IBADAH HAMBA TIDAK AKAN PERNAH BISA MENGANTARKANMU PADA KEMA’RIFATAN HAQ
Secara lahiriyah Seorang hamba wajib memulai terlebih dahulu untuk wushul kepada tuhannya. Mereka harus mendaki ke atas, dengan ibadah lahir untuk mengembarakan ruhaniyah. Namun demikian ibadah lahir itu hanya sebagai perwujudan pengabdian
yang hakiki kepada-Nya. Dengan melaksanakan mujahadah dan riyadhoh di
jalan Allah.
Mereka mensucikan diri baik lahir maupun batin dari segala kotoran basyariyah (sifat” kemanusiaan) yang menjadikannya terhalang wushul kepada Allah Rabbul Alamiin. Dengan mujahadah tersebut, seperti orang melaksanakan khulwah menyendirikan diri dari khalayak ramai tanpa meninggalkan keramaian itu, mereka berusaha mengembalikan seluruh kehendak perkara yang bersifat hudust (baru) secara manusiawi untuk dipertemukan kepada kehendak Allah yang azaliyah.
Ini adalah kelemahan kita …
Mereka mensucikan diri baik lahir maupun batin dari segala kotoran basyariyah (sifat” kemanusiaan) yang menjadikannya terhalang wushul kepada Allah Rabbul Alamiin. Dengan mujahadah tersebut, seperti orang melaksanakan khulwah menyendirikan diri dari khalayak ramai tanpa meninggalkan keramaian itu, mereka berusaha mengembalikan seluruh kehendak perkara yang bersifat hudust (baru) secara manusiawi untuk dipertemukan kepada kehendak Allah yang azaliyah.
Ini adalah kelemahan kita …
Ungkapan ini adalah ungkapan kelalaian yang sangatlah halus dan keluar dari REL dalam wilayah UBUDIYAH dan itu yang di wajibkan oleh allah swt .
لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ
“(allah menghendaki) bagi siapa di antara kamu, yang mau menempuh jalan yang lurus.”
وَمَا تَشَاءُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.”Jika usaha seorang hamba dibiarkan saja tanpa ada fasilitas HAIYUN (hidup) bisa manusia, dan penerimaan diri dari kesadaran diri akan keutamaan dan RahmatNya sebagai karunia Allah semata niscaya itu fana’ muthlaq itu takkan bisa di capainya.
نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ
اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya, siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” – (QS.24:35)
Jika ada manusia / mahluk yang bisa Washil kepada allah dengan
usahanya sendiri Maka tertolaklah pengakuannya itu dan lalai jika
usahanya itu telah menyerupai usahanya allah yang maha berkehendak dan
menggerakkan . dan dia itu tidak sadar dengan kesyirikan murni … jika
diri ini bisa menyembah atau beribadah kepadaNya apakah kita tidak sadar
jika yang kita akui atu menyerupai keADAanNya .
وصولك الى الله وصولك الى العلم به وإلاّ فجلّ ربنا أن يتصل به شيئ أو ان يتصل هو بشئ
“Tersambungnya dirimu kepada Allah, berarti sampainya dirimu kepada
kemampuan untuk mengerti Allah secara Hakiki. Jika bukan seperti itu,
maka. Maha Agung Allah terhadap sesuatu yang tersambung dengan-Nya dan
menyambungkan Dzat-Nya kepada sebuah pekara.” Dengan itu mereka harus membersihkan segala pengakuan nafsu dan
keresahan-keresahan hatinya, maka selamanya mereka tidak akan dapat
wushul kepada tuhannya. Apabila di dalam perjalanan itu Allah berkehendak membuka pintu hati
hamba-Nya, maka kehendak-Nya yang azali itu akan diturunkan ke bawah
sehingga dua kehendak yang berbeda itu bertemu di tengah jalan. Kehendak
yang satu mendaki dan yang satunya menurun.
