Saling Mencintai


Allah Swt. berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatang­kan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.”
(Q.s. Al-Maidah: 54).

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw telah bersabda: “Barangsiapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barangsiapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya.” (H.r. Bukhari).

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik dari Nabi Saw, dari Jibril as. yang memberitahukan bahwa Tuhannya Allah Swt telah berfirman:

“Barangsiapa menyakiti salah seorang wali-Ku, berarti telah memaklumkan perang kepada-Ku. Dan tidaklah Aku merasa ragu-­ragu dalam melakukan sesuatu pun sebagaimana keraguan-Ku untuk mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman, karena dia membenci kematian dan Aku tak suka menyakitinya, namun kematian itu harus terjadi. Tak ada cara taqarrub yang paling Kucintai bagi seorang hamba-Ku dibanding melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Kuperintahkan kepadanya. Dan senantiasa dia mendekati Ku dengan melakukan ibadat-ibadat sunnah sampai Aku mencintainya. Dan siapa pun yang Kucintai, Aku menjadi telinga, mata, tangan, dan tiang penopang yang kokoh baginya.” (Hadis dikeluarkan oleh Ibnu Abud Dunya, al-Hakim, Ibnu Mardawieh dan Abu Nu’aim serta Ibnu Asaakir, riwayat dari Anas r.a.).

“Barangsiapa menyakiti salah seorang wali-Ku, berarti telah memaklumkan perang kepada-Ku. Dan tidaklah Aku merasa ragu-­ragu dalam melakukan sesuatu pun sebagaimana keraguan-Ku untuk mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman, karena dia membenci kematian dan Aku tak suka menyakitinya, namun kematian itu harus terjadi. Tak ada cara taqarrub yang paling Kucintai bagi seorang hamba-Ku dibanding melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Kuperintahkan kepadanya. Dan senantiasa dia mendekati Ku dengan melakukan ibadat-ibadat sunnah sampai Aku mencintainya. Dan siapa pun yang Kucintai, Aku menjadi telinga, mata, tangan, dan tiang penopang yang kokoh baginya.” (Hadis dikeluarkan oleh Ibnu Abud Dunya, al-Hakim, Ibnu Mardawieh dan Abu Nu’aim serta Ibnu Asaakir, riwayat dari Anas r.a.)

Ucapan Kaum ‘Arifin


Rasulullah Saw bersabda:
“Seseorang itu berada dalam lindungan sedekahnya sampai ditunaikan kepada sesama atau bersabda: “(sehingga) dipastikan bagiannya terhadap sesamanya.”

Hal demikian, karena seseorang harus meninggalkan sedikit apa yang dicintainya bagi Tuhannya. Bagaimana (alangkah bagusnya) seandainya semuanya dikeluarkan?
Allah Swt berfirman kepada Nabi Dawud as, “Berilah kabar gembira kepada para pendosa, bahwa Aku Maha ampun. Dan berilah kabar kepada kaum shiddiqin bahwa sesungguhnya Aku Maha Cemburu.”
Diriwayatkan bahwa Nabi Yusuf as, ketika dilemparkan ke dalam sumur seakan-akan berkata, “Siapa yang bermain-main dalam khidmah pada Tuhannya, maka tempatnya adalah terlempar dalam sumur.”

