Dialog ini terjadi antara Imam Ali Zainal Abidin
dengan Asy-Syibli. Asy-Syibli adalah seorang ulama sufi besar dan terkenal
hingga sekarang, khususnya di kalangan para sufi. Imam Ali Zainal Abidin
adalah putera Al-Husein cucu Rasulullah saw. Dialog ini saya terjemahkan dari
kitab Al-Mustadrak. Berikut ini dialognya:
Saat pulang ke Madinah usai menunaikan ibadah haji, Asy-Syibli datang
kepada gurunya Ali Zainal Abidin untuk menyampaikan pengalamannya selama
menunaikan ibadah haji. Dalam pertemuan itu terjadilah dialog antara seorang
guru dengan muridnya.
Ali Zainal Abidin : Wahai Syibli, Anda sudah menunaikan ibadah haji?
Asy-Syibli: Ya, sudah yabna Rasulillah (wahai putra Rasulillah)
Ali Zainal Abidin : Apakah Anda sudah berhenti miqat, kemudian
menanggalkan semua pakaian terjahit yang dilarang bagi orang yang menunaikan
ibadah haji, kemudian Anda mandi sunnah untuk memakai baju ihram?
Asy-Syibli: Ya, semua sudah saya lakukan.
Ali Zainal Abidin : Apakah ketika berhenti di miqat Anda menguatkan
niat, dan menanggalkan semua pakaian maksiat kemudian menggantinya dengan
pakaian ketaatan?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Pada saat Anda menanggalkan pakaian yang terlarang
itu apakah Anda sudah menghilangkan perasaan riya’, munafik, dan semua subhat
(yang diragukan hukumnya).
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Ketika Anda mandi sunnah dan membersihkan diri
sebelum memakai pakaian ihram, apakah Anda juga berniat membersihkan diri dari
segala macam noda-noda dosa?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Jika demikian, Anda belum berhenti miqat, belum
menanggalkan pakaian yang yang terjahit, dan belum mandi membersihkan diri.
Ali Zainal Abidin : Ketika Anda mandi, berihram dan mengucapkan niat
untuk memasuki ibadah haji, apakah Anda sudah menguatkan niat dan tekad hendak
membersihkan diri dan mensusikannya dengan pancaran cahaya taubat dengan niat
yang tulus karena Allah swt?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Apakah pada saat memakai baju ihram Anda berniat
untuk menjauhkan diri dari segala yang diharamkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Apakah ketika berada dalam ibadah haji yang terikat
dengan ketentuan-ketentuan haji, Anda telah melepaskan diri dari segala ikatan
duniawi dan hanya mengikatkan diri dengan Allah swt?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Kalau begitu, Anda belum membersihkan diri, belum
berihram, dan belum mengikat diri Anda dalam menunaikan ibadah haji.
Ali Zainal Abidin : Bukankah Anda telah memasuki miqat, shalat ihram dua
rakaat, kemudian mengucapkan talbiyah?
Asy-Syibli: Ya, semua itu sudah saya lakukan.
Ali Zainal Abidin : Ketika memasuki miqat apakah Anda berniat akan
melakukan ziarah untuk mencari ridha Allah swt?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Pada saat melaksanakan shalat ihram dua rakaat,
apakah Anda berniat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dengan tekad akan
memperbanyak shalat sunnah yang sangat tinggi nilainya?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Jika demikian, Anda belum memasuki miqat, belum
mengucapkan talbiyah, dan belum menunaikan shalat ihram dua rakaat.
Ali Zainal Abidin : Apakah Anda telah memasuki Masjidil Haram, memandang
Ka’bah dan melakukan shalat disana?
Asy-Syibli: Ya, semua sudah saya lakukan.
Ali Zainal Abidin : Pada saat memasuki Masjidil Haram, apakah Anda
bertekad untuk mengharamkan diri Anda dari mengunjing orang-orang islam?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Ketika sampai di kota Mekkah, apakah Anda menguatkan
keyakinan bahwa hanya Allah-lah tujuan hidup?
Asy-Syibli: Tidak
Ali Zainal Abidin : Jika demikian, Anda belum memasuki Masjidil Haram,
belum memandang Ka’bah, dan belum melakukan shalat di dekat Ka’bah.
Asy-Syibli:
Ali Zainal Abidin : Apakah Anda sudah melakukan thawaf, dan sudah menyentuh
sudut-sudut Ka’bah?
Asy-Syibli: Ya, saya sudah melakukan thawaf.
Ali Zainal Abidin : Ketika thawaf, apakah Anda berniat untuk lari menuju
ridha Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Jika demikian, Anda belum melakukan thawaf, dan
belum menyentuh sudut-sudut Ka’bah.
Ali Zainal Abidin : Apakah Anda sudah berjabatan tangan dengan hajar
Aswad, dan melakukan shalat sunnah di dekat Maqam Ibrahim?
