Ketatahuilah bahwasanya agama islam sangat
mengedepankan akhkaq yang baik serta hati yang bersih dari segala penyakit yang
akan menyengsarakan seorang manusia kelak di hari akhir. Oleh karena itu
dibawah ini kembali kami sajikan "Maksiat Hati" yang telah dituangkan
oleh Imam Abu Hamid Al-Ghazali didalam Kitabnya Bidayah Al-Hidayah. 👇
Meninggalkan apa yang dilarang jauh lebih sulit karena
melakukan amal ketaatan dapat dilakukan setiap orang, sedangkan meninggalkan
syahwat hanya bisa diwujudkan oleh mereka yang tergolong shiddiqun. Oleh
karena itu, Rasulullah SAW. bersabda, “Orang yang berhijrah adalah yang
meninggalkan keburukan, sedangkan orang yang berjihad adalah yang berjuang
melawan hawa nafsunya.” Ketahuilah bahwa ketika engkau bermaksiat sesungguhnya
engkau melakukan maksiat tersebut dengan anggota badanmu padahal ia merupakan nikmat
dan amanat Allah yang diberikan kepadamu. Mempergunakan nikmat Allah dalam rangkat
bermaksiat kepada-Nya adalah puncak kekufuran. Dan berkhianat terhadap amanat
yang dititipkan Allah kepadamu betul-betul merupakan perbuatan yang melampaui
batas. Anggota badanmu adalah rakyat atau gembalaanmu, maka perhatikan dengan
baik bagaimana kamu menggembalakan mereka. Masing-masing kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin
bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.
Sadarlah bahwa semua anggota badanmu
akan menjadi saksi atasmu pada hari kiamat dengan lidah yang fasih. Ia akan
menyingkap rahasiamu di hadapan semua makhluk. Allah Swt. berfirman, “Pada hari
dimana lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas perbuatan yang kalian
lakukan” (Q.S. an-Nur: 24) Allah Swt berfirman, “Pada hari ini, Kami tutup
mulut mereka sedangkan tangan mereka berbicara pada Kami dan kaki mereka
menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan” (Q.S. Yasin: 65).
Oleh karena itu, peliharalah semua anggota badanmu dari
maksiat, khususnya tujuh anggota badanmu karena neraka Jahannam memiliki tujuh
pintu. Masing-masing mereka mempunyai bagian tersendiri. Yang masuk ke dalam
pintu-pintu neraka Jahannam itu adalah mereka yang bermaksiat kepada Allah Swt.
dengan tujuh anggota badan tersebut, yaitu mata, telinga, lidah, perut,
kemaluan, tangan, dan kaki.
1. Mata diciptakan agar bisa memberi petunjuk padamu di
waktu gelap, agar bisa kau pergunakan pada saat diperlukan, agar dengannya
engkau melihat semua keajaiban langit dan bumi, dan agar engkau bisa mengambil
pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Maka dari itu, peliharalah matamu itu
dari empat hal: melihat yang bukan mahram-nya, melihat gambar bagus dengar
syahwat, melihat seorang muslim dengan pandangan meremehkan, serta melihat aib seorang
muslim.
2. Telinga, maka peliharalah ia agar tidak mendengar bidah,
gibah, perkataan keji, takut pada kebatilan, atau kejelekan orang. Telinga
tersebut diciptakan untukmu agar engkau bisa mendengar kalam Allah Swt, sunah
Rasulullah Saw, dan kata hikmah para wali serta agar engkau bisa
mempergunakannya untuk bisa menggapai surga yang penuh kenikmatan, kekal abadi
di sisi Tuhan Penguasa alam semesta. Jika engkau mempergunakan telinga tersebut
pada sesuatu yang dibenci ia akan menjadi beban atau musuh bagimu.
Begitu pula
ia akan berbalik arah dari yang seharusnya bisa mengantarkanmu menuju
kesuksesan, menjadi mengantarkan mu menuju kehancuran. Ini benar benar merupakan
kerugian. Jangan engkau mengira bahwa dosanya hanya dibebankan kepada si
pembicara, sedangkan si pendengar terbebas dari dosa. Karena, dalam riwayat
disebutkan, pendengar adalah sekutu bagi yang berbicara. Ia adalah salah satu
pihak dari dua orang yang sedang bergibah (bergunjing).