Ada sejumlah petikan wacana dari kaum sufi, yang membangkitkan semangat mereka yang berserasi dengan Allah Swt, antara lain:
  • Sungguh, bagi orang yang kenal Tuhan, tidak layak mengeluh dari cobaan. Karena setiap orang yang tidak mengenal Tuhan, setiap ucapan adalah pengakuan. Sedangkan bagi orang ‘arif tidak ada lagi pengakuan, dan bagi pecinta tidak ada lagi keluhan.
  • Bila pertolongan Allah mendahuluinya, segala luka nestapa akan roboh karenanya.
  • Bila pertolonganNya tiba, kewalian menjadi keharusan baginya. Karena pertolongan itulah kewalian ada, dan kewalian merobohkan luka duka.
  • Yang urgent bukanlah kewalian, tetapi yang penting adalah pertolongan. Siapa pun tak akan meraih kewalian manakala kehilangan pertolongan.
  • Orang yang teguh adalah orang yang merahasiakan rahasia.
  • Wujud Allah telah membuang wujud makhluk, maka buanglah pengakuan diri, engkau temukan maknanya.
  • Siapa yang batinnya benar, maka seluruh ucapannya manis.
  • Jangan tertipu oleh indahnya waktu, karena di baliknya ada sejumlah bencana.
  • Jangan tertipu oleh indahnya ibadah, karena di dalamnya ada kealpaan dirimu pada sifat RububiyahNya.
  • Singkirkan dua rumah (dunia dan akhirat) dan berbahagialah dengan Allah Robbul ‘alamin.
  • Mohon petunjuklah kepada Allah, sebab Dia adalah sebaik-baik bukti. Berserahlah kepadaNya, sebab Dia sebaik-baik tempat berserah diri.
  • Sepanjang qalbu hamba bergantung pada selain Allah, maka pintu kebeningan hati tertutup.
  • Kemesraan bersama Allah adalah cahaya yang memancar, dan mesra dan gembira dengan makhluk adalah kesusahan.
  • Sumber rahasia adalah qalbu orang-orang yang abik bersama Allah, sedangkan hati orang yang dekat dengan Allah adalah benteng rahasia-rahasiaNya.
  • Qalbu, ketika gagal diberi cobaan Tuhan ia akan lepas dari wilayah Sang Kekasih.
  • Sebaik-baik rezeki adalah yang sesuai dengan kebutuhan. Sebaik-baik dzikir adalah yang tersembunyi (dalam hati).
  • Tawakallah, engkau dapatkan kecukupan. Mohonlah, engkau diberi.
  • Bukan orang yang jiwanya cerdas, orang yang membuat pilihan, tetapi tidak menurut pilihan Sang Kekasih.
  • Menurut apa yang yang berarti bagimu, engkau raih cita-citamu.
  • Sang hamba, jika Allah membencinya, para makhluk akan membencinya. Jika Allah meridloi-nya, selain Allah akan meridloinya.
  • Permintaan maaf pecinta pada Sang Kekasih adalah kebajikan. Sedangkan perbuatan dosa pecinta pada Kekasihnya adalah terampuni.
  • Siapa yang berhasrat menuju Tuhan, berarti menghamparkan diri untuk cobaan.

Kalam Hikmah : Ketentuan Allah dan Penghidupan Manusia


Dalam Kalam Hikmah  kedua  Imam Ibnu Athaillah Askandary menyatakan " Kehendak anda kepada tajrid di samping Allah SWT mendirikan (meletakkan) anda didalam asbaab(causes) adalah merupakan syahwat yang tidak nampak dilihat. Kehendak anda kepada asbab disamping Allah mendirikan anda didalam tajrid bererti turun dari himmah(determination) Yang Maha Tinggi."

Pengertian Kalam Hikmah diatas sebagai berikut :-

Perkataan " Al-Asbaab " (causes), maksudnya ialah: " Sesuatu yang sampai dengannya kepada maksud yang dicapai di dalam dunia."

Yakni segala sesuatu dimana dengannya kita boleh sampai untuk maksud-maksud yang diperlukan di dalam kehidupan duniawi. Misalnya mencari rezeki yang halal atau bekerja dalam sifat yang diridhai Allah SWT.

Perkataan "At-Tajrid " (divestment) ialah " Melepaskan diri dari Al-Asbaab (causes).

Manusia dalam penghidupan terbahagi kepada dua macam;

1." Manusia yang ditentukan Allah dalam status Al-Asbaab". Manusia dalam status ini untuk menghasilkan penghidupannya dalam dunia adalah dengan jalan bekerja. Manusia distatus ini perlu bekerja untuk hidup. Bekerja dengan perkerjaan yang Allah redhai.
Jika tidak bekerja,ia tidak boleh menjalani kehidupan dengan sewajarnya. Apabila kehidupan selamat, tenteram dengan pekerjaan yang dilakukan ini, menurut akhlak ilmu tasawuf, dia tidak boleh meninggalkan pekerjaan tersebut untuk berpindah kepada status yang lain, yakni meninggalkan pekerjaan yang sudah berkat itu kerana tujuan semata-mata melaksanakan ibadat kepada Allah SWT. Dengan maksud yang mudah difahami " Orang ini telah berkerja dengan pekejaan yang Allah redha , kemudian dia berhenti dari bekerja untuk melakukan ibadat sahaja seperti mahu beriktikaf di masjid dengan berhenti berniaga". Bila dia meninggalkan pekerjaan dan beribadat sahaja tanpa menghiraukan penghidupan, menurut akhlak ilmu tasawuf, terdapat syahwat yang tersembunyi di dalam dirinya. Disebut dengan " syahwat " kerana tidak mau menuruti atau tidak mahu sejalan dengan dengan kehendak Allah. Sedangkan Allah berkehendak pada kemaslahatan setiap manusia itu dalam hidup dan kehidupannya agar bekerja, beramal dan berusaha.

