung tersebut. Paman beliau menyambut semua imigran yang melarikan diri dari tirani imperialis Rusia yang kejam. Selain itu banyak pula pelajar yang mendatangi sekolah pamannya itu dari berbagai daerah di Turki. Dengan cepat mereka membangun rumah-rumah baru di Rasyadiya dan daerah sekitarnya antara Bursa dan Yelova.

Selain thariqat Naqsyabandiya, paman beliau menghubungkannya dengan lima thariqat lain yang dibawanya, yaitu: Qadiri, Rifai i, Syadhili, Chisyti dan Khalwati. Beliau menjadi Guru Besar bagi keenam aliran thariqat ini pada usia 27 tahun. Beliau sangat dihormati di Rasyadiya, terutama setelah beliau menikahi putri Syaikh Muhammad al-Madani . Beliau dikenal sebagai orang yang memiliki kekuatan ajaib di antara para pengikutnya, dan cerita mengenai kelebihannya itu segera tersebar ke seluruh penjuru Turki. Selain itu, beliau sangat mengusai pengetahuan di luar agama sehingga para ulama besar datang untuk mendengar ceramahnya.

Beliau telah melaksanakan beberapa khalwat di Daghestan, yang paling lama berlangsung selama 3 tahun. Di pegunungan Rasyadiya beliau berkhalwat selama enam bulan atas perintah Syaikh Abu Muhammad al-Madani . Beliau selalu berada dalam keadaan menyendiri ketika sedang berada di keramaian.

Suatu hari dalam masa 6 bulan khalwatnya, ketika beliau berdiri dan hendak bersujud beliau menemukan seekor ular yang besar di tempat sujudnya, dengan posisi yang siap mematuknya. Beliau berkata dalam hati, Aku tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah, lalu beliau menempatkan kepalanya langsung di atas kepala ular itu. Dengan segera ular itu lenyap.

Selama khalwatnya itu banyak keadaan Cinta Ilahi yang diperlihatkan kepadanya. Segera setelah beliau menyelesaikan khalwatnya, Syaikh menariknya dan menyerahkan seluruh tanggung jawab untuk mengarahkan dan membimbing orang-orang. Syaikh Abu Muhammad kemudian selalu duduk dalam asosiasi menantunya sebagai muridnya. Beliau adalah Syaikh pertama yang menjadi murid dari seorang muridnya. Di luar kepatuhan terhadap desakan Syaikhnya agar beliau duduk di kursi yang lebih tinggi, Syaikh Syarafuddin kemudian menjadi orang yang memberikan ajaran Mata Rantai Emas walaupun berada dalam kehadiran Syaikhnya.

Syaikh Syarafuddin mendapat dukungan spiritual dari Sayyidina Syaikh Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni dan Sayyidina Syaikh Abu Ahmad as-Sughuri , Syaikhnya ketika beliau berada di Daghestan. Beliau mencapai keadaan Cinta yang Murni bagi Allah. Pada keadaan itu beliau merasakan tubuhnya seolah-olah terbakar dengan Cinta kepada Allah, lalu beliau akan berlari dari meditasinya, menanggalkan semua pakaiannya dan menyelam ke dalam air yang dinginnya serasa es di musim dingin. Tiap kali beliau melakukan hal itu, seluruh penduduk desa dapat mendengar suara uap yang keluar dari sungai, seperti suara besi panas yang disiram air. Ada seorang murid Syaikh Syarafuddin yang masih hidup sampai sekarang (1994), yang ingat bahwa dia pernah mendengar suara desis air dan uap dari jarak ratusan yard.

Syaikh Syarafuddin merupakan seorang penerus spiritual Rasulullah . Melalui hubungan spiritual itu, beliau bisa mencapai kesempurnaan. Beliau adalah keturunan dari keluarga Miqdad bin al-Aswad , salah seorang Sahabat Terbesar dari Rasulullah , yang sering mewakili Rasulullah bila beliau sedang bepergian dari Madinah. Beliau melaporkan 42 sabda Rasulullah , di antaranya adalah:
Rasulullah bersabda, Di Hari Pembalasan matahari akan mendekati makhluk hingga berjarak kira-kira 1 mil dari mereka, manusia akan mengeluarkan keringat sesuai dengan perbuatan yang mereka lakukan, sebagian keringat mereka mencapai pergelangan kaki, sebagian lagi mencapai lutut, atau pinggang, sementara yang lain mendapati mulutnya penuh dengan keringat, lalu Rasulullah menunjukkan tangannya ke mulutnya. (riwayat Muslim)
Syaikh Syarafuddin mempunyai sebuah tanda berupa tapak Tangan Rasulullah di punggungnya. Tanda lahir ini beliau dapatkan dari nenek moyangnya Miqdad bin al-Aswad , di tempat di mana Rasulullah menempatkan tangannya di punggung Miqdad dan berdo a baginya dan untuk keturunannya. Tanda di punggung Sayiddina Syaikh Syarafuddin selalu mengeluarkan cahaya, sama halnya dengan wajahnya yang selalu bercahaya. Beliau menerima rahasia dari Rasulullah , yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu yang berada di belakangnya sejelas dengan apa yang ada di depannya.

Paman beliau, Syaikh Muhammad al-Madani , memberinya Khilafat (suksesi) dari thariqat ini, dan menjadikannya pemimpin di desanya. Beliau mengembangkan desanya untuk menarik lebih banyak emigran, dengan memperluas jalan, dan membuat saluran air ke dalam kota. Beliau selalu menyambut emigran yang datang dari Rusia, menawarkan apa yang mereka butuhkan baik berupa makanan maupun tempat tinggal dan ini dilakukan tanpa mengharap imbalan. Hasilnya, penduduk Daghestan merasa menemukan rumah yang baru menggantikan rumah yang telah mereka tinggalkan untuk Rusia, mereka menemukan kebahagiaan dan kedamaian di tanah yang baru. Para emigran merasa lebih bahagia untuk menemani seorang Syaikh yang masih hidup dalam memberikan pelajarannya yang telah dikenal di Daghestan, sebagaimana ajaran itu juga telah terkenal di Asia Tengah ratusan tahun sebelumnya. Dengan keberadaan beliau di desa itu, dan diberkahi dengan kehadirannya yang membawa Rahmat Ilahi, mereka menemukan cinta dan kebahagiaan yang telah hilang di bawah tirani militer Rusia.