Asy-Syibli: Ya, saya sudah melakukannya.
Ali Zainal Abidin : Mendengar jawaban Asy-Syibli, Ali Zainal Abidin (ra)
menangis dan memandangnya seraya berkata:
“Ya sungguh benar, barangsiapa yang berjabatan tangan dengan Hajar
Aswad, ia telah berjabatan tangan dengan Allah. Karena itu, ingatlah baik-baik
wahai manusia, janganlah sekali-kali kalian berbuat sesuatu yang menghinakan
martabatmu, jangan menjatuhkan kehormatanmu dengan perbuatan durhaka dan
maksiat kepada Allah Azza wa Jalla, jangan melakukan apa saja yang diharamkan
oleh Allah swt sebagaimana yang dilakukan orang-orang yang bergelimang dosa.
Ali Zainal Abidin : Ketika berdiri di Maqam Ibrahim, apakah Anda
menguatkan tekad untuk berdiri di jalan kebenaran dan ketaatan kepada Allah
swt, dan bertekad untuk meninggalkan semua maksiat?
Asy-Syibli: Tidak, saat itu tekad tersebut belum kusebutkan dalam
niatku.
Ali Zainal Abidin : Ketika melakukan shalat dua rakaat di dekat Maqam
Ibrahim, apakah Anda berniat untuk mengikuti jejak Nabi Ibrahim (sa), dalam
shalat ibadahnya, dan kegigihannya dalam menentang bisikansetan.
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Kalau begitu, Anda belum berjabatan tangan dengan
Hajar Aswad, belum berdiri di Maqam Ibrahim, dan belum melakukan shalat di
dekat Maqam Ibrahim.
Ali Zainal Abidin : Apakah Anda sudah memperhatikan sumur air Zamzam dan
minum airnya?
Asy-Syibli: Ya, saya sudah melakukannya.
Ali Zainal Abidin : Ketika memperhatikan sumur itu, apakah Anda
mencurahkan semua perhatian untuk mematuhi semua perintah Allah. Dan apakah
saat itu Anda berniat untuk memejamkan mata dari segala kemaksiatan.
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Jika demikian, Anda belum memperhatikan sumur air
Zamzam dan belum minum air Zamzam.
Ali Zainal Abidin : Apakah Anda melakukan sa’i antara Shafa dan Marwa?
Asy-Syibli: Ya, saya sudah melakukannya.
Ali Zainal Abidin : Apakah saat itu Anda mencurahkan semua harapan untuk
memperoleh rahmat Allah, dan bergetar tubuhmu karena takut akan siksaan-Nya?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Kalau begitu, Anda belum melakukan sa’i antara Shafa
dan Marwa.
Ali Zainal Abidin : Apakah Anda sudah pergi ke Mina?
Asy-Syibli: Ya, tentu sudah.
Ali Zainal Abidin : Apakah saat itu Anda telah sunggu-sungguh bertekad
agar semua manusia aman dari gangguan lidah, hati dan tangan Anda sendiri?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Kalau begitu, Anda belum pergi ke Mina.
Ali Zainal Abidin : Apakah Anda sudah wuquf di padang Arafah? Sudahkah
Anda mendaki Jabal Rahmah? Apakah Anda sudah mengunjungi lembah Namirah dan
berdoa di di bukit-bukit Shakharat?
Asy-Syibli: Ya, semuanya sudah saya lakukan.
Ali Zainal Abidin : Ketika berada di Padang Arafah, apakah Anda
benar-benar menghayati makrifat akan keagungan Allah? Dan apakah Anda menyadari
hakekat ilmu yang dapat mengantarkan diri Anda kepada-Nya? Apakah saat itu Anda
menyadari dengan sesungguhnya bahwa Allah Maha Mengetahui segala perbuatan,
perasaan dan suara nurani?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Ketika mendaki Jabal Rahmah, apakah Anda tulus
ikhlas mengharapkan rahmat Allah untuk setiap mukmin, dan mengharapkan
bimbingan untuk setiap muslim?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Ketika berada di lembah Namirah apakah Anda punya
tekad untuk tidak menyuruh orang lain berbuat baik sebelum terlebih dahulu Anda
menyuruh diri Anda berbuat baik? Apakah Anda bertekad tidak melarang orang lain
berbuat maksiat sebelum Anda mencegah diri Anda dari perbuatan tersebut?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Ketika Anda berada di bukit-bukit itu, apakah Anda
benar-benar menyadari bahwa tempat itu merupakan saksi atas segala kepatuhan
kepada Allah swt. Dan Tahukah Anda bahwa bukit-bukit itu bersama para malaikat
mencatatnya atas perintah Allah Penguasa tujuh langit dan bumi?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Kalau begitu Anda belum berwuquf di Arafah, belum
mendaki Jabal Rahmah, belum mengunjungi lembah Namirah dan belum berdoa di
tempat-tempat itu.