Arti " tersembunyi " yakni syahwat itu disebut dengan syahwat yang tersembunyi (the closed desire), ialah bercita-cita besar untuk menghampirkan diri semata-mata kepada Allah untuk kebahagiaan ukhrawi tetapi kehidupan duniawi menjadi kucar-kacir dan menyusahkan orang (kerana berhenti bekerja). Bercita-cita begini pada dasarnya baik, tetapi pada hakikatnya sudah menyimpang dari ketentuan Allah.

2. " Manusia yang ditentukan Allah dalam status Tajrid ". Manusia dalam tingkatan status ini sudah tinggi nilainya pada sisi Allah. Penghidupannya telah dipermudahkan oleh Allah, sehingga ia tidak sulit lagi dalam hidup dan kehidupan. Dia tidak perlu lagi bekerja dan berusaha mencari rezeki, tetapi rezekilah yang datang kepadanya.

Terdapat dua gambaran manusia yang berada distatus ini.

(a) Manusia ini bekerja dan berusaha tetapi seolah-olah dia bekerja sebagai iseng-iseng belaka, kerana hatinya tertuju selalu bagaimana ia dapat melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya dan bagaimana ia selalu taqwa kepada Allah SWT. Maka manusia semacam ini meskipun ia beramal dan bekerja, tetapi tidak memberatkan otaknya, bahkan Allah memudahkan rezekinya dan memberikan keberkatan pada usahanya yang tidak terkiranya sama sekali.

Lihat Surah At-Thalaq: Ayat 2 - 3

"Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar (dari kesulitan-kesulitan) untuk orang itu. Dan Allah akan memberikan rezeki kepadanya dari (sumber-sumber) yang tidak pernah difikirkan. Dan barang siapa yang tawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Tuhan itu melaksanakan kehendakkanya. Sungguh Tuhan itu melaksanakan kehendakNya. Syngguhnya Allah telah menqadarkan bagi tiap-tiap sesuatu".

b) Ada manusia yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha, selain hanya beribadat saja kepada Allah Yang Maha Esa. Beribadat ini ad macam-macam sifatnya.Contohnya Tuan Guru yang mengajar di pondok-pondok. Mereka mengajar tanpa memungut upah tetapi mendidik dan membimbing manusia kepada ajaran-ajaran agama. Mereka tidak bekerja hanya menuntun manusia kepada kebaikkan sahaja. Mereka tidak bertani, berniaga atau bersawah, tetapi rezeki mereka sentiasa ada. Mereka juga tidak memiliki harta. Segala rezeki datang kepada mereka, dihantar oleh petani, atau nelayan atau pedagang atau sesiapa saja mengikut tempat dimana tuan guru itu tinggal.

Hamba-hamba Allah yang telah diangkat martabatnya oleh Allah ke makam tajrid seperti di bahagian dua di atas, maka akhlak tasawuf menganjurkan kepadanya supaya jangan turun ke maqam Al-Asbaab. Jika ia turun ke makam asbaab bererti ia menurunkan nilai dirinya dari himmah(tekad) yang bermutu tinggi. Maksudnya ia jangan turun untuk bekerja dan berusaha seperti orang-orang biasa, kerana jika ia turun ke tingkat ini, maka ibadatnya akan terganggu, keberkahan yang telah diberikan Allah kepadanya akan dicabut Allah SWT.

Maka tiap-tiap status yang telah ditentukan oleh Allah kepada manusia mesti diterima dengan redha dan ikhlas. Meskipun maqam-maqam antara kita sesama manusia berlainan, kita tidak boleh cuba-cuba memindahkan diri dari satu maqam ke maqam yang lain. Samada ke maqam yang lebih tinggi atau ke maqam yang lebih rendah, seperti dari asbaab ke tajrid atau tajrid ke asbaab kecuali Allah yang memindahkan. Seperti Allah tidak lagi memberkati kita pada satu-satu maqam hingga kita harus berpindah daripadanya.

Contoh, pekerjaan yang dilakukan sehari-hari tidak lagi menguntungkan baik pada dunia atau pada agama, namun dia tetap berkewajiban membereskan duniawi dan ukhrawi sebagaimana sepatutnya. Dengan itu telah ada keinginan Allah untuk memindahkan maqam orang tersebut.

Apabila kita berada pada hidup dan kehidupan, selalulah berpegang kepada Allah, bertawakkal, menyerahkan diri dan tidak melupakanNya. Maka Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang akan menuntun kita ke jalan yang benar. Seperti surah Ali Imran ,ayat 101:

" Barang siapa yang berpegang teguh kepada Allah, maka sesungguhnya orang itu telah diberikan petunjuk kepada jalan yang lurus (benar) ".

