Ciri Waliyulloh dan Tawassul untuk Menembus Dimensi Kewalian


a. PENGERTIAN TENTANG WALI ALLAH SWT

Wali berasal dari akar kata waliya-yawla, yang berarti “ dekat dengan sesuatu”. Al-Waliyyu adalah orang yang memiliki kedekatan dengan Allah atau orang yang disayang Allah.
Demikian pula kata waliy, memiliki dua pengertian. Bisa berarti “ orang yang mencintai Allah” atau bahkan ‘ orang yang mencintai dan dicintai Allah sekaligus”.

Menurut Imam Al-Qusyairi waliy, memiliki 2 pengertian :

- Pertama
Orang yang sekuat tenaga berusaha menjaga hatinya agar tetap hanya bergantung kepada Allah dan terus menerus melakukan ketaatan tanpa diselingi kedurhakaan. Disebut juga waliy salik.

- Kedua
Orang yang hatinya secara penuh dan terus menerus dalam penjagaan dan pemeliharaan Allah.Sering juga disebut waliy majdzub.

Dalam kitab Al-Futuhat Al Makkiyyah Ibnu araby menelusuri kriteria orang yang dicintai Allah dalam Al Qur’an dan menemukan kriteria :

- Pertama
Orang yang hanya menjadikan Allah sebagai pelindung

- Kedua
Orang yang mencintai Allah dan berusaha meniru sifat-sifatnya, misal menjadi lebih sabar, lebih penyayang, pemaaf dsb.

- Ketiga
Orang yang senantiasa kembali kepada Allah, bertaubat. Dalam pengertian setiap kali terpeleset dalam maksiat, dengan segera ia bertaubat.

- Keempat
Orang yang selalu menyucikan diri lahir dan batin.

- Kelima
Orang yang selalu bersyukur atas nikmat dan kehendak Allah.
Bagi para wali musibah dan karunia adalah sama-sama nikmat, karena keduanya datang dan berasal dari Allah.

- Keenam
Orang yang selalu berbuat baik dan memperbaiki, yang disebut Muhsin.

- Ketujuh
Orang yang selalu menghadirkan Allah dalam hatinya, pada setiap detak jantung dan hembusan nafasnya.
Para wali Allah adalah Ahlullah atau “ keluarga Allah”.Yakni hamba-hamba yang mendapatkan bimbingan dan penjagaan Allah, sekaligus tugas tertentu dari Allah.

Mengenai kedekatan dan hubungan khusus para wali dengan Allah, rasullulah SAW bersabda :” Sesungguhnya dari kalangan para hamba Allah ada segolongan orangyang bukan nabi dan bukan pula syuhada, namun para nabi dan para Syuhada berebut dengan mereka dalam kedudukan terhadap Allah”.

Wahai Rasullulah, ceritakan kepada kami siapa mereka itu dan apa amal perbuatan mereka. Sebab kami senang kepada mereka karena kedudukan mereka itu, kata para sahabat.

Sabda nabi : “Mereka adalah kaum yang saling mencintai karena Allah, tidak atas dasar pertalian keluarga dan tidak pula karena harta. Demi Allah wajah mereka bercahaya terang. Mereka tidak merasa takut ketika semua orang takut, tidak merasa khawatir ketika semua orang merasa khawatir”.

Lalu beliau membaca Surat Yunus ayat 62 :” Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tiada merasa takut pada mereka dan tidak pula merasa khawatir”.


b. MENEMBUS DIMENSI KEWALIAN DENGAN BERTAWASSUL

Kisah perjalanan para waliyulloh di era pertengahan maupun di zaman sekarang tak pernah sepi dari cerita yang sangat menakjubkan.

Walau berabad abad yang silam mereka telah meninggalkan, pulang ke rahmatulloh, namun nama dan lakon hidup mereka masih tetap abadi dan terus di kenang sepanjang masa.