Dari Kata-Katanya
Mengenai Sultan adz-Dzikr (Dzikr dalam Hati)
Beliau berkata sehubungan dengan posisi Dzikir dalam Hati:
"Siapa pun yang memasuki Posisi itu, dia akan mengalami dan mencapai Inti dari Nama Allah. Nama itu adalah Sultan dari seluruh Nama Allah, karena Dia mencakup seluruh makna Nama-Nama tersebut dan kepada-Nyalah seluruh Atribut Ilahi kembali. Dia bagaikan Kata yang berlaku untuk semua Atribut ini dan itulah sebabnya mengapa Dia disebut Ism al-Jalala, Nama Yang Paling Mulia karena Dia Yang Mahatinggi, Mahasuci, dan Mahabesar.
Melalui pemahaman akal saja tidak mungkin bisa memanen buah dari rahasia-rahasia ini. Tubuh manusia tidak dapat mencakup Realitas Makna mengenai Tuhan. Tubuh manusia mustahil mencapai Kerajaan yang Tersembunyi dari Yang Maha Unik. Karena bagi Orang-orang dalam Inti, yang mereka miliki hanya kekaguman dan ketakjuban, sekali mereka memasuki posisi Pengetahuan Yang Tersembunyi, mereka akan tersesat, pergi ke mana-mana. Lalu bagaimana dengan Orang-orang dalam Atribut-Nya, yaitu mereka yang mempunyai kualitas tinggi dan masing-masing menunjukkan sebuah Attribut Ilahi yang disandangkan dan menghiasi mereka? Tetap saja mereka tidak bisa dihiasi dengan Inti dari Nama yang mencakup seluruh Nama, kecuali dengan memasuki Rahasia Yang Tersembunyi dari 99 Nama tersebut. Pada saat itu mereka baru diizinkan untuk meraih posisi Tanpa Sekat terhadap Cahaya dari Nama yang Mencakup seluruh Nama dan Atribut, nama Allah.
Jika para pencari terus melakukan Dzikir dengan Nama yang Mahasuci Allah, dia akan mulai berjalan di tempat Dzikir itu, yang jumlahnya ada tujuh. Setiap pencari yang terus melakukan Dzikir Allah dalam hati, dari 5000 sampai 48.000 kali sehari, akan mencapai tingkat kesempurnaan sehingga dia akan menjadi sempurna dalam Dzikir itu. Pada saat itu dia akan menemukan bahwa hatinya terus mengucapkan nama Allah, Allah; tanpa perlu menggerakkan lidah. Dia akan membangun kekuatan internal dengan membakar kotoran di dalamnya karena Api Dzikir melalap semua pengotor. Tidak ada yang tersisa kecuali permata yang bersinar dengan kekuatan spiritual.
Begitu Dzikir memasuki dan menjadi kokoh dalam hatinya, dia akan meningkat lagi mencapai keadaan di mana dia bisa mengetahui Dzikir yang dilakukan oleh seluruh ciptaan Allah. Dia akan mendengar seluruh makhluk mengucapkan kalimat Dzikir dengan cara yang telah ditetapkan oleh Allah kepadanya. Dia mendengar setiap makhluk berdzikir dengan nada masing-masing dan irama yang berbeda satu sama lain. Pendengarannya terhadap yang satu tidak mempengaruhi pendengarannya terhadap yang lain, dia mampu mendengar semua secara simultan dan dia bisa membedakan masing-masing jenis Dzikir.
Ketika para pencari melewati tingkat itu, dia akan mengalami peningkatan lebih jauh dalam Dzikirnya, dia akan melihat bahwa setiap orang yang diciptakan oleh Allah melakukan Dzikir yang sama dengan dirinya. Pada saat itu dia akan menyadari bahwa dia telah mencapai Kesatuan Yang Unik dan Sempurna. Semua melakukan dzikir yang sama dan menggunakan kata-kata yang sama. Segala macam perbedaan akan terhapus dari pandangannya, dan dia akan melihat semua orang yang bersamanya mempunyai tingkatan yang sama dengan Dzikir yang sama pula. Ini adalah Tingkat Penyatuan Setiap Orang dalam Satu Kesatuan. Di sini dia akan menarik semua bentuk Syirik yang tersembunyi sampai ke akar-akarnya dan semua makhluk akan tampak sebagai Satu Kesatuan. Ini adalah langkah pertama dari tujuh langkah dalam perjalanannya.
Dari Tingkat Kesatuan dia akan menuju ke Tingkat Inti dari Kesatuan, di mana setiap orang yang Ada menjadi Tidak Ada, dan hanya Kesatuan Allah saja yang tampak.
Kemudian dia akan menuju Tingkat Primordial dari Kesederhanaan Yang Sempurna, di mana dia bisa tampil dalam wujud apa saja.
Dari sana dia akan menuju Tingkat Kunci dari Rahasia, yang dikenal dengan Tingkat Nama-Nama, di mana tipe asli dari setiap makhluk ditunjukkan kepadanya dari alam ghaib menuju dunia yang nyata. Ini akan membuatnya berenang dalam orbit Nama-Nama dan Segala Atribut dan dia akan mengetahui semua Pengetahuan Yang Tersembunyi.
Selanjutnya dia akan menuju Tingkat Yang Tersembunyi dari Yang Tersembunyi, Inti dari semua Yang Tersembunyi. Dia akan mengatahui semua Yang Tersembunyi melalui Kesatuan yang Unik dari Inti. Dia akan melihat semua kekuatan dan bentuknya.
Dari sana dia menuju tingkat Realitas Sempurna dari Inti Nama-Nama dan Semua Aksi. Dia akan muncul di dalamnya, dalam atom mereka dan dalam totalitas mereka. Dia akan disandangkan dengan Nama Yang Paling Agung dan dia akan diagungkan dan dimahkotai dengan Tingkat Kebesaran.
"Kemudian dia akan menuju ke Tingkat Turunnya Allah (munazala) dari Tingkatan-Nya yang Agung ke Tingkat Surga Dunia. Dia sampai pada Tingkat itu, yang terdekat dengan Tingkat Keduniaan, di luar itu para Pembaca Dzikir tidak mempunyai Tingkat lain untuk dicapai melalui bacaannya. Fajar datang ke dalam dirinya dan Mentari Kesempurnaan tampak dalam diri dan tubuhnya, karena hal itu telah tampak melalui Dzikir yang dilakukan dalam hati dan jiwanya. Sebagai hasilnya, ketika Mentari Kesempurnaan tampak pada tubuh dan seluruh anggota tubuhnya, dia akan berada di Tingkat yang telah disebutkan dalam sabda Rasulullah , Allah akan menjadi Telinga yang dipakainya untuk mendengar, Mata yang dipakainya untuk melihat, Lidah untuk berbicara, Tangan untuk menggenggam, dan Kaki untuk melangkah. Kemudian dia akan mendapati dirinya dan menyatakan kepada dirinya bahwa, Aku tidak berdaya dan sungguh lemah. Karena pada saat itu dia telah memahami makna Kekuatan Ilahi.
Setiap beliau dimintai nasihat jika beliau berkata, Lakukan apa yang kamu suka, orang itu tidak akan pernah berhasil. Tetapi bila beliau berkata, Lakukan ini dan lakukan itu, maka orang tersebut akan berhasil.

Konon beliau tidak pernah menyebutkan sesuatu yang telah berlalu. Beliau tidak pernah menerima suatu gunjingan dan akan mengusir para pelaku dari asosiasinya. Dilaporkan pula bahwa setiap kali orang duduk dalam asosiasinya, mereka akan merasakan bahwa kecintaan terhadap dunia akan lenyap dari hati mereka. Beliau sering mengatakan, Jangan duduk tanpa berdzikir, karena kematian selalu mengikutimu.

Beliau berkata, Peristiwa yang paling membahagiakan bagi ummat manusia adalah ketika dia meninggal, karena ketika dia meninggal, dosanya juga ikut mati bersamanya. Beliau berkata, Setiap pencari yang tidak membiasakan diri dan melatih dirinya untuk berpuasa di siang hari dan bangun di malam hari untuk beribadah dan melayani saudaranya, tidak akan memperoleh kebaikan dalam Thariqat ini.