لَوْاَنَّكَ لَاتَصِلُ اِلَيْهِ اِلَّا بَعْدَ فَنَاءِ مَسَاوِيْكَ
وَمَحْوِ دَعَاوِيْكَ لَمْ تَصِلُ اِلَيْهِ اَبَدًا وَلَكِنْ اِذَا اَرَادَ
اَنْ يُوَصِّلَكَ اِلَيْهِ غَطَّى وَصْفَكَ بِوَصْفِهِ وَنَعْتَكَ
بِنَعْتِهِ فَوَصَّلَكَ اِلَيْهِ بِمَا مِنْهُ اِلَيْكَ لَابِمَا مِنْكَ
اِلَيْهِ.
Jika sekiranya engkau tidak dapat wushul kepada Allah kecuali setelah
fana’nya diri semua keinginan syahwat dan bersihnya sifat pengakuanmu,
maka engkau tidak akan dapat wushul selama-lamanya. Akan tetapi jika Allah berkehendak mewushulkanmu kepada-Nya, maka
Allah menutup sifatmu dengan sifat-Nya dan kebiasaanmu dengan
kebiasaan-Nya.
Allah mewushulkanmu kepada-Nya dengan sesuatu dari-Nya kepadamu bukan dengan sesuatu darimu kepada-Nya. Dengan demikian, yang menjadikan sebab wushulnya hamba itu bukan
kehendak dan Buah dari amal ibadah seorang hamba / usaha kerasnya
seorang hamba, tetapi karena kehendak dan amal ibadah itu sejatinya
hanya terbit dari kehendak Allah yang azali.
سبح يسبح علي نفسه
dan maha suci allah swt yang akan mensucikan pada diriNya sendiri …..
suci dan mensucikan pada diriNya. kesucianNya bukan karena di puja / pun dari ketaatan mahluk. Tanda-tandanya, ketika seorang hamba telah masuk pada ketiadaan dirinya dan alam semesta ini … yang ada hanyalah hanyalah yang maha ADA .
kehendaknya yang yang baru (hudust) kepada kehendak Allah yang qodim dalam kesatuan amal yang dilakukan itu tidak ada mungkin, berarti jelas jika amal yg dilakukan oleh seorang hamba yang akalnya di bumi dengan menggunakan konsep bumi sedangkan hatinya di langit dengan menggunakan konsep langit. Itulah tanda-tanda manusia yang sempurna.
Kisah Ulama Sufi
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Segala puji bagi
Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia
Nabi Muhammad SAW. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang
istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah, Sifat
buruk sangka, bangga diri, ujub dan sombong adalah sifat-sifat
mazmumah yang perlu kita jauhi. Tanpa kita sedari bahawa apabila
sifat-sifat ini telah bertapak dalam hati kita akan menyebabkan hati
kita berpenyakit dan akan merosakkan amalan kita kepada Allah SWT.
Terdapat satu kisah seorang ulama sufi bernama Hassan al-Basri dengan seorang pemuda berdua-duaan dengan seorang wanita. Suatu
hari di tepi sungai Dajlah, Hassan al-Basri melihat seorang pemuda
duduk berdua-duaan dengan seorang wanita. Di sisi mereka terletak
sebotol arak. Lalu Hassan berbisik "Alangkah jahatnya orang itu dan
alangkah baiknya kalau dia seperti aku!"
Tiba-tiba Hassan
melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki
yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun untuk menolong penumpang
perahu yang hampir lemas. Enam dari tujuh penumpang itu berjaya
diselamatkan.
Kemudian dia berpaling ke arah Hassan
al-Basri dan berkata, "Jika engkau memang lebih mulia daripada saya,
maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya
tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya
telah menyelamatkan enam orang."
Bagaimanapun Hassan
al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu bertanya
padanya. "Tuan, sebenarnya wanita yang duduk di samping saya ini
adalah ibu saya, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan
arak. Ini hanya untuk menguji tuan."
Hassan al-Basri
terpegun lalu berkata, "Kalau begitu, sebagaimana engkau telah
menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai,
maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan
kesombongan."