Tidak hanya itu, tempat dan atap di mana sosok seorang waliyulloh di kebumikan, niscaya tempat itu menjadi naungan para umat manusia dalam mencari berkah atau hanya berziarah.

Kisah hidup mereka dari berbagai ulasan ahli sejarah maupun dongeng para orang tua, menjadi suatu kajian berbagi kalangan dan pihak, khususnya umat Islam untuk terus mengembangkan berbagai ilmu dan pemahaman serta segala bentuk tingkah laku dan sifatnya untuk selalu ditiru. Sehingga dari keluasan ilmu yang pernah diajarkan oleh para waliyulloh masa lalu masih terus bermanfaat untuk kita di zaman sekarang.

Bercerita tentang sosok waliyulloh tentu kita banyak berkhayal karena terobsesi akan kelebihannya, baik dari segi karomah yang dimilikinya maupun dari kebersihan hati serta peran hidup sebagai derajat teragung di hadapan Alloh SWT.

Dalam konsep batin kita sebagai manusia di era modernisasi seperti sekarang ini, ingin sekali bertemu atau setidaknya bisa sedikit diberi perlindungan baik tentang keluasan ilmu maupun yang lainnya.

Namun sayangnya zaman kewalian sudah tidak bisa kita temui lagi, sehingga untuk mencari guru / mursyid yang bisa menuntun kita menuju puncak ma’rifatillah teramat sulit dan langka.

Lantas, masih adakah sosok waliyulloh di zaman ma’asi seperti sekarang ini? Mungkin jawabannya (masih ada) sebab setiap perputaran zaman ke zaman, titisan dari sifat Rosululloh SAW. Di muka bumi ini harus ada yang memegang, yaitu disebut dengan nama, “Quthbul Muthlak”

Tapi di manakah keberadaan mereka sebagai waliyulloh kamil bisa kita temui?… disinilah para umat manusia mulai kehilangan kontak.

Sebab bagaimanapun juga antara zaman kewalian dengan sekarang ini jauh sekali perbedaannya.

Di zaman wali, sosok waliyulloh dapat kita jumpai di berbagai daerah, karena derajat wali pada masa itu sangat ditampakkan oleh Alloh SWT. Sebagai Himmatul Ummat sosok manusia yang mempunyai kharisma dan karomah tinggi di hadapan ummatnya.

Sedangkan di zaman sekarang para waliyulloh, banyak menutup diri dari pandangan sifat manusia karena alasan fitnah.

Mengapa disebut fitnah? Mengulas realita zaman ke zaman, kehidupan manusia selalu berubah-ubah. Nah, seperti zaman sekarang ini misalnya, sifat manusia lebih terarah kepada sifat duniawiyah dan terbelakang dalam hal ilmu agama.

Segala argumen dan hujjah banyak memakai logika dan pikiran belaka, bukan dari hukum atau pemahaman ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits, atau keluasan kitab para Ahlillah.

Sehingga dalam kenyataannya, umat manusia lebih banyak tertutup hati karena kebodohan akan ilmunya dan akhirnya Alloh SWT. Menjauhkan mereka dari orang-orang yang menjadi kekasih-Nya.

Lewat nukilan kitab para ulama khosois, seperti “IHYA ULUMUDDIN, TAFSIR QUR’AN AL-MUNIR, dan syarakh BUCHORI” banyak menerangkan: “mencari guru mursyid yang bisa menjalurkan suatu keselamatan dunia akherat di zaman sekarang, bagai KAL IBRITIL AHMAR / mencari microorganisme dalam tubuh kita sendiri”.

Karena saking sulitnya, sehingga 97% ummat manusia banyak yang mati dalam keadaan tersiksa, karena tidak membawa amal kebajikan yang memadai.

Memang sungguh sangat mengerikan para ummat manusia di zaman yang sudah terbilang akhir ini. Kita semua harus bekerja keras untuk mencapai tujuan mulia dihadapan Sang Kholik di akhir zaman nanti.