Penyingkapan Rahasia Shah Naqsyaband Mengenai Syaikh Syarafuddin

Penerus beliau, Grandsyaikh kita, Syaikh `Abdullah ad-Daghestani , menceritakan hal berikut dalam ceramahnya:
Suatu ketika, dalam salah satu meditasiku, Syaikh Syarafuddin mendatangiku dan berkata mengenai kebesaran dan keistimewaan Shah Naqsyaband . Beliau memujinya dan mengatakan bagaimana Shah Naqsyaband akan memberikan perantaraan di Hari Pembalasan. Beliau berkata, Jika seseorang melihat mata Shah Naqsyaband , dia akan melihat mata beliau berputar, bagian yang putih di hitam dan yang hitam di putih. Beliau bermaksud menyimpan kekuatan spiritualnya untuk Hari Pembalasan dan tidak menggunakannya di dunia ini.
Pada Hari Pembalasan beliau akan mengeluarkan cahaya dari mata kanannya, cahaya itu lalu mengelilingi banyak orang dalam perkumpulannya dan masuk kembali ke mata kirinya. Siapa pun yang berada dalam lingkaran itu akan masuk Surga dan terhindar dari Neraka. Beliau akan mengisi keempat Surga dengan perantaraannya itu.
Ketika beliau sedang melukiskan peristiwa besar itu, Aku menyaksikan panorama yang kuat di mana Aku menyaksikan Peristiwa Hari Pembalasan dan melihat Shah Naqsyaband mengeluarkan cahaya, dan menyelamatkan orang-orang. Ketika Aku sedang mengamati hal itu, Aku merasakan cinta yang sangat dalam kepada Shah Naqsyaband , lalu Aku berlari menuju beliau dan mencium tangannya. Kemudian panorama itu menghilang dan Syaikhku pergi. Aku melanjutkan meditasiku pada hari itu dengan berdzikir, membaca al-Qur an dan melakukan shalat. Di malam harinya, setelah melaksanakan shalat Isya, Aku mengalami keadaan tidak sadarkan diri dan menempatkan Aku ke dalam keadaan panorama spiritual. Aku melihat Shah Naqsyaband memasuki ruangan. Beliau berkata kepadaku, Anakku, datanglah kepadaku. Kemudian rohku meninggalkan jasad dan Aku melihat tubuhku berada di bawahku dan tidak bergerak. Aku lalu menemani Shah Naqsyaband .
Kami menjelajahi ruang dan waktu, bukan dengan kekuatan melihat lalu mencapai tempat yang dilihat itu, tetapi dengan kekuatan dimana ketika kami baru memikirkan suatu tempat, kami tiba di tempat itu. Selama tiga malam dan empat hari non-stop, kami melakukan perjalanan dengan cara ini.
Sudah menjadi kebiasaan dalam meditasiku, ketika Aku menginginkan makanan dan minuman sehari-hari, Aku tinggal mengetuk pintu. Mendengar ketukan dari lantai bawah, istriku akan membawakan makanan dan minuman untukku. Hari pertama dia tidak mendengar ketukan, hari kedua juga begitu. Akhirnya dia merasa sangat khawatir dan membuka pintu dan menemukan Aku terbaring di sana tanpa gerakan. Dia berlari menuju Syaikh Syarafuddin dan berkata, Mari dan lihatlah anakmu. Dia terlihat seperti orang yang sudah meninggal. Beliau berkata kepadanya, Dia tidak meninggal. Kembalilah, dan jangan berbicara kepada siapa pun. Dia akan kembali.
Setelah tiga hari dan empat malam menempuh perjalanan dengan kekuatan yang luar biasa, Shah Naqsyaband berhenti. Beliau berkata, Tahukah kamu siapa yang tampak di cakrawala itu? Tentu saja aku tahu, tetapi untuk menghormati Guru, aku berkata, Wahai Guruku, engkau paling tahu. Lalu ketika orang itu mendekat beliau berkata, Sekarang apakah kamu mengenalinya? Aku berkata lagi, Engkau lebih tahu, wahai Guruku, walaupun Aku melihat itu adalah Syaikhku. Beliau berkata, Itu adalah Syaikhmu, Syaikh Syarafuddin .
Tahukah kamu siapa makhluk yang berada di belakangnya? menunjuk kepada suatu makhluk raksasa yang lebih besar daripada gunung yang paling tinggi di bumi ini, yang beliau tarik dengan sebuah tali. Untuk menghormatinya aku berkata lagi, Engkau paling tahu, wahai Syaikhku. Beliau berkata, Itu adalah Setan, dan Syaikhmu diberi kekuasaan atasnya, belum ada orang yang diberi otorisasi semacam itu sebelumnya. Sebagaimana setiap Wali diberi kekuasaan atas sesuatu yang khusus, begitu pula Syaikhmu. Bidang khususnya adalah bahwa setiap hari dan setiap malam, atas nama seluruh orang yang telah melakukan dosa karena pengaruh Setan, Syaikhmu diberi otorisasi untuk membersihkan orang-orang itu atas dosa-dosa mereka, mengembalikan dosa itu kepada Setan, dan membawa orang-orang itu dalam keadaan bersih kepada Rasulullah . Kemudian dengan kekuatan spiritualnya, beliau mengangkat hati mereka, mempersiapkan mereka agar bisa masuk ke dalam lingkaran cahaya yang akan Aku sebarkan di Hari Pembalasan nanti. Aku akan mengisi empat surga dengan cara ini. Inilah yang menjadi spesialisasi Syaikh Syarafuddin . Selain itu, orang-orang yang tidak termasuk dalam keempat Surga tersebut akan memasuki Perantaraan Syaikh Syarafuddin, dengan seizin Rasulullah yang telah diberi kekuatan ini oleh Allah . Ini adalah kekuasaan yang luar biasa yang telah diberikan kepada Syaikh Syarafuddin . Ketika beliau merantai leher Setan, beliau membatasi pengaruh dosa di bumi ini.
Kemudian beliau berkata, kamu menanam benih cinta yang ada di hatimu. Seperti halnya kincir air yang mengairi sepetak sawah tetapi tidak bisa mengairi dua petak sawah, cinta yang kamu tumbuhkan terhadap Syaikhmu seharusnya hanya untuk Syaikhmu. Jika kamu membaginya untuk dua orang Syaikh, mungkin cinta itu tidak akan mencukupi, seperti halnya kincir air yang tidak bisa mengairi dua petak sawah. Jangan berikan hatimu kebebasan untuk pergi ke sana ke mari. Cintamu akan mencapaiku melalui Mata Rantai Emas dan akan berlanjut kepada Rasulullah . Jangan membagi dua cintamu untuk kami berdua. Sebelumnya tak seorang Wali pun yang diberi otorisasi seperti yang diberikan kepada Syaikhmu untuk ummat Muhammad , untuk seluruh ummat manusia.
Kemudian Shah Naqsyaband membawaku kembali menempuh perjalanan dengan kekuatan yang luar biasa, selama empat hari dan tiga malam. Aku kembali ke tubuhku lagi. Aku merasakan jiwaku memasuki tubuhku dan aku menyaksikan jiwaku masuk ke dalam tubuhku sedikit demi sedikit, sel demi sel, dan melalui panorama itu aku bisa mengerti fungsi dari setiap sel. Kemudian panorama spiritual itu berhenti dan aku mengetuk pintu agar istriku membawakan makanan dan minuman untuk memberi energi bagi tubuhku. Itulah pengungkapan Shah Naqsyaband mengenai Syaikhku, Syaikh Syarafuddin .
Salah satu murid Syaikh Syarafuddin yang berusia 120 tahun dan tinggal di Bursa, Eskici Ali Usta, melaporkan,
Syaikhku adalah seorang Syaikh yang luar biasa. Suatu saat ketika aku masih muda, aku berada di Istanbul, dan baru saja melakukan bay at dengan Syaikh Syarafuddin . Kemudian aku bertemu dengan salah seorang teman dari Daghestan yang keras kepala dan tidak percaya dengan Sufisme. Aku bermaksud untuk berbicara dan melunakkan hatinya dengan menceritakan keajaiban yang dimiliki Syaikhku. Ternyata dia lebih meyakinkan dan bisa mengubah keyakinanku. Aku lalu menggantung tasbihku di dinding dan berhenti berdzikir. Beberapa saat kemudian aku sudah dikuasai hawa nafsu dan melakukan dosa besar dua kali.
Seminggu kemudian, aku pergi ke Sirkici dan melihat Syaikh dalam perjalanan. Beliau juga sedang berjalan kaki di distrik itu, dalam perjalanannya menuju Rasyadiya. Ketika aku melihatnya datang dari satu sisi, aku berpindah ke sisi yang lain dan berusaha untuk menghindarinya. Ketika aku bersembunyi di ujung jalan, aku merasakan sebuah tangan menempel di bahuku dan Syaikh berbicara kepadaku, Mau kemana, wahai Ali? Aku kembali bersamanya dan di tengah perjalanan aku berpikir, Aku tidak bisa menyembunyikan diriku lagi terhadap Syaikh dan Syaikh tidak dapat membawaku kembali lagi.
Kami melanjutkan perjalanan sampai bertemu dengan orang yang bernama Huseyyin Effendi. Syaikh berkata kepadaku, Ketika kamu pertama kali datang kepadaku, Aku melihatmu dan menemukan karakter buruk dalam dirimu. Setiap orang mempunyai karakter baik yang bercampur dengan karakter buruk. Ketika kamu melakukan bay at seluruh perbuatan buruk yang telah kamu lakukan sebelumnya, Aku ganti dengan perbuatan baik. Kecuali dua hal, yaitu keinginan seksual dan kemarahan. Minggu lalu kami hilangkan kedua karakter buruk itu dari dirimu. Ketika beliau mengucapkan hal itu, Aku sadar bahwa beliau telah duduk bersamaku dan melihat keinginan seksual dan kemarahanku, Aku mulai menangis, menangis, dan menangis. Ketika Aku menangis, Syaikh Syarafuddin mulai berbicara dengan orang yang bernama dengan Huseyyin dalam bahasa yang tidak pernah aku dengar sebelumnya, padahal aku berasal dari Daghestan dan aku mengetahui semua bahasa di daerahku. Akhirnya aku tahu bahwa Syaikh Syarafuddin berbicara dalam bahasa Syriac, bahasa yang paling jarang digunakan.
Setelah dua jam menangis, beliau berkata, Cukup! Allah telah mengampunimu, Rasulullah juga telah mengampunimu. Aku berkata, Wahai Syaikhku, apakah engkau benar-benar mengampuniku? Apakah Rasulullah telah mengampuniku? Apakah Allah telah mengampuniku? Apakah para Masyaikh yang matanya terbuka telah mengampuniku? Dulu Aku berpikir bahwa Aku melakukan perbuatan itu sendirian, tetapi sekarang Aku tahu bahwa engkau semua melihatku. Beliau berkata, Wahai anakku, kita adalah hamba-hamba yang berada di depan pintu Rasulullah dan di depan pintu Allah . Apapun yang kita minta dari Mereka, Mereka akan menerima permintaan kita karena kita berada dalam kehadiratnya dan kita adalah Satu. Aku berkata, Sebagai suatu itikad baik, karena Aku telah diampuni, bagaimana Aku bisa bersyukur kepada Allah dan memberi kehormatan kepadamu dan kepada Rasulullah ? Apakah dengan jalan merayakan mawlid (Kelahiran Rasulullah ), atau berkurban, atau mengeluarkan sedekah lainnya? Beliau berkata, Apa yang kami inginkan darimu adalah agar kamu senantiasa melakukan dzikir thariqat Naqsybandi.
Inilah apa yang terjadi pada diriku bersama Syaikh Syarafuddin .

Salah satu teman Eskici Ali Usta yang telah bermigrasi dengannya dari Daghestan menerima sepucuk surat dari Syaikh Syarafuddin ketika dia masih berada di Daghestan, isinya berbunyi, Tinggalkan Daghestan. Tidak ada lagi spiritualitas di sana. Daghestan tidak lagi berada di bawah lindungan Ilahi karena di sana terlalu banyak tirani. Datanglah ke sini ke Turki, dan ke Rasyadiya. Orang itu meletakkan surat dari Syaikh, mengabaikannya dan berpikir, Bagaimana Aku meninggalkan semua kekayaanku dan semua yang kumiliki di sini? Beberapa saat kemudian Rusia menguasai kota itu dan menyita semua kekayaannya. Lalu dia teringat dengan surat yang dikirim oleh Syaikh. Akhirnya dia segera menyusun rencana untuk melarikan diri ke Turki dan ke Rashadiya. Namun dia telah kehilangan keluarga dan semua kekayaannya akibat penundaannya itu.