Ambil lah manafaat daripada kata-kat hikmah di atas, moga-moga Allah selalu menuntun kita kepada jalan yang benar dan lurus.

SHALAWAT FATIH

Shalawat Fatih Lil Imamil Ahlas Surban Assulthonul Awliya Assyekh Assayid Abdul Qadir Al-Jilani Al-Hasani QS.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَي سَيِّدِ نَا مُحَمَّدِِ نِ اْلفَاتِحِ لِمَا اُغْلِقَ وَ اْلخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ وَ النَّاصِرِ اْلحَقِّ بِااْلحَقِّ وَ اْلهَادِيْ اِلَي صِرَاطِكَ اْلمُستَقِيْمْ. وَ صَلَي اللَّهُ عَلَي اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ حَقّ قَدْرِهِ وَ مِقْدَارِهِ اْلعَظِيْم.

Ya Allah, Limpahilah Rahmat ke atas Junjungan Nabi Muhammad, yang membukakan apa yang tertutup, yang menamatkan apa yang terdahulu, yan  membela kebenaran dengan kebenaran, yang memberi petunjuk kepada jalan-Mu yang lurus. Dan ke atas keluarganya bersesuaian dengan pangkat dan kedudukannya yang tinggi."

SALAM ADZIMAH


اَلصّالاَهُ وَ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا سَيِّدِ يَا رَسُوْ لَ اللَّهْ وَ جَمِيْعِ اْلاَنْبِيِءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ. اَلصّالاَهُ وَ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا سَيِّدِ يَا رَسُوْ لَ اللَّهْ وَ جَمِيْعِ اْلاَوْ لِيَءِ اْلمُتَّقِيْنَ. اَلصّالاَهُ وَ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا سَيِّدِ يَا رَسُوْ لُ الّلَّهْ وَ جَمِيْعِ اْلملاَ ءِكَهْ اْلمُقَرَّبِيْنَ

AHLADZ-DZIKRI

 
Allah telah menganugerahkan pengetahuan yang mendalam kepada ahli dzikir. Ahli dzikir yang dianugerahi pengetahuan oleh Allah disebut ahli dzikir yang ahli hikmah. Al-Hikmah telah ditegaskan oleh Allah  di dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah : 269). Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana menganugerahkan Al-Hikmah kepada orang-orang yang telah mengikuti kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki oleh Allah untuk orang-orang berakal? Al-Qur’an ayat 190 – 191 surat Ali Imron menyatakan adanya kehendak Allah dengan mempertegas pemahaman akan tujuan penciptaan langit dan bumi bagi orang-orang berakal. Ditegaskan dalam ayat tersebut mengenai siapakah orang-orang berakal (yang telah menggunakan akalnya) itu? Allah menyatakan orang-orang berakal (QS. Ali Imron : 190 - 191) adalah orang-orang yang senantiasa berdzikir (didalam hatinya, QS. Al-A’raaf : 205, menyebut asma Allah dengan dzikir sebanyak-banyaknya, QS. Al-Ahzab : 41) sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan (merenungkan) tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata di dalam hatinya): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari Kufurnya akan Ni'mat-Mu.

Oleh karena itu, ahli dzikir termasuk orang-orang yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya (QS. Al-Maidah : 54). Ahli dzikir yang ahli hikmah telah menerima penjelasan-penjelasan akan kekuasaan Allah untuk dipakai sebagai pegangan dalam perjalanan menuju kepada-Nya. Kualitas jiwa sangat dipengaruhi oleh keberadaan jiwa itu sendiri. Sekiranya jiwanya kosong dari
kerinduan akan perjumpaan dengan Tuhannya, maka si pemilik jiwa tentu tak ada gairah untuk bertemu menjumpai-Nya.

Sebagai rahmat Allah yang tercurahkan ke dalam jiwanya, para ahli dzikr yang ahli hikmah sangat bergairah untuk berjumpa dengan Tuhannya. Mereka begitu yakin akan kebenaran firman-Nya, bahwa Allah hendak menerangkan dan menunjuki
jalan-jalan orang sebelumnya (jalan para Nabi dan kaum soleh) dan hendak menerima tobatnya (QS.An-Nisa : 26). Mereka diajak oleh Allah untuk berthariqah. Ajakan Allah kepada orang-orang yang senantiasa merindukan-Nya (ahli dzikir) menempuh perjalanan menuju kepada-Nya sangat mengundang gairah jiwa untuk melakukannya. Allah pun telah menurunkan pertolongan-Nya melalui pengajaran Al-Hikmah. Ahli dzikir yang ahli hikmah sangat antusias bersegera melakukan perjalanan spiritual menyambut tawaran Allah di dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 110.