3. Lidah, maka ia diciptakan agar dengannya engkau bisa
banyak berzikir kepada Allah Swt, membaca Kitab Suci-Nya, memberi petunjuk
kepada makhluk Allah lainnya, serta mengungkapkan kebutuhan agama dan duniamu
yang tersimpan dalam hati. Apabila engkau mempergunakannya bukan pada tujuan
yang telah digariskan berarti engkau telah kufur terhadap nikmat Allah Swt.
Lidah merupakan anggota badanmu yang paling dominan. Tidaklah manusia
diceburkan ke dalam api neraka melainkan sebagai akibat dari apa yang dilakukan
oleh lidah. Maka peliharalah ia dengan semua kekuatan yang kau miliki agar ia
tidak menjerumuskanmu ke dalam dasar neraka. Sebuah riwayat menyebutkan,
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kata yang dengannya ia ingin
membuat teman-temanuya tertawa, namun karena itu ia jatuh ke dasar neraka selama
tujuh puluh musim.” Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ada seorang syahid
yang terbunuh di dalam peperangan pada masa Rasulullah Saw. Lalu seseorang
berkata, “Selamat baginya yang telah memperoleh surga!” Tapi Rasul Saw.
kemudian bersabda, “Dari mana engkau tahu? Barangkali ia pernah mengatakan
sesuatu yang tak berguna dan bakhil terhadap sesuatu yang takkan pernah
mencukupinya.” Maka, peliharalah lidahmu dari delapan perkara:
√ berdusta 👉Jagalah lidahmu agar jangan sampai berdusta
baik dalam keadaan yang serius maupun bercanda. Jangan kau biasakan dirimu
berdusta dalam canda karena hal itu akan mendorongmu untuk berdusta dalam hal
yang bersifat serius. Berdusta termasuk induk dosa-dosa besar. Kemudian, jika
engkau dikenal mempunyai sifat seperti itu (pendusta) maka orang tak akan
percaya pada perkataanmu dan untuk selanjutnya engkau akan hina dan dipandang
sebelah mata. Apabila engkau ingin mengetahui busuknya perkataan dusta yang ada
pada dirimu, maka lihatlah perkataan dusta yang dilakukan orang lain serta
bagaimana engkau membenci, meremehkan, dan tidak menyukainya. Lakukanlah hal
semacam itu pada semua aib dirimu. Sesungguhnya engkau tidak mengetahui aibmu
lewat dirimu sendiri tapi lewat orang lain. Apa yang kau benci dari orang
lain, pasti juga orang lain membencinya darimu. Oleh karenanya, jangan kau
biarkan hal itu ada pada dirimu.
√ menyalahi janji 👉 Engkau tak
boleh menjanjikan sesuatu tapi kemudian tidak menepatinya. Hendaknya engkau
berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan dalam bentuk
perkataan. Jika engkau terpaksa harus berjanji, jangan sampai kau ingkari
janji tersebut, kecuali jika engkau betul-betul tak berdaya atau ada halangan
darurat. Sebab, menyalahi janji merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan
buruknya akhlak. Nabi Saw. bersabda, “Ada tiga hal, yang jika ada di antara
kalian yang jatuh ke dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan
salat. Yaitu, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan
jika diberi amanat ia berkhianat.”
√ gibah (menggunjing) 👉Peliharalah
lidahmu dari menggunjing orang. Dalam Islam, orang yang melakukan perbuatan
tersebut lebih hebat daripada tiga puluh orang pezina. Begitulah yang terdapat
dalam riwayat. Makna gibah adalah membicarakan seseorang dengan sesuatu yang ia
benci jika ia mendengarnya. Jika hal itu engkau lakukan, maka engkau adalah
orang yang telah melakukan gibah dan aniaya, walaupun engkau berkata benar.
Hindarilah untuk menggunjing secara halus. Yaitu, misalnya engkau nyatakan
maksudmu secara tidak Iangsung dengan berkata, “Semoga Allah memperbaiki orang
itu. Sungguh tindakannya sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar
Dia memperbaiki kita dan dia.” Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu
gibah (karena dari pernyataanya kita bisa memahami hal itu) dan merasa bahwa
diri sendiri bersih tidak bersalah. Tapi, jika engkau benar-benar bermaksud
mendoakannya, maka berdoalah secara rahasia jika engkau merasa berduka dengan
perbuatannya. Dengan demikian, jelaslah bahwa engkau tak ingin membuka rahasia
dan aibnya. Kalau engkau menampakkan dukamu karena aibnya, berarti engkau
sedang membuka aibnya. Cukuplah firman Allah Swt. ini menghalangimu dari gibah,
“Jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di
antara kalian senang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Pasti kalian
tidak menyukainya” (Q.S. al-Hujurat: 12).