Sebagai ummat manusia yang penuh ke-dho’if-an, penulis ingin mengajak bersama-sama dalam meraih derajat mulia di sisi-Nya kelak, lewat jalan bertawassul.

Namun sebelum pembedaran tawassul ini penulis kupas secara detil, alangkah baiknya bila kita mulai membersihkan hati dari sifat yang kurang diridhoi-Nya, mulai dari sekarang.

Sebab, bagaimanapun semangatnya hidup kita dalam pembuktian suatu wujud ilmu, apabila hati kita belum bersih dari sifat riya, ujub, takabur, dan dipaksakan dalam melakukan setiap meritualkan amalan / wiridan, karena suatu alasan, ada tujuan tertentu, dan bila tujuan kita sudah terkabul, suatu amalan / wiridan ditinggalkannya lagi, maka apapun semangat hidup kita dalam hal keikhlasan hati belum terbilang bersih.

Nah untuk mengenal arti tawassul secara luas, misteri akan beberkan rahasianya, sehingga, walau zaman telah berubah dan syafa’at para nabi dan waliyulloh telah berkurang, semoga dengan bertawassul ini kita masih tetap bisa berhubungan dengan para waliyulloh hingga mencapai kesuksesan derajat termulia.

Tawassul atau wasilah, adalah suatu alat penghubung antara manusia hidup dengan orang yang sudah tiada (mati).

Dalam konsep, tawassul sering dilakukan di berbagai tempat peziarah maupun tempat peribadatan, seperti, saat akan memulai suatu dzikir, baca barjamzi, tahlilan dan sebagainya.

Biasanya, tawassul disini mempunyai saf / runtutan dari para nabi, malaikat, waliyulloh dan semua ahli kubur dan lainnya, namun untuk membuktikan bahwa bertawassul adalah suatu alat penghubung untuk yang dituju, harus mempunyai peraturan dan tata cara tersendiri.

Lewat ulasan para waliyulloh kamil, mereka banyak memberi suatu pendapat, di antaranya:

Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani, pernah berujar, “Bila aku mati kelak, ruhku akan terus hadir di sela orang-orang yang setiap malamnya mengistiqomahkan, bertawassul kepadaku dengan keikhlasannya, sambil tak pernah henti-hentinya membaca surat Al-fatihah sebanyak 20.000 x setiap malamnya”

Menurut Imam Ibnul Aroby, “Barang siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah dengan hitungan 7 jam lamanya (dari jam 21.00 s.d. 04.00) niscaya aku akan hadir tanpa perantara / suruhan / khodam, di manapun kamu menginginkannya”.

Menurut imam Abu Hasan Asy-Syadili r.a., “aku kan bertanggung jawab demi keselamatanmua di dunia dan akherat, dan aku akan terus memohonkan kepada-Nya atas segala permohonanmu, dan aku akan menyambangimu / menjumpai di setiap malammu dan aku akan membawamu hidup-hidup di antara kenikmatanku (surga) apabila kamu terus beristiqomah bertawassul kepadaku di setiap malamnya, dengan memudawamkan 5000x surat Al-Fatihah dan 4500x asma Hasbunalloh wa ni’mal wakil”.

Menurut imam Abu Sufyan Atssaury, “Berbahagialah wahai ummatku, sesungguhnya aku diberikan keluasan ilmu sebagai hamba yang mempunyai derajat syafa’at di kemudian hari. Istiqomahkan bertawassul kepadaku di setiap malamnya dengan terus membaca surat Al-Fatihah 7700 x dan solawat nabi (Allohumma Sholli ala sayidina Muhammad) 7000x niscaya ruhku akan selalu hadir setiap kau membutuhkanku, dan percayalah kepadaku, karena sesungguhnya aku takkan tinggal diam untuk selalu mendoakanmu sampai mencapai derajat mulia (surga)”.