Suatu kali Syaikh Syarafuddin datang ke Istanbul dan tinggal di Hotel Massarat. Beliau ditanya oleh seseorang yang bernama Syaikh Zia, Bagaimana engkau akan meninggal? Beliau menjawab, Apakah pertanyaan itu penting bagimu, bagaimana Aku akan meninggal? Dia menjawab, Pertanyaan itu datang begitu saja ke dalam hatiku. Beliau berkata, Aku akan meninggal ketika kita mendapat serangan dari Armenia, dan pada saat itu banyak sekali orang-orang yang zhalim. Malam harinya Syaikh Zia berwudhu lalu shalat 2 rakaat dan berdo a kepada Allah , Ya Allah singkirkanlah kesulitan itu (invasi dari Armenia) dari kami, dan panjangkan usia Syaikh kami yang tercinta. Hari berikutnya Syaikh Syarafuddin berkata kepadanya, Wahai Syaikh Zia, apa yang telah kamu lakukan semalam, berdo a? Do amu telah dikabulkan. Kesulitan itu telah dicabut dari diriku tetapi sebagai gantinya kamu akan menderita dan meninggal sebagai syuhada. Delapan tahun setelah insiden di hotel itu, bangsa Armenia dan Yunani memasuki Rasyadiya. Zia Effendi tertembak mati, dan apa yang telah diprediksi oleh Syaikh Syarafuddin semuanya terjadi.

Yusuf Effendi, seorang yang pada tahun 1994 berusia sekitar 100 tahun, menceritakan kisah berikut,
Suatu ketika Syaikh Syarafuddin ditahan di Eskisehir, dan Aku adalah penjaganya. Di penjara itu terdapat pula orang yang sangat baik sifatnya, seorang Syaikh yang terkenal, Sa id Nursi . Syaikh Syarafuddin dipenjara bersama khalifahnya, Syaikh `Abdullah , dan murid-murid yang lain. Ketika Sa id Nursi mengetahui bahwa Syaikh Syarafuddin ditahan dalam penjara yang sama, beliau mengutus muridnya untuk bertanya apakah beliau membutuhkan sesuatu dan juga menawarkan bantuan. Syaikh Syarafuddin menjawab, Terima kasih, tetapi kami bukan siapa-siapa dan kami tidak membutuhkan apa-apa.
Murid Sa id Nursi terus mendatangi Syaikh Syarafuddin , bertanya apakah beliau membutuhkan sesuatu. Beliau selalu menolaknya. Suatu hari Syaikh Syarafuddin berkata kepada murid itu untuk menyampaikan pertanyaan kepada Syaikhnya, Mengapa kita berada di sini? Murid Sa id Nursi itu pergi menemui gurunya. Beliau menjawab, Kita berada di sini untuk mencapai maqam Sayyidina Yusuf , Maqam Pilihan Diam. Setelah murid itu bertanya dan Syaikh Sa id Nursi memberi jawaban, pembicaraannya pun berakhir.
Perubahan ini membuatku bingung dan Aku mulai merenungkannya secara mendalam. Kemudian Aku bertanya kepada Syaikh, Apa rahasia keberadaan Anda di sini? Akhirnya, atas desakanku, Syaikh Syarafuddin menjawab, Aku diutus ke sini untuk membawa rahasia orang banyak, orang-orang yang dipenjarakan tanpa sebab. Aku memberi dukungan kepada orang-orang ini. Allah mengutusku ke sini, karena kamu semua berkumpul di sini, dan sangat sulit mencapai kalian. Saya berada di sini untuk mengucapkan salam perpisahan kepadamu, karena kami segera akan meninggalkan dunia ini. Kami akan mengantarkan kepadamu rahasia-rahasia kamu. Bagi kami tidak ada istilah penjara, kami selalu berada dalam Kehadirat-Nya dan kami tidak pernah terpengaruh dengan penjara. Kalian semua akan meninggal beberapa saat lagi tetapi kalian akan bertemu lagi, ketika seorang tokoh penting meninggal dan barulah kalian semua akan bertemu kembali. Murid-murid Sa id Nursi mendengar hal ini sebagaimana para tahanan lain yang mendengarkan dengan penuh antusias.

Wafatnya

Setelah sekitar tiga bulan, beliau dibebaskan dari penjara. Beliau berkata kepada Syaikh 'Abdullah , Aku akan segera pergi, karena Aku terlalu menguras tenagaku mensarikan rahasia Surat al-An'am. Beliau meninggalkan wasiat baginya, dan menunjuk Syaikh 'Abdullah untuk menjadi penerusnya di Singgasana Pembimbing.

Tiga hari menjelang wafatnya, beliau memanggil Sultan ul-Awliya Mawlana Syaikh 'Abdullah al-Faiz ad-Daghestani beserta beberapa pengikutnya, kemudian beliau berkata, Selama tiga bulan Aku telah menyelami Samudera Surat al-An'am untuk mengeluarkan seluruh nama dari Thariqat Naqsyabandi yang berjumlah 7007 dari salah satu ayatnya. Alhamdulillah, Aku berhasil mendapatkan nama-nama mereka beserta seluruh gelarnya dan Aku telah mencatatnya pada catatan harianku yang Aku berikan kepada penerusku, Syaikh 'Abdullah . Dia berisikan nama-nama seluruh Wali dari beragam kelompok yang akan ada pada masanya Imam Mahdi .

Keesokan harinya beliau memanggil khalifahnya, Syaikh 'Abdullah ad-Daghestani dan berkata, "Wahai anakku, inilah wasiatku. Aku akan pergi dalam dua hari ini. Atas perintah Rasulullah , Aku menunjukmu sebagai penerusku dalam Thariqat Naqsyabandi, bersamaan dengan lima thariqat lain yang telah Aku terima dari pamanku. Seluruh rahasia yang pernah diberikan padaku dan seluruh kekuatan yang telah disandangkan kepadaku dari para pendahuluku di Thariqat Naqsyabandi dan kelima thariqat lainnya, kini kusandangkan kepadamu. Seluruh pengikut yang engkau bay at di Thariqat Naqsyabandi, juga dengan sendirinya akan di-bay at di lima thariqat lainnya dan juga akan mendapatkan rahasia mereka. Segera, akan datang kepadamu perintah untuk meninggalkan Turki dan pergi menuju Damaskus (Syam asy-Syarif) [yang pada saat itu amatlah sulit untuk dicapai karena peperangan yang dahsyat].

Syaikh 'Abdullah berkata, Beliau memberikan wasiat tersebut dan Aku berusaha menyembunyikannya sebagaimana Aku ingin menyembunyikan diriku sendiri.

Beliau wafat pada tanggal 27 Jumadil Awwal, Ahad, 1355H./ 1936 di Rasyadiya. Beliau dimakamkan di pemakaman Rasyadiya, di suatu puncak bukit. Hingga kini masjid dan zawiyanya masih terbuka, dan banyak orang mengunjunginya untuk mendapatkan rahmat dan berkahnya. Awrad yang sama yang dulu dikerjakan Syaikh Syarafuddin , Khatam Khwajagan (Dzikr para Guru) masih ada di sana, tergantung di dinding.

Grandsyaikh kita, Syaikh 'Abdullah , khalifah dan penerus Sayiddina Syaikh Syarafuddin berkata, Ketika berita wafatnya diketahui, semua orang datang ke rumahnya untuk mendapatkan berkahnya serta barakahnya. Bahkan Ataturk, Presiden Republik Turki yang baru, mengirimkan delegasi kehormatannya. Kami memandikan jasadnya. Ketika kami membaringkannya untuk dimandikan, beliau memindahkan kedua tangannya ke pahanya untuk menampung air yang tercurah darinya ketika kami memandikannya, sehingga semua pengikutnya dapat minum dari air pemandian tersebut. Ketika semua pengikutnya telah selesai minum, beliau kembali memindahkan tangannya kembali ke tempat semula. Itulah keajaiban dari Samudera Keajaibannya, dan itu terjadi bahkan setelah kematiannya.

Ketika kami menguburkan jenazahnya keesokan harinya, lebih dari 300.000 orang datang ke pemakamannya dan kota pun tidak mampu mengakomodasi kerumunan massa tersebut. Mereka datang dari Yalova, Bursa dan Istanbul. Betapa kerumunan orang berduka yang dahsyat. Para lelaki menangis, Para wanita meraung, serta anak-anak pun menangis juga. Semoga Allah Yang Maha Kuasa mengangkat para Walinya di setiap abad.

Yusuf Effendi, salah seorang pengikutnya berkata, Memang benar bahwa kami tidak pernah bersama-sama dengan seluruh pengikutnya di suatu tempat yang sama--kami terlalu banyak--namun pada saat kematiannya, seluruh kota mendengar, Bursa, Adapazar, Yalova, Istanbul, Eskisehir, Orhanghazi, Izmir, dan seluruh penduduknya bergabung untuk menyelenggarakan shalat jenazah.