Allah mengibaratkanmu dengan pemakan bangkai manusia. Oleh
karena itu, alangkah baiknya jika engkau menghindari perbuatan tersebut. Jika
engkau mau merenung, engkau tak akan menggunjing sesama muslim. Lihatlah pada
dirimu, apakah dirimu itu mempunyai aib, baik yang tampak secara lahiriah
maupun yang tersembunyi? Apakah engkau sudah meninggalkan maksiat, baik
secara rahasia maupun terang-terangan? Jika engkau menyadari hal itu,
ketahuilah bahwa ketidakberdayaan seseorang untuk menghindari apa yang kau
nisbatkan padanya sama seperti ketidakberdayaanmu. Sebagaimana engkau tidak
suka jika kejelekanmu disebutkan, ia juga demikian. Apabila engkau mau menutupi
aibnya, niscaya Allah akan menutupi aibmu. Tapi apabila engkau membuka aibnya,
Allah akan jadikan lidah-lidah yang tajam mencabik-cabik kehormatanmu di dunia,
lalu Allah akan membuka aibmu di akhirat di hadapan para makhluk-Nya pada hari
kiamat. Apabila engkau melihat lahir dan batinmu lalu engkau tidak menemukan
aib dan kekurangan, baik dari aspek agama maupun dunia, maka ketahuilah bahwa
ketidaktahuanmu terhadap aibmu itu merupakan kedunguan yang sangat buruk. Tak
ada aib yang lebih hebat daripada kedunguan tersebut. Sebab, jika Allah
menginginkan kebaikan bagimu, niscaya Dia akan memperlihatkan aib-aibmu.
Tapi, apabila engkau melihat dirimu dengan pandangan rida, hal itu merupakan
puncak kebodohan. Selanjutnya, jika sangkaanmu memang benar, bersyukurlah pada
Allah Swt. Jangan malah engkau rusak dengan mencela dan menghancurkan
kehormatan mereka. Sebab, hal itu merupakan aib yang paling besar.
√ mendebat orang 👉Karena, dengan
mendebat, kita telah menyakiti, menganggap bodoh, dan mencela orang yang kita
debat. Selain itu, kita menjadi berbangga diri serta merasa lebih pandai dan
berilmu. Ia juga menghancurkan kehidupan. Manakala engkau mendebat orang bodoh,
ia akan menyakitimu. Sedangkan manakala engkau mendebat orang pandai, ia akan
membenci dan dengki padamu. Nabi Saw. bersabda, “Siapa yang meninggalkan
perdebatan sedang ia dalam keadaan salah, maka Allah akan membangun untuknya
sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia
dalam posisi yang benar Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga
yang paling tinggi.”
Jangan sampai engkau tertipu oleh setan yang berkata
padamu, “Tampakkan yang benar, jangan bersikap lemah!” Sebab, setan selalu akan
menjerumuskan orang dungu kepada keburukan dalam bentuk kebaikan. Jangan sampai
engkau menjadi bahan tertawaan setan sehingga dia mengejekmu. Menampakkan
kebenaran kepada mereka yang mau menerimanya adalah suatu kebaikan. Tetapi hal
itu harus dilakukan dengan cara memberikan nasihat secara rahasia bukan dengan
cara mendebat. Sebuah nasihat memiliki karakter dan bentuk tersendiri. Harus
dilakukan dengan cara yang baik. Jika tidak, ia hanya akan mencemarkan aib
orang. Sehingga kebukannya lebih banyak daripada kebaikan yang ditimhulkannya.
Orang yang sering bergaul dengan para fakih zaman ini memiliki karakter suka
berdebat sehingga ia sulit diam. Sebab, para ulama su’ tersebut mengatakan
padanya bahwa berdebat merupakan sesuatu yang mulia dan mampu berdiskusi
merupakan satu kebanggaan. Oleh karena itu, hindarilah mereka sebagaimana
engkau menghindar dari singa. Ketahuilah, perdebatan merupakan sebab datangnya
murka Allah dan murka makhluk-Nya.