Seorang ahli dzikir yang ahli hikmah tidak menyia-nyiakan tawaran yang mulia tersebut. Ada semangat jiwa yang begitu menentramkan seorang ahli dzikir yang ahli hikmah ketika perjalanan tersebut harus segera dimulai. Hanya Dia yang menjadi tujuan yang hendak dituju. Dengan bekal keyakinan akan kasih sayang Allah, mereka pun sangat khidmat melakukan perjalanan tersebut. Ahli dzikir yang ahli hikmah kini telah menjadi seorang ahli tasawuf (para penempuh jalan menuju perjumpaan dengan Tuhannya Azza wa Jalla). Ya Muqollibal Qulub, Tsabbit Qulubana Min Tawhidika Ila Mahabbatika Ya Allah

'IBADALLAH RIJALALLOH

عِبَا دَ اللَّهُ رِجَالَ اللَّهُ اَغِيْثُنَا لِاَجْلِ اللَّهِ وَ كُوْ نُوْ عَوْنَنَا  الِلَّهِ عَسَ نَحْظَي بفَضْلِ اللَّهِ

Wahai hamba Allah (para awliya allah), wahai para pejuang Allah Berilah kami pertolongan karena Allah Jadilah engkau penolong kami dalam segala ibadah kepada Allah Semoga kami beruntung dengan karunia Allah

وَيَا اَ قْطَبْ وَيَا اَنجَا بْ وَيَا سَا دَا تْ وَيَا اَحْبَا بْ وَاَنْتُمْ يَا اُولِي اْلاَ اْلبَا بْ تَعَا لَوَّوَالنْصُرُوْ لِلَّهِ

Wahai para wali Qutub, wahai para wali Anjab Wahai para pemimpin kami dan para kekasih Allah Kalian semua wahai ahli-ahli ibadah Datanglah dan tolonglah kami karena Allah

سَاَ لْنَا كُمْ سَاَ لْنَا كُمْ وَ لِلزُّلْفَي رَجَوْنَكُمْ وَ فِي اَمْرِِ قَصَدْ نَاكُمْ  فَشُدُّ وْ عَزْ مَكُمْ لِلَّهِ.

Kami memohon, memohon kepada kalian Untuk mendapatkan kedekatan kepada rahmat Allah Kami harapkan kalian Dalam persoalan (masalah), kami bermaksud kepada kalian, Maka mantaplah tekad kalian untuk menolong kami karena Allah

فَيَا رَبِّي بِسَا دَا تِي تَحَقَّقْ لِي اِشَا رَاهِ عَسَ تَاْ تِي بِشَا رَاتِي  وَ يَشْفُوْ وَ قْتُنَا لِلَّهِ

Wahai Tuhanku, dengan pangkat para pembesarku, Buktikanlah semua keinginan-keinginan itu, Semoga datang semua yang menggembirakanku Dan menjadi suci (tenang) waktu (kehidupan kami) untuk Allah

بِكَشْفِ اْلحُجْبِ عَنْ عَيْنِي وَ رَفْعِ لْبَيْنِ مِنْ بَيْنِي وَ طَمْسُ اْلكَيْفَ وَ اْلاَيْنِ بِنُوْرِاْلوَجْهِ يَا اَللَّهُ.

Dengan terbukanya bukti pada pandangan kami Terangkatnya jarak pemisah antara aku dengan Engkau Terhapusnya cara (tanpa menggambarkan, tanpa menempatkan) Berkat cahaya Dzat-Mu ya Allah

صَلَا هُ اللَّهِ مَوْلَانَا عَلَي مَنْ بِ اْلهُدَاجَنَا وَ مَنْ بِا اْلحَقِّ اَوْلَانَا شَفِيْعِ اْلخَلْقِ عِندَ اللَّهُ.
Semoga Rahmat Allah Tuhan kami, Dilimpahkan atas Nabi yang datang kepada kami dengan hidayah petunjuk Dan kepada orang yang telah menunjukkan kebenaran agama Yang memberikan pertolongan kepada makhluk nanti di Sisi Allah
-------------------------------------------------------------------------
لَا اِلَهَ الّاَ اَللَّهُ مُحَمَّدُ رَسُوْلَ اللَّهُ.

Tiada Tuhan selain Allah & Nabi Muhammad utusan Allah

Entri Unggulan

Maksiat Hati.

Ketatahuilah bahwasanya agama islam sangat mengedepankan akhkaq yang baik serta hati yang bersih dari segala penyakit yang akan menyengsarak...

Entri paling diminati