Menurut Syarifah Robiatul Adawiyah, ”sesungguhnya aku diciptakan antara hidup dan setelah mati hanya punya satu tujuan, mengabdi kepada Alloh SWT. Dan barang siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah setiap malamnya dengan membaca surat Al-Fatihah 3333x dan membaca istighfar sebanyak 30.000x niscaya aku akan terus hadir menjumpaimu sampai dirimu tanpa sadar menjadi seorang derajat waliyulloh kamil”.

Menurut imam Asy-Sya’roni, “Jangan kau sesekali meninggalkan istiqomah bertawassul kepada para nabi, malaikat dan wali lainnya. Sesungguhnya bertawassul adalah suatu kebajikan hati dalam mencari syafa’at dan rahmat para Ahlillah yang menjadi kekasih-Nya”. Tambahnya lagi, “sesungguhnya derajat yang paling mudah didapat adalah, kedekatan hati kita dengan para Ahlillah yang menjadi kekasih-Nya, maka tiada lain dan tiada bukan, istiqomahkan bertawassul kepadanya!”.

Menurut imam Ibnu Athoillah, “Keluasan dan penghayatan ilmu sangat diperlukan oleh setiap ummat di dunia. Namun, sebagai rasa takdzim akan penghormatan kepada para kekasih Alloh SWT. Lebih sangat diutamakan. Karena sesungguhnya batu loncatan kita sebagai manusia hidup tak lain adalah bantuan rahmat dari para Ahlillah yang sudah mendahului kita, kuncinya perbanyaklah bertawassul untuknya”.

Menurut pendapat para walijawa (walisongo), “Gunakanlah waktumu untuk kebajikan di jalan-Nya. Sesungguhnya sifat manusia terbagi dalam kelebihan dan kekurangan. Sebagai seorang mahluk yang serba kekurangan akan ilmu dan pengetahuan, dekatkanlah dirimu kepada-Nya lewat jalan para kekasih-Nya (bertawassul) sesungguhnya hanya lewat jalan inilah kamu sekalian akan mendapat derajat mulia di sisi-Nya”.

Munajat Al-Faaqir

بسم الله ألرحمن ألرحيم
Ya Allah dengan Engkau aku minta pertolongan maka tolonglah aku.
Dan dengan Engkau aku terkaya maka kayakanlah aku.
Dan atas Engkau aku berserah maka padakanlah aku.
Wahai Tuhan Yang Mencukupi cukupkanlah aku segala perkara yang penting daripada urusan dunia dan akhirat.
Wahai Tuhan Yang Pemurah di dunia dan di akhirat dan Yang Amat Mengasihi keduanya bahawasanya :
Aku adalah hamba Mu berada di pintu Mu.
Aku adalah orang yang hina berada di pintu Mu.
Aku adalah orang tawanan Mu berada di pintu Mu.
Aku adalah orang yang miskin berada di pintu Mu.
Aku adalah tetamu Mu berada di pintu Mu.
Wahai Tuhan Sekalian Alam.
Aku adalah orang yang jahat berada di pintu Mu.
Wahai Tuhan Yang Menolong orang yang minta tolong (pertolongan).
Aku adalah orang yang dukacita berada di pintu Mu.
Wahai Tuhan Yang Menghilangkan tiap-tiap kesusahan sekalian orang yang susah.
Aku adalah orang yang derhaka.
Wahai Yang Meminta segala orang yang meminta ampun lagi mengaku berada di pintu Mu.
Dan juga mengaku kesalahan berada di pintu Mu.
Wahai Tuhan Yang terlebih Kasih dari segala yang kasih.
Akulah bersalah berada di pintu Mu.
Wahai Tuhan Sekalian `Alam.
Akulah orang yang zalim berada di pintu Mu.
Aku adalah hamba Mu yang papa lagi khusyu` berada di pintu Mu.
Kasihanilah aku wahai Tuhanku.