Syaikh Syarafuddin telah menulis banyak buku, namun semuanya hilang selama Perang Balkan. Namun demikian, banyak manuskrip yang masih tertinggal di keluarganya yang berisi rahasia dari Thariqat Naqsyabandi. Para pengikutnya mendatangi mereka untuk membaca buku-buku tersebut.

Beliau mewariskan Rahasianya kepada penerusnya, Sultan ul-Awliya, Mawlana wa Sayyidina Syaikh 'Abdullah al-Faiz ad-Daghestani.

INTERMEZZO : BERSAMA MASTER SUFI MAWLANA SYEIKH NAZIM ADIL


Mawlana Syaikh Nazim Adil al HaqqaniMursyid 7 Tariqah Sufi : Naqshbandi, Qodiri, Rifai, Mevlevi, Syadzili, Tijani, Chisty

- Stress -Seorang businessman yang super sibuk bertanya pada syekh apa yang harus dilakukannya sehubungan dengan rutinitasnya yang tak pernah berhenti dan menimbulkan stress. "Berhenti saja." Jawab Mawlana

- Khalwat - Saat itu syekh Nazim bercerita tentang khalwat. Terjadi kesunyian beberapa saat…seorang murid mencoba memecah kesunyian itu dengan pertanyaan : " Oh! sheikh, apa yang anda lakukan saat ber khalwat?"Mawlana kemudian menatap murid itu dengan tersenyum sambil mengatakan : " Menari!"

- Pendidikan - Seorang pangeran yang mewakili sekelompok murid mengatakan pada Mawlana bahwa mereka berniat melanjutkan pendidikan. Mawlana menjawab dengan berteriak, " Buat apa ?! "
- Oh! Sheikh I Love You - Sebagai tanda cintanya, seorang murid memberi Mawlana sejumlah besar uang dari kantongnya. Oleh Mawlana uang itu diterima dengan senang hati. "Kamu masih butuh uang?" tanya Mawlana. "Oh Masih ya guru. " Jawab murid itu. "Aku terima hadiahmu. Sekarang …aku berikan uang ini padamu." Kata Mawlana dengan tersenyum.

- Bayi - "Oh! sheikh doakan agar aku punya seorang bayi," tanya seorang pria. "Kamu sudah menikah ? " tanya Mawlana. "Belum," Jawab pria itu.Mawlanapun tersenyum ... - Ragu-ragu
- Dialog antara seorang pria dengan Mawlana : "Ya! sheikh, dapatkah kita menggunakan parfum yang mengandung alkohol ?" "Itu alkohol atau parfum?" "Parfum" "Ya, gunakan saja""Tapi sheikh, ada alkoholnya!""Itu alkohol atau parfum?""Parfum""Pakai saja""Tapi sheikh, itu ada alkoholnya!""Berarti kamu ragu-ragu ... "

- Protokol - Suatu ketika Mawlana memberi sebuah suhbah, salah satu pendengarnya adalah seorang politikus yang amat berpengaruh. Politisi itu selalu melirik jam tangannya. "Apakah yang mulia sedang terburu-buruuntuk pergi ke acara lain ? " "Oh! tidak sheikh", jawab politikus itu sambil meminta maaf. Ketika acara telah usai, politikus itu terus menengok limousine-nya. Mawlana bertanya kembali," Apakah limo anda mau pergi sekarang ?" "Oh! tidak sheikh, cuma sopir saya sudah menyalakan mobil," "Anda kan seorang Menteri, mobil dan sopirtidak mungkin pergi meninggalkan anda," kata Mawlana.

- Merokok - Ketika seorang sultan bertanya pada Mawlana, " Oh! sheikh Nazim, apakah anda merokok ?" "Menolong setan?!" Mawlana bertanya kembali pada sultan.

- Kematian - Seorang pria menelpon Mawlana dengan nada putus asa," Oh! sheikh, apa yang harus kulakukan..apa yang mesti kulakukan ? ayahku baru saja meninggal dunia." "Kubur dia," jawab Mawlana kalem.

Sumber : Mevlanasufi.blogspot.com

Tentang Ahli Wilayyah



Tulisan ini saya tujukan kepada orang-orang yang ingin mencari dan bertemu dengan Kekasih Allah yang setiap zaman diturunkan oleh Allah SWT ke dunia untuk membimbing manusia agar tetap di jalan yang diridhai-Nya. Tulisan ini mudah-mudahan bisa membuka hijab orang-orang yang selama ini mengingkari adanya Wali Allah. Siapakah Wali Allah itu? Dan bagaimana kita bisa mengetahui kalau seseorang mempunyai derajat Wali? Berikut pendapat para Syekh tentang Wali Allah.

Abu Yazid al Busthami mengatakan: 
Para wali Allah merupakan pengantin-pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya. Mereka itu terkurung pada sisi-Nya di dalam hijab (dinding penutup) kegembiraan dan takkan dapat melihat kepada mereka seorangpun di dunia ini maupun diakhirat, yakni tiada dapat mengetahui rahasia mereka.

Al Quthub Abdul Abbas al Mursi, menegaskan dalam kitab yang ditulis oleh muridnya, Lathaiful Minan, karya Ibnu Athaillah as Sakandari, “Waliyullah itu diliput ilmu dan makrifat-makrifat, sedangkan wilayah hakekat senantiasa disaksikan oleh mata hatinya, sehingga ketika ia memberikan nasehat seakan-akan apa yang dikatakan seperti identik dengan idzin Allah. Dan harus dipahami, bagi siapa yang diidzinkan Allah untuk meraih ibarat yang diucapkan, pasti akan memberikan kebaikan kepada semua makhluk, sementara isyarat-isyaratnya menjadi riasan indah bagi jiwa-jiwa makhluk itu.” 

Di antara para wali terdapat wali-wali Allah yang pangkatnya sangat digandrungi oleh para Nabi dan para Syuhada’ pada hari kiamat seperti hadits Rasulullah Saw :
Sesungguhnya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan (pangkat) mereka di sisi Allah Swt seorang dari shahabatnya berkata, siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah? Semoga kita dapat mencintai mereka. Nabi Saw menjawab dengan sabdanya: Mereka adalah suatu kaum yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada hubungan kekeluargaan dan bukan karena harta benda, wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakannya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)

Pernah Rasulullah Saw ditanya tentang siapa para wali Allah itu? Beliau menjawab: “Mereka itulah pribadi-pribadi yang apabila dilihat orang, niscaya Allah Swt disebut bersama (nama)-Nya.” Mereka terbebas (terselamatkan) dari fitnah dan cobaan dan terhindar dari malapetaka. Nabi bersabda :

اِنَّ ِللهِ ضَنَائِنَ مِنْ عِبَادِهِ يُعْذِيْهِمْ فِى رَحْمَتِهِ وَيُحْيِيْهِمْ فِى عَافِيَتِهِ اِذَا تَوَافَّاهُمْ تَوَافاَّهُمْ اِلَى جَنَّتِهِ اُولَئِكَ الَّذِيْنَ تَمُرُّ عَلَيْهِمُ الْفِتَنُ كَقَطْعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ 
وَهُوَ مِنْهَا فِى عَافِيَةٍ

Sesungguhnya bagi Allah ada orang-orang yang baik (yang tidak pernah menonjolkan diri di antara para hamba-Nya yang dipelihara dalam kasih sayang dan dihidupkan di dalam afiat (sehat yang sempurna). Apabila mereka diwafatkan, niscaya dimasukkan kedalam surganya. Mereka terkena fitnah atau ujian, sehingga mereka seperti berjalan di sebagian malam yang gelap, sedang mereka selamat daripadanya.

Al-Imam al-Ghazaly RA berkata :
Bahwa aku yakin kaum sufiyah itulah yang benar-benar telah menempuh jalan yang dicontohkan oleh Nabi Saw yang dikehendaki oleh Allah. Dan bahwa mendekati Allah dan mengenal-Nya, hanya dapat dicapai dan menempuh satu jalan, yaitu Thariqat, jalan yang ditempuh oleh kaum soufi

Syekh Yusuf bin Ismail an Nabhani

 
Jami' Karamat al-Aulia'. Buku ini diterbitkan beberapa kali di Indonesia dalam beberapa judul, antara lain Kisah-kisah Karamah Wali Allah dan Mukjizat Para Wali Allah. Pengarangnya adalah Yusuf bin Ismail an-Nabhani

Yusuf al-Nabhani adalah ulama yang sangat alim, cerdas, wara', pemberi hujjah, takwa, dan ahli ibadah. Ia selalu menyenandungkan cinta dan pujian untuk Rasulullah Saw dalam bentuk tulisan, kutipan,riwayat, karangan, dan kumpulan syair. Nama lengkapnya adalah Nasiruddin Yusuf bin Isma`il al-Nabhani, keturunan Bani Nabhan, salah satu suku Arab Badui yang tinggal di Desa Ijzim, sebuah desa di bagian utaraPalestina, daerah hukum kota Haifa yang termasuk wilayah Aka, Beirut.