√ mengklaim diri bersih dari dosa 👉Allah Swt.
berfirman, “Jangan kalian merasa suci. Dia yang lebih mengetahui siapa yang
bertakwa” (Q.S. an-Najm: 32). Sebagian ahli hikmat ditanya, “Apa itu jujur
yang buruk?” Mereka menjawab, “Seseorang yang memuji dirinya sendiri.”
Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu akan mengurangi
kehormatanmu di mata manusia dan mengakibatkan datangnya murka Allah Swt. Jika
engkau ingin membuktikan bahwa membanggakan diri tak membuat manusia bertambah
hormat padamu, lihatlah pada para kerabatmu manakala mereka membanggakan
kemuliaan, kedudukan, dan harta mereka sendiri, bagaimana hatimu membenci
mereka dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau mencela mereka di belakang
mereka. Jadi sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian ketika engkau mulai
membanggakan diri. Di dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu akan mereka
ungkapkan ketika mereka tidak berada di hadapanmu.
√ mencela 👉Jangan sampai engkau mencela ciptaan Allah Swt,
baik itu hewan, makanan, ataupun manusia. Janganlah engkau dengan mudah
memastikan seseorang yang menghadap kiblat sebagai kafir, atau munafik. Karena,
yang mengetahui semua rahasia hanyalah Allah Swt. Oleh karena itu, jangan
mencampuri urusan antara hamba dan Allah Swt. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat
engkau tak akan ditanya, “Mengapa engkau tidak mencela si fulan? Mengapa engkau
mendiamkannya?” Bahkan, walaupun engkau tidak mencela iblis sepanjang hidupmu
dan engkau melupakannya, engkau tetap tak akan ditanya tentang hal itu serta
tak akan dituntut karenanya pada hari kiamat. Tapi, jika engkau mencela salah
satu makhluk Allah Swt. baru engkau akan dituntut. Jangan engkau mencerca
sesuatu pun dari makhluk Allah Swt. Nabi Saw. sendiri sama sekali tidak pernah
mencela makanan yang tidak enak. Jika beliau berselera dengan sesuatu, beliau
memakannya. Jika tidak, beliau tinggalkan.
√ mendoakan keburukan bagi orang lain 👉 Peliharalah
lidahmu untuk tidak mendoakan keburukan bagi suatu makhluk Allah Swt. Jika ia
telah berbuat aniaya padamu, maka serahkan urusannya pada Allah Swt. Dalam
sebuah hadis disebutkan, “Seorang yang dianiaya mendoakan keburukan bagi yang
menganiaya dirinya sehingga menjadi imbang, kemudian yang menganiaya masih
memiliki satu kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada hari kiamat.”
Sebagian orang terus mendoakan keburukan bagi Hajjaj sehingga sebagian salaf
berkata, “Allah menghukum orang-orang yang telah mencela Hajjaj untuknya,
sebagaimana Allah menghukum Hajjaj untuk orang yang telah ia aniaya.”
√ bercanda, mengejek, dan menghina orang 👉Peliharalah
lidahmu baik dalam kondisi serius maupun canda karena ia bisa menjatuhkan
kehormatan, menurunkan wibawa, membuat risau, dan menyakiti hati. Ia juga
merupakan pangkal timbulnya murka dan marah serta dapat menanamkan benih-benih
kedengkian di dalam hati. Oleh karena itu, jangan engkau bercanda dengan
seseorang dan jika ada yang bercanda denganmu,jangan kau balas. Berpalinglah
sampai mereka membicarakan hal lain.
Semua itu merupakan cacat yang terdapat pada lidah. Yang
perlu kau lakukan adalah mengasingkan diri atau senantiasa diam kecuali dalam
keadaan darurat. diceritakan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. meletakan sebuah
batu di mulutnya agar tidak berbicara keuali saat perlu saja. Beliau menunjuk
lidahnya lalu berkata, “Inilah yang menjadi segala sumber bagiku. kekanglah ia
sekuat tenagamu, karena ia merupakan faktor utama yang membuatmu celaka di
dunia dan akhirat.”