Majelis Taklim Guru Zhofaruddin bin Ja'far (Sekumpul ke-2)



Lantunan nasyid simthud Duror atau lebih akrab dengan sebutan Maulud Habsyi ini, sesekali ditingkahi suara tembang, menerabas gendang telinga setiap orang yang melewati Jalan Biawan, Samarinda Ilir, setiap Ahad malam.

Suara yang menghidupkan hati ini berasal dari sebuah rumah dalam Gang I, Jalan Biawan tepat diturunan jembatan Sei Pinang Dalam (jembatan III). Sebuah majelis Taklim yang dipimpin oleh Guru Zhofaruddin atau lebih akrab dikalangan jamaah dan muridnya dengan sebutan guru Udin. Sebelum memberikan tausiah, biasanya, bersama para jamaah guru Udin membaca Maulud Habsyi, dilanjutkan dengan pembacaan kitab Fikih. Menurut beberapa jamaahnya, kebiasaan itu berasal dari Sekumpul. Dimana sebelum melakukan pembacaan kitab, jamaah diajak untuk bersama-sama membaca Maulud Habsyi.

Meski pengajiannya berlangsung sampai larut, baru usai. Ratusan jamaahnya yang hadir terus mengikuti dengan tekun. Saking banyaknya para jamaah tidak semuanya tertampung dalam rumah sang guru. Sebagian memanfaatkan emperan rumah disekitarnya. Tidak kurang dari sekitar lima ratus orang hadir dalam setiap pengajian malam senin tersebut.

Guru Udin pertama kali datang kesamarinda, setelah lulus menimba ilmu di Pondok, sekitar tahun 1980-an beliau mengikuti majelis Taklim pimpinan Guru Usman Balghah, di Jalan Pulau Sebatik, terus berpindah dari majelis taklim yang satu kemajelis taklim yang lainnya.

Cara penyampaian pengajian atau tausiah yang di berikannya, menarik masyarakat untuk datang. Tidak kaku, sesekali diiringi dengan guyonan segar, merupakan ciri khas dari sang mantan Juara MTQ tingkat anak-anak tahun 70-an itu. Lebih dari itu, bahasa yang digunakan umumnya bahasa banjar yang sangat cocok dengan masyarakat Samarinda, yang sebagian besar adalah suku banjar walaupun yang hadir dalam pengajian beliau bukan hanya dari kalangan suku banjar saja, setidaknya memiliki kekerabatan dengan ”Urang banjar”.

MIRIP GURU SEKUMPUL

Tampilan guru Udin sehari-harinya, mirip dengan Al-Alimul Allamah Al-Arif Bilah, Syekh KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, atau guru Ijai, ulama kharismatik Indonesia. Tidak hanya serban dan gamis pakaian kesehariannya, bahkan suaranya pun sangatlah mirip, kecuali postur, keduanya (Guru Ijai dan Guru Udin) menurut sebagian jemaah dan muridnya, memiliki kemiripan. Baik tata busana sampai pada suaranya.

KH. Syarwani Zuhri


Al-Alimul Alamah Al-Arifbillah Al-Mukarrom Prof. DR. KH. Syarwani Zuhri adalah ketua MUI kota Balikpapan, beliau pernah menimba ilmu kepada Al-Alimul Alamah Al-Arifbillah Syekh KH. Syarwani Abdan (GURU BANGIL) .beliau juga pemimpin Pondok Pesantren “Datu Kalampaian” Balikpapan.