Al-Nabhani lahir pada 1265 H dan dibesarkan di Ijzim. Ia menghafal Al-Qur'an dengan berguru kepada ayahandanya sendiri, Isma'il bin Yusuf, seorang syaikh berusia 80 tahun. Pada usia lanjut, Isma`il bin Yusuf masih dikaruniai akal, pancaindra, kekuatan, dan hafalan yang sempuma, rajin beribadah, dan bacaan Al-Qur'an-nya sangat bagus. Setiap tiga hari sekali, Isma`il mengkhatamkan Al-Qur'an, hingga khatam tiga kali dalam seminggu. Keistimewaan dan kelebihan ini sangat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan pribadi Yusuf al-Nabhani, yang selalu dibekali hidayah dan ketakwaan dari ayahnya yang saleh di lingkungan yang bersih dan suci.

Selesai mengkhatamkan hafalan Al-Qur'an, Yusuf al-Nabhani disekolahkan orang tuanya ke Al-Azhar, dan mulai bergabung pada Sabtu awal Muharram 1283 H. Ia tekun belajar dan menggali ilmu dengan baik dari imam-imam besar dan ulama-ulama umat yang kritis dan ahli ilmu syariat dan bahasa Arab dari empat imam madzhab.

Ia sangat tekun berikhtiar dan meminta bimbingan kepada orangorang berilmu tinggi yang menguasai dalil aqli dan naqli, sehingga ia dapat mereguk samudra ilmu mereka dan mengikuti metode keilmuan mereka. Hal ini berlangsung sampai bulan Rajab 1289 H. Kemudian ia mulai berkelana meninggalkan Mesir untuk ikut serta menyebarkan ilmu dan mengabdi kepada Islam, agar bermanfaat bagi kaum muslimin dan meninggikan mercusuar agama.

Ketika namanya semakin terkenal, bintangnya semakin bersinar, dan banyak orang mendapatkan bimbingan dan petunjuk darinya, ia diangkat sebagai pejabat pengadilan di wilayah Syam, dan akhirnya menjadi ketua Pengadian Tinggi di Beirut. Pekerjaannya itu dijalaninya dengan penuh kesungguhan dan niat menolong serta dianggapnya sebagai ibadah disertai niat yang tulus ikhlas. Hatinya senantiasa berzikir dan membaca Al-Qur'an, banyak bershalawat untuk Rasulullah Saw., keluarga, dan sahabat-sahabat beliau. Yusuf al-Nabhani selalu mengisi waktu malam dan siangnya dengan melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnah tanpa henti, bosan, atau lupa. Tak terhitung banyaknya peristiwa luar biasa yang terjadi padanya, peristiwa-peristiwa yang hanya dikhususkan untuk para wali dan hamba Allah yang selalu dekat dengan-Nya.

Syekh Yusuf al-Nabhani mereguk samudra ilmu dan imam-imam ternama di Al-Azhar. Di antaranya adalah:
  • Syaikh Yusuf al-Barqawi al-Hanbali, syaikh pilihan dari mazhab Hanbali
  • Syaikh Abdul Qadir al-Rafi'i al-Hanafi al Tharabulusi, syaikh pilihan dari masyarakat Syawam
  • Syaikh Abdurrahman al-Syarbini al-Syafi`i
  • Syaikh Syamsuddin al-Ambabi al-Syafi'i, satu-satunya syaikh pada masanya yang mendapat julukan Hujjatul Ilmi dan guru besar Universitas Al-Azhar pada masa itu. Dan gurunya ini, Yusuf al-Nabhani belajar Syarah Kitab al-Ghayah wa al-Tagrib fi Fighi al-Syafi`iyyah karya Ibnu Qasim dan Al-Khathib al-Syarbini, dan kitab-kitab lainnya dalam waktu 2 tahun.
  • Syaikh Abdul Hadi Naja al-Ibyari (wafat tahun 1305 H.)
  • Syaikh Hasan al-'Adwi al-Maliki (wafat tahun 1298 H.)
  • Syaikh Ahmad al-Ajhuri al-Dharir al-Syafi`i (wafat tahun 1293 H.)
  • Syaikh Ibrahim al-Zuru al-Khalili al-Syafi'i (wafat tahun 1287 H.)
  • Syaikh al-Mu'ammar Sayyid Muhammad Damanhuri al-Syafi`i (wafat tahun 1286 H.)
  • Syaikh Ibrahim al-Saga al-Syafi'i (wafat tahun 1298 H) Darinya, Yusuf al-Nabhani mempelajari kitab Syarab `al-Tahrir dan Manhaj karya Syaikh Zakaria al-Anshari al-Syafi`i, berikut catatan pinggir kedua kitab tersebut, selama tiga tahun, hingga Al-Nabhani dianugerahi ijazah sebagai pertanda atas kapasitas dan posisi keilmuannya.



Tawasul Sayidil Walid Al-Habib Abdurahman Assegaf


إِلَهِى بِجَاهِ اْلأَنْبِِيَاءْ وَاْلمَلاََئِكَة

Ya Allah dengan kebesaran para Nabi dan Malaikat

وَبِاْلأَوْلِيَاءِجُدْلَنَابِاْلإِجَابَةِ

Dan dengan karomah para Wali terimalah permohonan kami

إِلهَىِ تَوَسَّلْنَابِقُرْآنِكَ اْلكَرِيْم

Ya Allah dengan perantara Kitab-Mu Al-Qur’an yang mulia

تُنَوِّرْبَصِيْرَتِى وَسَمْعِى وَمُقْلَتِى

Aku mohon terangilah hatiku, pendengaranku dan mataku

وَتُلْهِمُنِى رُشْدِى وَتَرْزُقُنِى عِلْمَ اْﻟ

Dan Ilhamilah aku kebenaran dan berilah aku ilmu

يَقِيْنِ تُوَفِّقْنِى لِحُسْنىِ اْلعِبَادَةِ

Yakin serta taufiq agar aku dapat beribadah dengan sebaik-baiknya

بِأَسْمَآئِكَ اْلحُسْنىَ تَجُوْدُ بِتَوْبَةِ

Dengan Asmaul Husna-Mu Ya Allah berilah aku taubat
نَصُوْحٍ تَغْفِرُلِى ذُنُوْبِى وَزَلَّتِى

Yang sebenar-benarnya, yang dapat mengampuni semua dosa dan kesalahanku

وَتَنْظُرُنِى فِى كُلِّ حَالٍ وَلمَحَةٍ

Dan pandanglah aku dengan pandangan Rahmat-Mu setiap waktu dan kejapan mata

تُنَجِّى بِهَا مِنْ هَوْلِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ

Dengan Asma-Mu Ya Allah selamatkanlah aku dari huru-hara hari kiamat

وَبِالْمُصْطَفَى الرَّسُوْلِ تَشْرَحُ لِى صَدْرِى

Dan dengan kebesaran Nabi yang terpilih Nabi Muhammad Rosululloh lapangkanlah dadaku

تُيَسِّرُلِى أَمْرِى وَتَكْشِفُ كُرْبَتِى

Mudahkanlah urusanku dan lepaskanlah kesukaran dan kesulitanku

وَبِاْلأَنْبِيَاءِ وَاْلمَلاَئِكَةِ اْلكِرَامْ

Dan dengan kebesaran para Nabi dan Malaikat yang Mulia

تُحَقِّقُ بِالتَّقْوَى وَإِدْرَاكِ غَايَتِى

Kuatkanlah aku untuk bertaqwa dan untuk mencapai tujuanku

بِهِمْ وَبِاْلأَوْلِيَاءِ تُلْحِقُنِى بِهِمْ

Dengan kebesaran mereka dan karomah para Wali pertemukanlah aku dengan mereka,

وَذُرِّيَّتِى وَشِيْعَتِى وَعَشِيْرَتِى

Dan juga keturunanku, para pengikutku dan keluargaku

وَتَصْرِفُ عَنِّى كُلِّ شَرٍّ بِحَقِّهِمْ

Dengan kemuliaan mereka, hindarkanlah aku dari segala kejahatan

وَشَرًّالِذِى شَرٍّ مِنِ انْسٍ وَجِنَّةِ

Dan kejahatan-kejahan, baik yang disengaja dari manusia maupun jin.

بِفَضْلِكَ بَشِّرْنِى بِحُسْنِ اْلخَوَاتِمِ

Dengan karuniaMu Ya Allah, gembirakanlah aku dengan mati Khusnul Khotimah,

وَبِالرَّحْمَةِ ادْخِلْنِى بِدَارِاْلإِقَامَةِ

Dan dengan rahmatMu, masukanlah aku kedalam surgaMu yang abadi

عَلَيْهِمْ مِنَ اْلمَوْلَى صَلاَةٌ وَتَسْلِيْمٌ

Semoga Allah memberikan Rahmat, salam sejahtera kepada mereka

وَرِضْوَانُ ِاسْتَجِبْ إِلَهِى مُنَاجَاتِى

Dan juga keridhoan-Nya terimalah do’aku ini Ya Allah…..