4. Perut, maka jangan kau isi ia dengan barang haram atau
syubhat. Berusahalah untuk mencari yang halal. Jika engkau telah mendapatkan
yang halal, berusahalah mengkonsumsinya tidak sampai kenyang. Sebab, perut yang
kenyang bisa membekukan hati, merusak akal, menghilangkan hafalan, memberatkan
anggota badan untuk beribadah dan menuntut ilmu, memperkuat syahwat, serta
membantu tentara setan. Jika kenyang dari makanan halal merupakan awal segala
keburukan, bagaimana jika dari yang haram? Mencari sesuatu yang halal merupakan
kewajiban bagi setiap muslim. Beribadah dan menuntut ilmu yang disertai
mengkonsumsi makanan haram seperti membangun di atas kotoran hewan. Apabila
engkau merasa cukup selama setahun memakai baju yang kasar, lalu selama sehari
semalam memakan dua potong roti garing, lalu engkau tidak menikmati apa yang
lezat bagi manusia, maka engkau tak butuh pada yang lain. Barang yang halal
sangat banyak. Engkau tidak perlu meyakinkan dirimu dengan menyelidiki hal-hal
yang tersembunyi. Tapi engkau harus menjaga diri dari yang sudah jelas kau
ketahui bahwa itu adalah haram. Atau setelah dilihat dari ciri-ciri yang
terkait dengan harta tersebut, engkau bisa menduga bahwa itu adalah haram.
Apayang sudah diketahui tampak jelas secara lahir, sementara yang bersifat
dugaan tampak dengan adanya ciriciri. Misalnya harta penguasa dan para
pekerjanya, harta orang yang tak bekerja kecuali dengan cara menjual khamar,
riba, judi, dan sebagainya. Jika engkau tahu bahwa sebagian besar hartanya
adalah haram, maka apa yang kau terima darinya, walaupun mungkin halal, ia
termasuk haram karena adanya dugaan yang kuat tadi. Yang jelas-jelas haram
adalah memakan harta wakaf tanpa izin atau syarat dari si pemberi wakaf. Siapa
yang melakukan maksiat, kesaksiannya tertolak, dan wakaf atau apa pun yang ia
terima atas nama kesufian adalah haram.
Kami telah menyebutkan hal-hal yang terkait dengan masalah
syubhat, halal, dan haram dalam satu kajian tersendiri pada kitab Ihya
Ulumiddin. Pelajarilah kitab tersebut karena mengetahui yang halal dan haram
wajib hukumnya bagi setiap muslim sebagaimana salat lima waktu.
5. Kemaluan, peliharalah ia dari semua yang diharamkan
Allah. Jadilah sebagaimana yang disebutkan Allah Swt, “Mereka yang menjaga
kemaluan mereka, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau sahaya yang mereka
miliki, maka mereka tak dapat dicela” (Q.S. al-Mukminun: 5-6). Engkau baru bisa
menjaga kemaluan dengan menjaga pandangan mata, menjaga hati untuk tidak merenungkannya,
serta menjaga perut dari yang syubhat dan dari rasa kenyang. Karena, semua itu
merupakan penggerak dan tempat tumbuhnya syahwat.
6. Kedua tangan, harus engkau pelihara agar ia tidak kau
jadikan alat untuk memukul seorang muslim, untuk mendapat harta haram, untuk
menyakiti sesama makhluk, untuk berkhianat terhadap amanat dan titipan, serta
untuk menuliskan sesuatu yang tak boleh diucapkan karena pena merupakan lidah
pula. Oleh karena itu, peliharalah pena tersebut sebagaimana engkau menjaga
lidah.
7. Janganlah engkau pergunakan kedua kaki untuk menuju
pintu seorang penguasa lalim. Sebab, berjalan menuju para penguasa lalim tanpa ada
keperluan merupakan maksiat yang besar karena berarti ia bersikap tawadu dan
memuliakan mereka yang telah berbuat lalirn. Allah Swt. telah memerintahkan
kita untuk berpaling dari mereka dalam firman-Nya yang berbunyi, “Janganlah
kalian condong kepada mereka yang telah berbuat lalim, niscaya kalian tersentuh
api neraka dan kalian tidak mempunyai penolong selain Allah. Lalu kalian tidak
ditolong” (QS. Hud: 113). Jika engkau pergi menemui mereka untuk mendapat
harta, berarti engkau berusaha meraih sesuatu yang haram. Nabi Saw. bersabda,
“Siapa yang bersikap merendah kepada orang kaya, sepertiga agamanya telah
hilang.” ini terhadap orang kaya yang saleh, lalu bagaimana merendah terhadap
orang kaya yang lalim?