Orang itu menjawab, "Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan."
Semenjak
itu, Hassan al-Basri selalu merendahkan diri bahkan ia menganggap
dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih dari orang lain.
Sahabat yang dimuliakan,
Sebagai pengajaran untuk di ambil sebagai iktibar kisah diatas, terdapat dua cara untuk mengatasinya.
Pertama
: Jangan berburuk sangka dengan orang lain serta memandang rendah
padanya. Apabila kita melihat orang lain membuat maksiat kepada Allah
jangan menghinanya atau reda dengan perbuatannya dan cuba mencari
aibnya. Berilah nasihat yang baik penuh hikmah. Anggaplah berkemugkinan
orang itu jahil tentang perbuatannya. Sebagai muhasabah diri sendiri
pula, kita patut malu pada diri sendiri yang dikurniakan oleh Allah SWT
ilmu ini tetapi masih juga melakukan perbuatan yang dilarang oleh-Nya.
Buruk
sangka kepada orang lain atau yang dalam bahasa Arabnya disebut su' u
zhan mungkin biasa atau bahkan sering hinggap di hati kita. .Yang
parahnya, terkadang persangkaan kita tiada mempunyai asas dan tiada
alasan yang benar. Memang semata-mata sifat kita suka curiga dan penuh
sangka kepada orang lain, lalu kita membiarkan zhan tersebut bersemayam
di dalam hati. Bahkan kita membicarakan serta menyampaikannya kepada
orang lain. Padahal su`u zhan kepada sesama kaum muslimin tanpa ada
bukti yang kukuh merupakan perkara yang terlarang.
Kedua
: Perkara yang patut kita ingat adalah tentang diri kita iaitu
perbuatan baik orang pada kita dan perbuatan jahat kita pada orang lain.
Perkara yang patut kita lupakan adalah kebaikan kita pada orang dan
kejahatan orang pada kita. Barulah hati kita akan menjadi bersih dan
terhindar daripada sifat bangga diri dan menghargai kebaikan orang lain.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
"Sesungguhnya
orang-orang yang percaya pada keterangan Kami, ialah orang yang
apabila dibaca ayat-ayat itu kepada mereka, mereka sujud, tasbih memuji
Tuhan dan mereka tidak menyombongkan diri. Mereka meninggalkan tempat
tidurnya menyeru Tuhannya dengan perasaan penuh kecemasan dan
pengharapan dan mereka membelanjakan (di jalan kebaikan) sebahagian
dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka," (Surah as-Sajadah ayat 15-16)
Wallahu A'lam Bis-Showab Min Kulli 'Aalimiin.
Para Wali Allah menurut penjelasan Nabi Isa AS
Wahab bin Munabbih meriwayatkan, bahwa para Hawariyyun telah bertanya
pada nabi Isa tentang siapa para Wali Allah yang tiada merasa takut dan
berduka cita? Nabi Isa menjawab: ”Mereka adalah para hamba yang selalu memandang kepada bathin dunia ini, padahal pada umumnya manusia melihat dari sisi lahirnya. Mereka mempersiapkan ajal (habisnya usia) dunia ini, ketika manusia melihat kehidupan yang kini saja. Mereka menjauhkan diri
dari sesuatu yang akan menodai kehambaan mereka. Pengingkaran mereka
terhadap dunia merupakan suatu kemerdekaan dan kegembiraan terhadap apa
yang mereka capai daripadanya (dunia ini) merupakan duka cita".