Ali Zainal Abidin : Apakah Anda melewati dua bukit Al-Alamain dan
menunaikan shalat dua rakaat sebelumnya? Apakah setelah itu Anda melanjutkan
perjalanan menuju Muzdalifah, mengambil batu di sana, kemudian berjalan
melewati Masy’aril Haram?
Asy-Syibli: Ya, semuanya sudah saya lakukan.
Ali Zainal Abidin : Ketika Anda melakukan shalat dua rakaat, apakah Anda
meniatkan shalat itu sebagai shalat Syukur, shalat untuk menyampaikan rasa
terima kasih pada malam tanggal 10 Dzulhijjah, dengan harapan agar tersingkir
dari semua kesulitan dan mendapat kemudahan?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Ketika melewati dua bukit itu dengan meluruskan
pandangan, tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, apakah Anda benar-benar bertekad
tidak akan berpaling pada agama lain, tetap teguh dalam agama Islam, agama yang
hak yang diridhai oleh Allah swt? Benarkah Anda memperkuat tekad untuk tidak
bergeser sedikitpun, baik dalam hati, ucapan, gerakan maupun perbuatan?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Ketika berada di Muzdalifah dan mengambil batu di
sana, apakah Anda benar-benar bertekah untuk melempar jauh-jauh segala perbuatan
maksiat dari diri Anda, dan berniat untuk mengejar ilmu dan amal yang diridhai
oleh Allah swt?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Pada saat Anda melewati Masy’aril Haram, apakah Anda
bertekad untuk menjadikan diri Anda sebagai keteladan kesucian agama Islam
seperti orang-orang yang bertakwa kepada Allah swt?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Kalau begitu, Anda belum melewati Al-Alamain, belum
melakukan shalat dua rakaat, belum berjalan menuju Muzdalifah, belum mengambil
batu di tempat itu, dan belum melewati Masy’aril Haram.
Ali Zainal Abidin : Wahai Syibli, apakah Anda telah sampai di Mina,
telah melempar Jumrah, telah mencukur rambut, telah menyembelih binatang
kurban, telah menunaikan shalat di masjid Khaif; kemudian kembali ke Mekkah dan
melakukan thawaf ifadhah?
Asy-Syibli: Ya, saya sudah melakukannya.
Ali Zainal Abidin : Setelah tiba di Mina, apakah Anda menyadari bahwa
Anda telah sampai pada tujuan, dan bahwa Allah telah memenuhi semua hajat Anda?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Pada saat melempar Jumrah, apakah Anda bertekad
untuk melempar musuh Anda yang sebenarnya yaitu iblis dan memeranginya dengan
cara menyempurnakan ibadah haji yang mulia itu?
Asy-Syibli: Tidak
Ali Zainal Abidin : Ketika Anda mencukur rambut, apakah Anda bertekad
untuk mencukur semua kehinaan diri Anda sehingga diri Anda menjadi suci seperti
baru lahir perut ibu Anda?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Ketika melakukan shalat di masjid Khaif, apakah Anda
benar-benar bertekad untuk tidak merasa takut kepada siapaun kecuali kepada
Allah swt dan dosa-dosa yang telah Anda lakukan.
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Ketika Anda menyembelih binatang kurban, apakah Anda
bertekad untuk memotong belenggu kerakusan diri Anda dan menghayati kehidupan
yang suci dari segala noda dan dosa? Dan apakah Anda juga bertekad untuk
mengikuti jejak nabi Ibrahim (sa) yang rela melaksanakan perintah Allah
sekalipun harus memotong leher puteranya yang dicintai?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Ketika Anda kembali ke Mekkah untuk melakukan thawaf
ifadhah, apakah Anda berniat untuk tidak mengharapkan pemberian dari siapapun
kecuali dari karunia Allah, tetap patuh kepada-Nya, mencintai-Nya, melaksanakan
perintah-Nya dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya?
Asy-Syibli: Tidak.
Ali Zainal Abidin : Jika demikian, Anda belum mencapai Mina, belum
melempar Jumrah, belum mencukur rambut, belum menyembelih kurban, belum
melaksanakan manasik, belum melaksanakan shalat di masjid Khaif, belum
melakukan thawaf ifadhah, dan belum mendekatkan diri kepada Allah swt. Karena
itu, kembalilah ke Mekkah, sebab Anda sesungguhnya belum menunaikan ibadah
haji.
Mendengar penjelasan Ali Zainal Abidin , Asy-Syibli menangis dan
menyesali kekurangannya yang telah dilakukan dalam ibadah haji. Sejak itu ia
berusaha keras memperdalam ilmu Islam agar pada tahun berikutnya ia dapat
menunaikan ibadah haji secara sempurna. (Al-Mustadrak 10: 166 )