TOKOH KALIMANTAN

# SYEIKH MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI - Pengarang Kitab Fikih Melayu yang Monumental
# SYEIKH MUHAMMAD NAFIS AL-BANJARI - Ulama, Dai, Mujahid dan Pengarang
# SYEIKH ABDUL HAMID ABULUNG - Mistikus Kalimantan
# SYEIKH AHMAD KHATTIB AS-SAMBASI - Tokoh Tarekat Kalimantan yang Mendunia
# MUFTI JAMALUDDIN Al-BANJARI - Mufti Banjar Pertama
# SYEIKH AHMAD - Juru Dakwah Pedalaman yang Santun
# MUFTI HAJI MUHAMMAD ARSYAD - Teladan Pribadi Ulama yang Tegas
# SYEIKH SA’DUDDIN - Pelopor Dakwah Banua Anam
# MUFTI HAJI AHMAD - Ulama, Mufti dan Seniman
# SYEIKH SALMAN AL-FARISI -Ulama Penyusun Kalender Pertanian
# HAJI MUHAMMAD KHATTIB – Ulama yang Rendah Hati
# SYEIKH UTSMAN – Ulama, Penulis Jan Penerjemah
# KH. MUHAMMAD KASYFUL ANWAR – Penggagas Perubahan Darussalam yang Rendah Hati
# KH. ABDURRAHMAN – Kiyai Santun nan Rendah Hati
# KH. ABDURRAHMAN – Pendidik Kader Ulama
# SYEIKH MUHAMMAD AFIF – Pemancang Tiang Guru Mesjid al-Karomah
# SYEIKH ABDURRAHMAN SHIDDIQ - Mufti Penulis Mistisisme
# KH. ABDUL QADIR HASAN -Juru Dakwah yang Tegas dan Berkomitmen
# KH. AHMAD ZAINI – Dai yang tak Kenal Lelah dan Pamrih
# QADHI KH. HUSEIN QADRI – Qadhi, Penulis yang Murah Senyum
# KH. BADRUDDIN – Ulama, Pendidik dan Politikus Islam
# KH. MUHAMMAD RASYAD - (nama yang Met Menyampaikan Dakwah Islam
# KH. AHMAD MUGHNI – Teladan Kesabaran dan Keuletan
# KH. ABDULLAH MARISI – Toean Goeroe Teladan Kesederhanaan
# KH. ZAINAL ILMI – Ulama yang Tegas, Berwibawa dan Selalu Merendah
# QADHI HAJI ABDUSSAMAD – Penyebar Islam di Suku Dayak Pesisir Sungai Barito
# KH. MUHAMMAD SYARWANI ABDAN – Kiyai Santun nan Rendah Hati, Pencetak Kader Ulama
# SYEIKH HAJI ANANG SYA’RANI -Muhaddits Pertama Kalimantan
# KH. AHMAD ZAINAL AQLI – Tokoh Tiga Zaman
# KH. HUSEIN KEDAH, MALAYSIA – Pendiri Madrasah Al-Khairiyyah al-Islamiyyah
# KH. ACHMAD NAWAWI – Pendiri Nu Pertama di Kalimantan
# KH. MUHAMMAD SALIM MA’RUF – Pembawa NU di Kalimantan Selatan
# KH. ABDURRAHMAN ISMAIL – Pendiri Madrasah Syar’iyyah
# KH. MUHAMMAD HUSEIN DAHLAN – Ulama yang Tegas, Ulet dan Gigih dalam Berdakwah .
# KH. DJA’FAR SABRAN – Ulama yang Produktif Menulis
# KH. ABDURRASYID – Pendiri Pondok Pesantren Rasyidiyyah Khalidiyyah
# KH. MUHAMMAD TSANI – Profil Ulama yang Sangat Peduli Pendidikan
# KH. ABUL HASAN – Pendakwah yang Sederhana nan Gigih
# KH. MAHFUZ AMIN – Pendiri Ponpes Ibnul Amin Pemangkih
# KH. ABDUL AZIZ SYARBINI – Ulama yang Tegas Jan Kuat Memegang Prinsif
# KH. SALMAN JALIL – Ulama Sang Astronom
# KH. MOHAMMAD NASHEER – Leveransir yang Ulama
# KH. AHMAD MUHSIN – Penghulu, Aktivis Organisasi Islam
# KH. ABDUR RASYID – Pencetak Kader Qari Nasional
# KH. ABDUL GALIB KARIM – Kiyai yang Serba Bisa
# KH. ABDULLAH SIDIQ – Qadhi Tua Yang Hidup Tiga Zaman
# KH. MUHAMMAD MADJEDI - Kiyai yang Sangat Toleran
# KH. MADJEDI EFFENDY - Kiyai, Guru yang Teguh
# KH. GUSTI ABDUL MUIS – Kiyai, Pejuang yang Sederhana
# KH. ACHMAD ZAKARIA – Kiyai, Pendidik dan Dai yang Tak Kenal Lelah
# KH. AHMAD YUSRAN – Kiyai, Seniman dan Penyantun Anak Yatim
# KH. MUHAMMAD HANAFI GOBET – Kiyai, Pendidik dan Politikus yang Berwibawa