Sebagaimana disebutkan dalam Hadits Qudsi sebagai berikut:
”Wahai para aulia-Ku, pemberian-Ku adalah sebaik-baiknya pahala. Derma-Ku padamu adalah sebaik-baik pendermaan, anugerah-Ku kepadamu adalah sebanyak-banyaknya anugerah. Pergaulan-Ku kepadamu adalah setepat-tepatnya pergaulan. Tuntutan-Ku padamu adalah sekeras-kerasnya tuntutan. Akulah pemilih setiap hati-sanubari. Akulah yang maha mengetahui segala yang ghaib. Akulah pemandang segala gerak-gerik. Akulah pengawas segala lirikan mata. Akulah yang melihat atas lintasan-lintasan hati. Akulah yang mengetahui gerakan pikiran. Dengan demikian hendaknya kalian menjadi para pemanggil demi untuk-Ku. Janganlah kamu merasa takut kepada raja dan penguasa selain-Ku. Barangsiapa yang berani memusuhi kamu, niscaya Akulah yang menjadi lawannya. Barangsiapa yang menyakiti hati kamu, niscaya Aku-lah yang akan membinasakannya. Barangsiapa yang berbuat baik kepadamu, niscaya Akulah yang akan memberinya pahala dan barangsiapa yang meninggalkan kamu, niscaya Akulah yang membencinya”.
Demikianlah penjelasan Nabi Isa tentang para Wali Allah, diperkuat dengan Hadist Qudsi.
Sebagaimana disebutkan dalam Hadits Qudsi sebagai berikut:
”Wahai para aulia-Ku, pemberian-Ku adalah sebaik-baiknya pahala. Derma-Ku padamu adalah sebaik-baik pendermaan, anugerah-Ku kepadamu adalah sebanyak-banyaknya anugerah. Pergaulan-Ku kepadamu adalah setepat-tepatnya pergaulan. Tuntutan-Ku padamu adalah sekeras-kerasnya tuntutan. Akulah pemilih setiap hati-sanubari. Akulah yang maha mengetahui segala yang ghaib. Akulah pemandang segala gerak-gerik. Akulah pengawas segala lirikan mata. Akulah yang melihat atas lintasan-lintasan hati. Akulah yang mengetahui gerakan pikiran. Dengan demikian hendaknya kalian menjadi para pemanggil demi untuk-Ku. Janganlah kamu merasa takut kepada raja dan penguasa selain-Ku. Barangsiapa yang berani memusuhi kamu, niscaya Akulah yang menjadi lawannya. Barangsiapa yang menyakiti hati kamu, niscaya Aku-lah yang akan membinasakannya. Barangsiapa yang berbuat baik kepadamu, niscaya Akulah yang akan memberinya pahala dan barangsiapa yang meninggalkan kamu, niscaya Akulah yang membencinya”.
Demikianlah penjelasan Nabi Isa tentang para Wali Allah, diperkuat dengan Hadist Qudsi.
Munajat
يَا رَبِّ عَالِمَ الْحَـالْ
Wahai Allah yang mengetahui hal hamba
إِلَيْكَ وَجَّهْتُ اْلآمـَالْ
Kepada-Mu aku hadapkan segala cita-cita
فَامْنُنْ عَلَيْناَ بِاْلإقْبـَالْ
Kurniakanlah kami nikmat perkenan dari-Mu
وَكُنْ لَناَ وَاصْلِحِ الْبـَالْ
Serta belas kasihan dan tenteramkan hati kami
يَارَبِّ يَا خَيـْرَ كـَافِي
Wahai Allah yang Maha mencukupi
اُحْلُـلْ عَلَيْنـَا الْعَـوَافِي
Berilah kami sihat afiat