ABU SAID AL-KHARRAZ (SUFI YANG SENANTIASA TAKJUB)

 

Beliau adalah salah satu sufi paling terkenal di lingkaran Sufi di kawasan Baghdad pada pertengahan abad ke sembilan Masehi (abad ketiga Hijrah). Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupannya. Beberapa keterangan menyebutkan beliau pernah berkelana hingga keBasra, Yerusalem, Mekah, Mesir danTunisia.Adadugaan bahwa beliau meninggalkanBaghdad dan Mekah lantaran beliau menghadapi penentangan dari ulama-ulama lain, terutama ulama eksoteris. Al-Kharraz meninggal sekitar tahun 899M.

Meski detail kehidupannya tak banyak diketahui, namun beberapa aspek pemikirannya dapat diketahui karena beliau menulis beberapa risalah yang sebagian masih ada hingga saat ini. Misalnya, Kitab al-Sidq menguraikan maqamat di jalan Sufi. Syekh al-Kharraz memulai dengan menjelaskan hubungan kejujuran dengan ketulusan dan kesabaran; kemudian beliau membahas maqamat yang mesti dilalui para pencari Tuhan: tobat, ilmu tentang nafsu, pengetahuan tentang kejahatan (setan), kehati-hatian, pengetahuan tentang perintah dan larangan Allah; zuhud, iman, takut, malu, pengetahuan tentang anugerah dan berkah Tuhan, cinta, ridha, dan kedekatan. Jalan menuju Tuhan adalah zikir, dan ketika sang salik berhasil mendawamkan (melestarikan) zikir, maka mata hatinya akan segera bercahaya dan tercerahkan dan pikirannya akan jernih; dia akan didekatkan oleh Allah kepada diri-Nya, dan Allah akan “bertahta” di hatinya.  Maka dia akan berbicara dan diam sembari terus berzikir tiada putus. Jiwanya akan mampu melakukan percakapan intim (bermunajat) dengan Allah.

Dalam kitab lainnya, Kitab al-Diya (Kitab Cahaya) Syekh al-Kharraz menguraikan ciri-ciri salik yang berhasil “bertatap muka” dengan realitas Ilahi (ayn al-ayn) dan karenanya ia dikuasai oleh Yang Maha Absolut sehingga dia menjadi orang “yang kebingungan dan takjub.” Orang semacam ini oleh Syekh al-Kharraz dikelompokkan menjadi tujuh golongan. Pertama, ahl al-isyarat, orang-orang yang mencari Allah melalui “isyarat dan kiasan”; kedua, ahl al-ilm, orang-orang yang mencari Allah melalui “pengetahuan diskursif”; ketiga, ahl al-mujahada, yakni orang yang mencari Allah melalui praktik mujahadah atau perjuangan keruhanian; keempat, ahl al-khususiyya, orang khusus yang sampai ke Allah melalui Allah, yakni “ditarik” oleh-Nya; kelima, ahl al-tajrid, orang yang dipisahkan dari segala sesuatu kecuali Allah; keenam, ahl al-istila wa tamkin, yakni para “penguasa” maqam mereka, yang mencapai “keabadian” dalam keadaan tak memperhatikan dunia fana dan selalu hadir di dunia ghaib; dan ketujuh, ahl al-muhabat, orang “terhormat,” orang-orang khusus dari yang khusus. Mereka di bawah oleh Allah ke hadirat-Nya yang tanpa tempat. Manusia jenis ini kehilangan semua atribut kemanusiaannya dan senantiasa terserap dalam Keagungan Allah (Jalal)

Menurut al-Kharraz, Para Wali Allah memandang Tuhannya melalui “hijab” sebab tajalli Allah tanpa hijab akan berakibat destruktif, bahkan ketika Allah bertajalli langsung dalam bentuk yang bisa dicerap – seperti kisah Musa yang pingsan setelah “melihat” tajalli Allah. Hijab ini berbeda dengan hijab orang awam, yang berupa kekotoran dosa dan nafsu. Hijab yang dikenakan atas Wali Allah adalah demi melindungi mereka dari kehancuran total.