IMAM AD-DIBA'I


Satu karya maulid yang masyhur dalam dunia Islam ialah maulid yang dikarang oleh seorang ulama besar dan ahli hadits yaitu Imam Wajihuddin ‘Abdur Rahman bin Muhammad bin ‘Umar bin ‘Ali bin Yusuf bin Ahmad bin ‘Umar ad-Diba`ie asy-Syaibani al-Yamani az-Zabidi asy-Syafi`i.

Beliau dilahirkan pada 4 Muharram tahun 866H dan wafat hari Jumat 12 Rajab tahun 944H. Beliau adalah seorang ulama hadits yang terkenal dan tiada bandingnya pada masa hayatnya. Beliau mengajar kitab Shohih Imam al-Bukhari lebih dari 100 kali khatam. Beliau mencapai derajat Hafidz dalam ilmu hadits yaitu seorang yang menghafal 100,000 hadits dengan sanadnya. Setiap hari beliau akan mengajar hadits dari masjid ke masjid. Di antara guru-gurunya ialah Imam al-Hafiz as-Sakhawi, Imam Ibnu Ziyad, Imam Jamaluddin Muhammad bin Ismail, mufti Zabid, Imam al-Hafiz Tahir bin Husain al-Ahdal dan banyak lagi. Selain daripada itu, beliau juga seorang muarrikh, yakni ahli sejarah, yang terbilang.

Beliau dilahirkan di kota Zabid (Zabid (salah satu kota di Yaman Utara) pada sore hari Kamis 4 Muharram 866 H.) Kota ini sudah dikenal sejak masa hidupnya Nabi Muhammad SAW., tepatnya pada tahun ke 8 Hijriyah. Dimana saat itu datanglah rombongan suku Asy`ariah (diantaranya adalah Abu Musa Al-Asy`ari) yang berasal dari Zabid ke Madinah Al-Munawwaroh untuk memeluk agama Islam dan mempelajari ajaran-ajarannya. Karena begitu senangnya atas kedatangan mereka Nabi Muhammad SAW. berdoa memohon semoga Allah SWT. memberkahi kota Zabid dan Nabi mengulangi doanya sampai tiga kali (HR. Al-Baihaqi). Dan berkat barokah doa Nabi, hingga saat ini, nuansa tradisi keilmuan di Zabid masih bisa dirasakan. Hal ini karena generasi ulama di kota ini sangat gigih menjaga tradisi khazanah keilmuan islam.

Masa Kecil Ibn Diba`

Beliau diasuh oleh kakek dari ibunya yang bernama Syekh Syarafuddin bin Muhammad Mubariz yang juga seorang ulama besar yang tersohor di kota Zabid saat itu, hal itu dikarenakan sewaktu beliau lahir, ayahnya sedang bepergian, setelah beberapa tahun kemudian baru terdengar kabar, bahwa ayahnya meninggal didaratan India. Dengan bimbingan sang kakek dan para ulama kota Zabid ad-Diba'i tumbuh dewasa serta dibekali berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Diantara ilmu yang dipelajari beliau adalah: ilmu Qiroat dengan mengaji Nadzom (bait) Syatibiyah dan juga mempelajari Ilmu Bahasa (gramatika), Matematika, Faroidl, Fikih.