فَلَيْسَ شَيْء ثَمَّ خـَافِي
Kerana tiada yang sulit atas-Mu
عَلَيْكَ تَفْصِيْلُ وَاجْمـَالْ
Segala sesuatu dalam pengetahuan-Mu
وَقَـْد أَتـَاكَ بِعُـذْرِه
Ia telah datang pada-Mu dengan dosa
وَبِانْكِسـَارِهِ وَفَقْـرِه
Dan kesedihan dan kefakirannya
فَاهْزِمْ بِيُسْـرِكَ عُسْـره
Angkatlah dengan kemudahan-Mu segala kesusahannya
بِمَحْضِ جُوْدِكَ وَاْلإِفْضَالْ
Dengan Berkat kemurahan dan kurnia-Mu
وَامْـنُنْ عَلَيـْهِ بِتَوْبـَةْ
Kurniakanlah padanya taubat
تَغْسِلْهُ مِنْ كُلِّ حَوْبـَةْ
Yang dapat menghapus segala dosa
وَاعْصِمْهُ مِنْ شَرِّ أَوْبـَةْ
Jagalah ia dari segala bahaya
لِكُلِّ مَا عَنْهُ قَدْ حـَالْ
Dari segala yang akan menimpa padanya
فَأَنْتَ مَـوْلَى الْمَـوَالِي
Engkau adalah Tuhan seluruh hamba
الْمُنْـفَرِدُ بِـالْكَمـَالِ
Yang Esa dalam kesempurnaanMu
وَبِـالْعُـلَى وَالتَّعـَالِي
Dalam ketinggian dan keagunganMu
عَلَوْتَ عَنْ ضَرْبِ الأَمْثَالْ
Maha suci Allah dari semua keserupaan
جُوْدُكَ وَفَضْلُكَ وَبِـرُّكَ
Kemurahan, kurnia, dan kebaikan-Mu
يُرْجَى وَبَطْشُكَ وَقَهْـرُكَ
Sungguh sangat di harapkan. Murka dan marah-Mu
يُخْشَى وَذِكْرُكَ وَشُكْـرُكَ
Sungguh sangat di takutkan. Berdzikir dan bersyukur pada-Mu
لاَزِمْ وَحَمْدُكَ وَاْلإِجْـلاَلْ
Adalah lazim, demikian pula memuji dan mengagungkan-Mu
وَصَـلِّ فِي كُلِّ حَالَـةْ
Selawat pada setiap masa
عَلَى مُزِيْـلِ الضَّلاَلـَةْ
Di atas nabi penghapus kesesatan
مَـنْ كَلَّمَتْـهُ الْغَزَالـَةْ
Kepadanya rusa bercakap
مُحَمَّدِ الْهـَادِي الـدَّالْ
Iaitu Muhammad penunjuk jalan
وَالْحَمْـدُ لِلّـه شُكْـرًا
Segala puji bagi Allah sebagai tanda syukur
عَلَى نِعَمٍ مِنْـهُ تَتْـرَى
Atas nikmatNya yang tidak putus
نَحْمَـدُهُ سِـرًّا وَجَهْـرًا
Kami memuji padaNya dengan rahsia dan terang
وَبِـالْغَـدَايَـا وَاْلآصـَالْ
Siang malam setiap waktu
Syair
يا سيدي يا رسول الله
يا سيدي يا رسولَ الله - يا من له الجَاهُ عند الله
إنّ الْمُسِيْئِيْنَ قدْ جَاءُوك - بالذّنْبِ يَسْتَغْفِرُونَ الله
يا سيّد الرُّسْل هَادِيْنـا - هَيـّا بِغَارة إِلَيْنا الآن
يا هِِمَّة السّادات الأقْطاَب- مَعَادِن الصِّدْقِ والسِّرّ
نَادِ المُهَاجِرصَفِيّ الله -ذاك ابْنُ عيسى أبَا السَّادات
ثُمّ المُقَدّم ولِيّ الله - غَوْث الوَرَى قُدْوَة القَادات
ثمّ الوَجِيْـه لِديْنِ الله - سَقّافَنا خَارِق الْعَادَات
والسّيّد الكامِل الأَوّاب - العَيْدرُوس مَظْهَر القُطْر
قُومُوا بِنا واكْشِفُوا عَنّا - يا سَاداتِي هذِه الأَسْوَ
وَاحْمواُ مَدِيْنَتْكُم الغَنَّا - مِنْ جُمْلةِ الشَّرّ والْبَلْوَى
Qasidah
ini menceritakan tentang tawassul kepada Rasulullah SAW dan para salaf,
di antara mereka: Ahmad bin Isa Al-Muhajir, Al-Faqih Al-Muqaddam,
Abdurrahman Al-Saggaf, Abdullah Al-idrus untuk kita mendapat pengampunan
dari Allah SWT dan di jauhkan dari segala kejahatan dan musibah
PENCINTA RASULULLAH SAW.