PENJELASAN HADITS TENTANG NIAT

فبتقصيرعلمي و قلة فهمي القي اليكم اول حديث في الاربعين النووية اروي ذالك بالاجازة عن سيدي سلطان العلماء سالم بن عبد الله بن عمر الشاطري عن شيخه العلامة الجليل كامل عبدالله صالح عن السيد العلامة عبدالله بن حامد الصافي عن السيد علي بن محمد البطاح عن السيد داود بن عبد الرحمن حجر عن القاضي محمد بن علي العمراني عن القاضي صفي الدين أحمد بن محمد فاطن عن عماد الدين السيد يحى عن عمر مقبول الاهدل عن عبدالله بن سالم البصري عن محمد بن علاء الدين البابلي عن نور الدين علي بن يحى الزيادي عن الجمال السيد يوسف بن عبدالله الارميوني عن الحافظ ابي الفضل جلال الدين عبدالرحمن السيوطي عن علم الدين صالح بن عمر بن رسلان البلقيني عن والده سراج الدين عمر بن رسلان البلقيني عن أبي الحجاج يوسف بن عبدالرحمن المزني عن الامام القطب محي الدين أبي زكريا يحى بن شرف النووي رحمه الله ورضي عنه : عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]
Dengan kekurangan ilmuku dan sedikitnya pemahamanku, aku tampilkan untuk kalian hadits pertama di dalam kitab Arba’in Nawawi yang saya riwayatkan dari sayyid Salim bin Abdullah bin Umar Asy-Syathiri, dari gurunya sayyid Al-‘Allamah al-Jalil Kamil Abdullah Sholih dari sayyid al-Allamah Abdullah bin Hamid Ash-Shofi dari sayyid Ali bin Muhammad Al-Baththoh, dari sayyid Dawud bin Abdurrahman bin Hjar, dari Qodhi Muhammad bin Ali Al-Imroni, dari Qodhi Shofiyuddin Ahmad bin Muhammad bin Fathin, dari Imaduddin sayyid Yahya bin Umar Maqbul Al-Ahdal, dari Abdullah bin Salim Al-Bashri dari Muhammad bin ‘Alauddin Al-Babili, dari Nuruddin Ali bin Yahya Az-Ziyadi, dari Al-Jamal sayyid Yusuf bin Abdullah Al-Armiyuni, dari Al-Hafidz Abil Fadhl Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi, dari Ilmuddin Sholih bin Umar bin Ruslan Al-Balqini dari ayahnya Srirojuddin Umar bin Ruslan Al-Balqini dari Abil Hajjaj Yusuf bin Abdurrahman Al-Muzanni, dari imam Al-Quthub Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syarof An-Nawawi Rahimahullah wa rodhiya ‘anhu :
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “ Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niyatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan “.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).
Penjelasan :
Dari sisi Lughoh :
“إنما”: “إن” حرف توكيد ونصب و”ما” كافة ل”إن” عن العمل,
“الأعمال” : مبتدأ مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة,
“بالنيات” جار ومجرور متعلقان بخبر محذوف تقديره كائنة أو مستقرة,
“وإنما”: الواو استئنافية و”إن” حرف توكيد ونصب و”ما” كافة ل”إن” عن العمل,
“لكل” جار ومجرور متعلقان بمحذوف خبر مقدم،
“امرئ” مضاف إليه مجرور بالكسرة الظاهرة،
“ما” اسم موصول بمعنى الذي مبني على السكون في محل رفع مبتدأ مؤخر،
“نوى” فعل ماض مبني على الفتح المقدر منع من ظهوره التعذر، والفاعل ضمير مستتر تقديره هو عائد على الاسم الموصول،
“فمن”: الفاء استئنافية ، “من” اسم شرط مبني على السكون في محل رفع مبتدأ وخبره جملتا فعل الشرط وجوابه
“كانت”: فعل ماض ناقص مبني على الفتح،
“هجرته”: اسم كان مرفوع بالضمة الظاهرة، هاء الغيبة ضمير متصل مبني على الضم في محل جر مضاف إليه،
“إلى الله”: جار ومجرور متعلقان بمحذوف خبر كان،
“ورسوله”: الواو حرف عطف، رسول: معطوف على لفظ الجلالة مجرور بالكسرة الظاهرة، هاء الغيبة ضمير متصل مبني على الكسر في محل جر مضاف إليه،
“فهجرته”: الفاء واقعة في جواب الشرط، هجرته: مبتدأ مرفوع بالضمة الظاهرة، هاء الغيبة ضمير متصل مبني على الضم في محل جر مضاف إليه،
“إلى الله”: جار ومجرور متعلقان بمحذوف خبر كان،
“ورسوله”: الواو حرف عطف، رسول: معطوف على لفظ الجلالة مجرور بالكسرة الظاهرة، هاء الغيبة ضمير متصل مبني على الكسر في محل جر مضاف إليه،
“ومن”: الواو استئنافية ،
“من” اسم شرط مبني على السكون في محل رفع مبتدأ وخبره جملتا فعل الشرط وجوابه.
“كانت”: فعل ماض ناقص مبني على الفتح،
“هجرته”: اسم كان مرفوع بالضمة الظاهرة، هاء الغيبة ضمير متصل مبني على الضم في محل جر مضاف إليه،
“إلى دنيا”: جار ومجرور متعلقان بمحذوف خبر كان،
“يصيبها”: فعل مضارع مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة، والفاعل ضمير مستتر تقديره هو، هاء الغيبة ضمير متصل مبني على السكون في محل نصب مفعول به، والجملة الفعلية صفة ل”دنيا”،
“أو امرأة”: أو حرف عطف ، امرأة : معطوف على “دنيا” مجرور بالكسرة الظاهرة،
“ينكحها”: فعل مضارع مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة، والفاعل ضمير مستتر تقديره هو، هاء الغيبة ضمير متصل مبني على السكون في محل نصب مفعول به، والجملة الفعلية صفة ل”امرأة”،
“فهجرته”: الفاء واقعة في جواب الشرط، هجرته: مبتدأ مرفوع بالضمة الظاهرة، هاء الغيبة ضمير متصل مبني على الضم في محل جر مضاف إليه،
“إلى”: حرف جر، “ما”: اسم موصول بمعنى الذي مبني على السكون في محل جر اسم مجرور،
“هاجر”: فعل ماض مبني على الفتح، الفاعل ضمير مستتر تقديره هو، “إليه”: جار ومجرور متعلقان ب”هاجر”.
Pendapat para ulama :
Imam Syafi’i berkata “ Hadits ini mencangkup sepertiga ilmu “.
Abu Ubaid berkata “ Tidak ada di antara hadits-hadits Nabi Saw yang lebih mencangkup sesuatu, lebih mencukupi dan lebih banyak faedahnya selain hadits ini “.
Kenapa bisa dikatakan sepertiga ilmu ? karena sesungguhnya perbuatan seorang hamba adakalanya dari hatinya, lisannya dan anggota tubuhnya, maka niat merupakan salah satu dari tiga bagian tsb dan lebih kuat karena niat terkadang menjadi ibadah yg tersendiri sedangkan selainnya butuh terhadap niat. Oleh karenanya ada hadits yg mengatakan “ Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya “.
Asbabul wurud Hadits :
Ketika Rasul Saw tiba di Madinah untuk hijrah, beliau berkhutbah dengan hadits tersebut, karena beliau mengetahui ada seorang sahabat yang melakukan hijrah untuk menikahi seorang wanita yang bernama Muhajir Ummu Qois, maka Nabi Saw mengingatkannya dan semua sahabatnya akan pentingnya niyat di dalam berhijrah.
Rasulullah Saw menghkhususkan hijrah adalah تنبيها على الكل بالبعض (sebagai peringatan untuk keseluruhan dengan menggunakan kata khusus) atau istilah ushul fiqihnya خاص معموم (khusus namun umum jangkauannya).
Fiqhul Hadits :
Ada banyak faedah dan hikmah yang bisa di ambil dalam hadits tsb, di antaranhya :
- Sesungguhnya tidak ada amalan yang diterima kecuali berdasarkan niyat, misalnya tidak sah melakukan wudhu atau sholat jika tidak di awali dengan niatnya masing-masing.
- Sesungguhnya manusia diberi pahala dan siksa menurut niyatnya, jika niyatnya baik, maka amalnya baik. Jika niyatnya buruk maka amalnya buruk walaupun bentuknya baik.
- Segala perbuatan manusia terdiri dari tiga bagian yaitu; keta’atan, kema’shiatan dan perkara mubah.
Pertama:
Kema’shiatan ; Perbuatan maksyiat tidak bisa dirubah sama sekali dengan niyat baik. Seperti seseorang yang mencuri harta orang lain dengan niat untuk disedahkan ke faqir miskin, maka ini hukumnya tetap dosa dan haram. Atau membangun masjid dengan biaya dari hasil riba atau berangkat haji dengan biaya hasil korupsi, maka ini semua hukumnya haram dan berdosa karena itu perbuatan maksyiat dan tidak bisa dirubah dengan niat baik. Maka apa yg sering kita dengar dari saudara kita yang melakukan perbuatan maksyiat tapi dia berasalan “ Yang penting niatnya baik “, misalnya tidak memakai kerudung dengan niat beradaptasi dengan warga yg ada dilingkungannya yg tdk memakai kerudung, maka ini adalah suatu kesalahan. Atau duduk bersama teman-temannya yang sedang menggunjing orang lain dengan niatan idkhoolus surur (supaya menyenangkan hati teman), walaupun idkholus surur itu merupakan ibadah yg baik maka ia tetap berdosa karena ia telah salah meletakkan niat. Bahkan orang yang seperti ini mendapatkan dua dosa karena niatnya yang baik dengan perbuatan buruk merupakan satu keburukan lainnya. Dan jika ia sudah mengetahui hal ini, maka ia berarti sengaja menentang syare’at dan jika ia tidak mengetahui hal ini, maka ia berdosa sebab ketidaktahuannya. Karena menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setriap oran Islam. Dari sinilah pentingnya belajar ilmu karena segala bentuk kebaikan dan keburukan bisa diketahui dengan syare’at. Maka orang bodoh sudah pasti steiap waktunya condong menuju kesetan dan kehancuran.
Oleh karena itu Sahl At-Tusturi Rh berkata “ Tidak ada maksyiat kpd Allah yg lebih besar daripada kebodohan. Kemudian seseorg bertanya “ Wahai Abu Muhammad, apakah engkau mengetahui sesautu yang lebih berbahaya daripada kebodohan ? beliau menjawab “ Ya ada yaitu bodoh dengan kebodohannya “.
Nabi Saw bersabda “ Orang bodoh tidak ditoleran atas kebodohannya dan tidaklah halal orang bodoh berdiam atas kebodohannya dan tidaklah halal orang alim berdiam atas ilmunya “.
Kedua :
Keta’atan ; segala perbuatan ta’at berkaitan dengan niat di dalam kebsahan dan kelipatan pahalanya. Misalnya ia berbuat ta’at dengan niat karena Allah Swt bukan karena riya (pamer) untuk org lain maka keta’atannya diterima oleh Allah Swt dan sebaliknya jika niat riya maka keta’atannya akan berubah menjadi maksyiat.
Dan jika di dalm satu kebaikan atau keta’atan memungkinkan untuk mendapatkan pahala yang berlipat jika niat baiknya di perbanyak, misalnya duduk di masjid, dari duduk di masjid ini kita bisa memperoleh pahala yg banyak dan berlipat dengan niat :
1. Berkeyakinan masjid adalah rumah Allah, maka org yang masuk ke dalamnya adalah pengunjung atau tamu Allah. Maka dia berniat mengunjungi Allah Swt. Nabi Saw telah menjanjikan org yg niat bertamu ke rumah Allah dalam sabdanya “ Barangsiapa yg duduk di masjid maka ia berarti telah ziarah ke Allah Swt, maka berhak bagi yg diziarahi memuliakan tamunya “.
2. Menunggu sholat, maka duduknya di masjid ditulis sholat oleh Allah Swt.
3. Menghindari anggota tubuh dari perbuatan dosa
4. Memfokuskan pikiran untuk Allah dan bertafakkur tentang nikmat Allah.
5. Untuk berdzikir kpd Allah Swt atau untuk mendngarkan dzikir. Nabi Saw bersabda “ Barangsiapa yang berangkat ke masjid untuk berdzikir kpd Allah Swt atau untuk mendengarkan dzikir, maka ia seperti mujahid di jalan Allah “.
6. Niat mendapat faedah ilmu dgn amar makruf nahi munkar, karena di dalam masjid terkadang ada orang yang salah dalam sholatnya atau ada org yang melakukan kesalahan, maka dia member petunjuk kepdanya maka ia pun mendapat pahala yg berlipat, karena orang yg menunjukkan kebaikan pada orang lain seperti orang yg melakukannya.
7. Niat mencari teman untuk bersaudara kerena Allah
Dan seterusnya…
Ketiga :
Perkara Mubah ; bisa menjadi pahala atau qurbah (kedkatan kpd Allah) dengan niat yang baik atau bisa memperoleh pahala yg berlipat dengan niat baik yang banyak. Misalnya makan, ini adalah hal mubah dan bisa mndpat pahala dgnnya jika diniatkan dengan niat yang baik, misalnya melaksanakan perintah Allah dan supaya kuat dalam beribadah.
Masih banyak lagi yang saya ingin jabarkan berkenaan dengan hadits niat ini, namun saya rasa yg sedikit ini bisa menambah ilmu dan wawasan bagi diri saya pribadi khususnya dan bagi ihkwan fillah di group ini umumnya. Apa bila ada kesalahan di dalam penjelasannya, maka saya mohon dibenarkan. Wallahu a’lam bish showab..
(Ibnu Abdillah Al-Katibiy)

Entri Unggulan

Maksiat Hati.

Ketatahuilah bahwasanya agama islam sangat mengedepankan akhkaq yang baik serta hati yang bersih dari segala penyakit yang akan menyengsarak...

Entri paling diminati