Pada tahun 885 H. beliau berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya. Sepulang dari Makkah Ibn Diba` kembali lagi ke Zabid. Beliau mengkaji ilmu Hadis dengan membaca Shohih Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Al-Muwattho` dibawah bimbingan syekh Zainuddin Ahmad bin Ahmad As-Syarjiy. Ditengah-tengah sibuknya belajar hadis, Ibn Diba' menyempatkan diri untuk mengarang kitab Ghoyatul Mathlub yang membahas tentang kiat-kiat bagi umat muslim agar mendapat ampunan dari Allah SWT.

Pelajaran penting dari ad-diba'i

Ibn Diba' mempunyai kebiasaan untuk membaca surat Al-fatihah dan menganjurkan kepada murid-murid dan orang sekitarnya untuk sering membaca surat Al-fatihah. Sehingga setiap orang yang datang menemui beliau harus membaca Fatihah sebelum mereka pulang. Hal ini tidak lain karena beliau pernah mendengar salah seorang gurunya pernah bermimpi bahwa hari kiamat telah datang lalu dia mendengar suara “ wahai orang Yaman masuklah ke surga Allah” lalu orang –orang bertanya “kenapa orang-orang Yaman bisa masuk surga ?” kemudian dijawab, karena mereka sering membaca surat Al-fatihah.

Karya ad-diba'i

Ibn Diba` termasuk ulama yang produktif dalam menulis. Hal ini terbukti beliau mempunyai banyak karangan baik dibidang hadis ataupun sejarah. Karyanya yang paling dikenal adalah syair-syair sanjungan (madah) atas Nabi Muhammad SAW. yang terkenal dengan sebutan Maulid Diba`i,

Diantara buah karyanya yang lain : Qurrotul `Uyun yang membahas tentang seputar Yaman, kitab Mi`roj, Taisiirul Usul, Bughyatul Mustafid dan beberapa bait syair. Beliau mengabdikan dirinya hinga akhir hayatnya sebagai pengajar dan pengarang kitab. Ibn Diba'I wafat di kota Zabid pada pagi hari Jumat tanggal 26 Rojab 944 H
dan pengarang kitab. Ibn Diba'I wafat di kota Zabid pada pagi hari Jumat tanggal 26 Rojab 944 H

TOKOH - TOKOH SUFI

“ HUZAIFAH BIN JAMAN
“ HASAN AL-BASHRY
“ UWES AL-QARNY
“ IBRAHIM BIN ADAM
“ ABU YAZID ALBUSTHAMY
“ BASYIR ALHAFI
“ MALIK BIN DINAR
“ RABI”AH AL’ADAWIYAH
“ ALJUNAID
“ DZUNUN AL-MISHRY
“ ABDUL HUSAIN ANNURY
“ IBIN ‘ATHA ASSAKANDARY
“ ABDUL QODIR JAELANY
‘’ ABUL AL-WAFA BIN AQIL
‘’ ABUSA’ID
‘’ AL MUHASIBI
‘’ HUSAIN AN-NUR AL-BAGHDADI
‘’ IBRAHIM AL-KHAUWASH
’’ MULIA SADRA
‘’ ABU NAWAS
‘’ SAYID AHMAD AL-FARUQI SARHINDi
‘’ SAYYIDAH NAFISAH
‘’ SYU’AIB ABU MADYAN AL- MAGHRIBI
‘’ UWAIS AL-QARNI

Entri Unggulan

Maksiat Hati.

Ketatahuilah bahwasanya agama islam sangat mengedepankan akhkaq yang baik serta hati yang bersih dari segala penyakit yang akan menyengsarak...

Entri paling diminati