As Sayyid Ahmad bin Tsabit al-Maghriby adalah salah satu ahli Tharekat dan gemar melakukan suluk yang pada akhirnya beliau memutuskan sebagai pengamal shalawat Nabi setelah merasakan kegembiraan luar biasa dan dan cahaya Rasul yang dilimpahkan Allah kedalam relung hatinya disebabkan cintanya pada Rasulullah saw.
Didalam kitab al-Tafakkur wa al-I'tibar fi fadhli al-Shalat ala an-Nabiyy al-Mukhtar (180 halaman) Sayyid Ahmad bin Tsabit menceritakan perjalanan ruhani nya. Pada satu malam aku bermimpi menyaksikan dua orang laki-laki bertengkar hingga saling cekik. Kemudian salah satunya berkata : "ayo kita menghadap Rasulullah untuk mencari keputusan". Mereka pun berjalan dan aku membuntutinya dari belakang. Sampailah kami di sebuah tempat yang agak tinggi, lalu salah satunya berkata : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang ini menuduhku membakar rumahnya". Maka Rasul saw bersabda : "Apakah kamu ingin melihat dirimu dibakar api neraka?" Lalu aku terbangun tanpa sempat berkata sepatah pun dalam mimpiku itu.
Aku kemudian berdoa pada Allah agar Ia memperlihatkan padaku kelanjutannya. Maka aku tertidur, tiba-tiba aku sudah berada di sebuah tanah lapang. Sayup-sayup terdengar suara :
"Wahai orang-orang yang ingin melihat Rasulullah, ayolah ikut kami". Tiba-tiba
ada rombongan orang yang mengikuti kami, mereka berpakaian serba
putih, maka aku berkata kepada salah satu dari mereka : "Hai kamu,
aku minta padamu dengan nama Allah Yang Maha Agung dan dengan kemuliaan
Nabi-Nya yang mulia, agar kamu beritahukan kepadaku dimanakah
Rasulullah saw? " Ia menjawab bahwa Rasulullah berada di tempat seseorang. Maka
aku berdo'a kepada Allah dengan kemuliaan shalawat kepada NabiNya agar
Allah menyampaikan diriku di hadapan Rasulullah sebelum sampainya
rombongan itu, agar aku dapat berduaan dengan beliau dan mengutarakan
keperluanku. Tiba-tiba aku terangkat oleh sesuatu bagaikan kilat
membawaku kehadapan Beliau, kudapati Beliau sedang menghadap kiblat
sementara cahayanya memancar dari wajahnya. Aku pun mengucapkan salam.
"Ash-Shalatu Wassalamu 'Alaika Ya Rosulallah (salam sejahtra kepadamu wahai Rasulullah)"
Lalu Beliau menjawab : "Selamat datang bagimu".
Wajahku terlihat bimbang di dalam biliknya itu, lalu aku berkata "Wahai Rasulullah, aku ingin engkau berwasiat padaku dengan satu nasihat yang Allah berikan manfaat bagiku".
Maka beliau berkata : "Tambahkan shalawatmu padaku".
Kemudian aku berkata : "Wahai Rosulallah, berilah jaminan padaku agar aku menjadi wali Allah".
"Sungguh aku menjaminmu mati dalam husnul khatimah". Jawab Nabi saw.
Aku berkata lagi :"Berilah jaminan agar aku menjadi wali Allah wahai Rasulullah".
Beliau bersabda :"Aku menjamin dirimu pasti mati dalam husnul khatimah".
Aku berkata lagi :"Wahai Rasulullah berilah garansi padaku agar menjadi salah satu wali Allah".
Maka Beliau bersabda : "Tidakkah kau tahu bahwa sesungguhnya seluruh wali Allah memohon kepada Allah agar mati husnul khatimah, dan aku benar-benar menjamin dirimu akan mati dalam husnul khatimah".