Ringkasnya, ketika engkau bergerak dan diam dengan anggota
badanmu, itu semua merupakan nikmat Allah Swt. Maka dari itu, janganlah engkau
menggerakkan anggota badanmu dalam rangka maksiat kepada Allah. Tetapi
pergunakanlah untuk taat kepada-Nya. Ketahuilah, jika engkau tak patuh maka
bencananya akan kembali padamu, sementara jika kamu mau menanam, maka buahnya
akan menjadi milikmu. Adapun Allah, Dia tak butuh padamu dan tak butuh pada
amal perbuatanmu. Setiap jiwa tergantung pada amal perbuatannya. Jangan
sampai engkau berkata, “Allah Maha Pemurah Dan Maha Penyayang. Dia Maha
Mengampuni dosa mereka yang bermaksiat.” Ini merupakan ungkapan yang benar tapi
ditujukan pada sesuatu yang batil. Orang yang mengucapkannya termasuk dungu
seperti kata Rasul Saw., “Orang yang cerdik adalah yang bisa menundukkan hawa
nafsunya dan beramal untuk hari sesudah mati. Sedangkan orang yang dungu adalah
yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah”.
Ketahuilah bahwa ucapanmu itu seperti ucapan seseorang
yang ingin menjadi fakih dalam ilmu agama tanpa mau belajar, tapi justru sibuk
dengan sesuatu yang batil lalu berkata, “Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang.
Dia Maha berkuasa untuk mencurahkan ke dalam hatiku berbagai ilmu yang Dia
tanamkan di hati para nabi dan wali-Nya tanpa usaha dan belajar.” Itu seperti
ucapan orang yang menginginkan harta, tapi tak mau menanam, berdagang, atau
berusaha kemudian berujar, “ Allah Maha Pemurah. Dia memiliki kekayaan langit
dan bumi. Dia Maha Berkuasa untuk memberikan kepadaku sebagian dari khazanah
kekayaan-Nya sehingga aku tak perlu bekerja. Hal itu telah Dia lakukan kepada
para hamba-Nya.” Jika engkau mendengar ucapan kedua orang di atas, engkau pasti
menganggap kedua orang itu bodoh dan engkau pasti mengejeknya walaupun sifat
pemurah dan kuasa Allah yang ia sebutkan benar. Demikian pula, Orang-orang yang
alim dalam bidang-bidang agama akan menertawakanmu jika engkau menuntut ampunan
tanpa ada usaha. Allah Swt. berfirman, “Bagi manusia apa yang ia usahakan”
(Q.S. an-Najm: 39), “Kaliaan dibalas sesuai dengan amal perbuatan kalian” (Q.S.
ath-Thar: 16), “Orang-orang abrar (berbuat baik) berada dalam kenikmatan
sedangkan mereka yang selalu berbuat dosa berada di neraka Jahim” (Q.S.
al-Infithar: 13-14).
Apabila engkau tetap menuntut ilmu dan mencari harta dengan
bersandar pada kemurahan-Nya serta terus membekali diri untuk akhirat, maka
Tuhan Pemelihara dunia dan akhirat adalah satu. Dia Maha Pemurah dan Penyayang
baik di dunia maupun di akhirat. Ketaatanmu tidak membuat-Nya bertambah
pemurah. Hanya saja, kemurahan-Nya adalah Dia memudahkan jalan menuju negeri
kenikmatan yang abadi dan kekal dengan senantisa sabar dalam meninggalkan
syahwat selama beberapa saat. Ini merupakan puncak kemurahan. Jangan engkau
rusak dirimu dengan ajaran jahat para pengangguran. Ikutilah para nabi dan
orang-orang saleh. Jangan engkau terlalu berharap bisa memanen sesuatu yang
tak kau tanam. Sedangkan orang yang berpuasa, salat, berjihad, serta bertakwa,
semoga ia diampuni.
Ini adalah beberapa hal yang patut dipelihara oleh anggota
badanmu. Engkau juga harus membersihkan hatimu karena ia merupakan bentuk
ketakwaan secara batin. Hati adalah segumpal daging yang jika baik maka
seluruh badan menjadi baik. Tapi jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh
badan menjadi rusak. Berusahalah untuk memperbaiki hatimu itu agar seluruh
anggota badanmu juga baik. Hati menjadi baik dengan selalu merasakan kehadiran
Allah.
Mohon maaf atas segala kekurangan & Semoga ada manfaat
dunia akhirat 🙏