Kemudian aku berkata :"saya terima wahai Rasulullah dari dirimu". Lalu muncullah dalam benakku agar Allah memperlihatkan padaku Nabi Khidir as, namun Rasulullah berkata sebelum aku meminta. "Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku dan berkunjung kesebuah makam, maka apa yang kamu niatkan akan kami tunaikan bagimu".
Pada saat itu muncullah di hatiku rasa malu kepada Rasulullah karena aku berjumpa dan melihat pemimpin penduduk langit dan bumi ini sementara aku belum cukup dengan dirinya. Maka aku berkata: "Wahai Raasulullah tidak satupun Nabi dan Rasul ataupun satu dari wali Allah dan juga Nabi Khidir as. Melainkan mereka terlahir dari cahayamu, dan dari samudramu mereka menimba, dan tatkala aku melihatmu maka seolah-olah aku melihat mereka semua. Alhamdulillah segala puji syukur bagi Allah".
Kemudian datanglah rombongan yang dibelakangku mereka semua mengucapkan serentak dengan meriah : "Ash-Shalatu Wassalamu 'Alaika Ya Rasulallah (salam sejahtera bagimu wahai Rasul Allah)".
Merekapun masuk ke dalam ruangan, sementara aku tetap duduk disamping Rasul saw. Maka beliau menyambutnya dengan gembira, kecuali terhadap satu orang yang beliau usir dengan sabdanya : "Hai pergi jauhlah dariku, wahai tampang neraka". Aku melihatnya, yang ternyata orang itu posturnya tidak seperti rombongan itu, sepertinya ia syetan. Ketika perbincangan Beliau dengan rombongan tersebut telah selesai, maka beliau berkata : "Silahkan kembali semoga Allah memberkati kalian (barakallahu fikum), tinggalkan aku bersama kekasihku ini". Sambil beliau menunjuk diriku. Maka aku bersyukur kepada Allah atas hal itu. Kemudian "Berilah kepadaku nasihat yang berguna bagiku di sisi Allah".
Beliau menjawab : "Tambahkan shalawatmu kepadaku serta bersikap zuhudlah di dalam dunia dan hindarilah permainan atau senda gurau".
Lalu aku terbangun dari tidur sembari berkata dalam diriku "Aduh permainan apakah gerangan yang harus kutinggalkan?". Kuhabiskan waktuku untuk memikirkan hal itu tapi permainan tersebut tidak tampak bagiku, maka kuserahkan semua pada Allah seraya berkata dalam diriku, "Jika senda gurau ini menimpaku, maka kuucapkan tiada upaya menolak keburukan tiada daya mendatangkan kebaikan melainkan atas izin Allah dan tidak ada yang terpelihara dari urusan Allah melainkan orang yang dikasihi Allah ".
Semoga Allah membuka celah bagi kita agar kita istiqamah lahir bathin dalam menyanjung hati Kekasih Allah tersebut, semoga pula Allah memberikan Ridho_Nya kepada segala sholawat kita kepada Nabi Muhammad saw. Aamiin
Langganan:
Postingan (Atom)
Entri Unggulan
Maksiat Hati.
Ketatahuilah bahwasanya agama islam sangat mengedepankan akhkaq yang baik serta hati yang bersih dari segala penyakit yang akan menyengsarak...
Entri paling diminati
-
Ibnu Mash’ud berkata: “Ketika Rosulullah saw telah mendekati ajalnya, beliau mengumpulkan kami sekalian dikediaman ibu kita Siti Aisyah, kem...
-
Foto dari Dokumentasi Perpustakaan MEKKAH, tentang 4 orang Waliyullah dan Ulama Besar Indonesia yang menuntut ilmu agama di MEKKAH sedan...
-
Rahasia nasehat dari sufi adalah sebuah pahaman menuju "Jejak keagungan", t api terhadap peristiwa ini se...