Kalam Hikmah : Ketentuan Allah dan Penghidupan Manusia


Dalam Kalam Hikmah  kedua  Imam Ibnu Athaillah Askandary menyatakan " Kehendak anda kepada tajrid di samping Allah SWT mendirikan (meletakkan) anda didalam asbaab(causes) adalah merupakan syahwat yang tidak nampak dilihat. Kehendak anda kepada asbab disamping Allah mendirikan anda didalam tajrid bererti turun dari himmah(determination) Yang Maha Tinggi."

Pengertian Kalam Hikmah diatas sebagai berikut :-

Perkataan " Al-Asbaab " (causes), maksudnya ialah: " Sesuatu yang sampai dengannya kepada maksud yang dicapai di dalam dunia."

Yakni segala sesuatu dimana dengannya kita boleh sampai untuk maksud-maksud yang diperlukan di dalam kehidupan duniawi. Misalnya mencari rezeki yang halal atau bekerja dalam sifat yang diridhai Allah SWT.

Perkataan "At-Tajrid " (divestment) ialah " Melepaskan diri dari Al-Asbaab (causes).

Manusia dalam penghidupan terbahagi kepada dua macam;

1." Manusia yang ditentukan Allah dalam status Al-Asbaab". Manusia dalam status ini untuk menghasilkan penghidupannya dalam dunia adalah dengan jalan bekerja. Manusia distatus ini perlu bekerja untuk hidup. Bekerja dengan perkerjaan yang Allah redhai.
Jika tidak bekerja,ia tidak boleh menjalani kehidupan dengan sewajarnya. Apabila kehidupan selamat, tenteram dengan pekerjaan yang dilakukan ini, menurut akhlak ilmu tasawuf, dia tidak boleh meninggalkan pekerjaan tersebut untuk berpindah kepada status yang lain, yakni meninggalkan pekerjaan yang sudah berkat itu kerana tujuan semata-mata melaksanakan ibadat kepada Allah SWT. Dengan maksud yang mudah difahami " Orang ini telah berkerja dengan pekejaan yang Allah redha , kemudian dia berhenti dari bekerja untuk melakukan ibadat sahaja seperti mahu beriktikaf di masjid dengan berhenti berniaga". Bila dia meninggalkan pekerjaan dan beribadat sahaja tanpa menghiraukan penghidupan, menurut akhlak ilmu tasawuf, terdapat syahwat yang tersembunyi di dalam dirinya. Disebut dengan " syahwat " kerana tidak mau menuruti atau tidak mahu sejalan dengan dengan kehendak Allah. Sedangkan Allah berkehendak pada kemaslahatan setiap manusia itu dalam hidup dan kehidupannya agar bekerja, beramal dan berusaha.

Arti " tersembunyi " yakni syahwat itu disebut dengan syahwat yang tersembunyi (the closed desire), ialah bercita-cita besar untuk menghampirkan diri semata-mata kepada Allah untuk kebahagiaan ukhrawi tetapi kehidupan duniawi menjadi kucar-kacir dan menyusahkan orang (kerana berhenti bekerja). Bercita-cita begini pada dasarnya baik, tetapi pada hakikatnya sudah menyimpang dari ketentuan Allah.

2. " Manusia yang ditentukan Allah dalam status Tajrid ". Manusia dalam tingkatan status ini sudah tinggi nilainya pada sisi Allah. Penghidupannya telah dipermudahkan oleh Allah, sehingga ia tidak sulit lagi dalam hidup dan kehidupan. Dia tidak perlu lagi bekerja dan berusaha mencari rezeki, tetapi rezekilah yang datang kepadanya.

Terdapat dua gambaran manusia yang berada distatus ini.

(a) Manusia ini bekerja dan berusaha tetapi seolah-olah dia bekerja sebagai iseng-iseng belaka, kerana hatinya tertuju selalu bagaimana ia dapat melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya dan bagaimana ia selalu taqwa kepada Allah SWT. Maka manusia semacam ini meskipun ia beramal dan bekerja, tetapi tidak memberatkan otaknya, bahkan Allah memudahkan rezekinya dan memberikan keberkatan pada usahanya yang tidak terkiranya sama sekali.

Lihat Surah At-Thalaq: Ayat 2 - 3

"Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar (dari kesulitan-kesulitan) untuk orang itu. Dan Allah akan memberikan rezeki kepadanya dari (sumber-sumber) yang tidak pernah difikirkan. Dan barang siapa yang tawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Tuhan itu melaksanakan kehendakkanya. Sungguh Tuhan itu melaksanakan kehendakNya. Syngguhnya Allah telah menqadarkan bagi tiap-tiap sesuatu".

b) Ada manusia yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha, selain hanya beribadat saja kepada Allah Yang Maha Esa. Beribadat ini ad macam-macam sifatnya.Contohnya Tuan Guru yang mengajar di pondok-pondok. Mereka mengajar tanpa memungut upah tetapi mendidik dan membimbing manusia kepada ajaran-ajaran agama. Mereka tidak bekerja hanya menuntun manusia kepada kebaikkan sahaja. Mereka tidak bertani, berniaga atau bersawah, tetapi rezeki mereka sentiasa ada. Mereka juga tidak memiliki harta. Segala rezeki datang kepada mereka, dihantar oleh petani, atau nelayan atau pedagang atau sesiapa saja mengikut tempat dimana tuan guru itu tinggal.

Hamba-hamba Allah yang telah diangkat martabatnya oleh Allah ke makam tajrid seperti di bahagian dua di atas, maka akhlak tasawuf menganjurkan kepadanya supaya jangan turun ke maqam Al-Asbaab. Jika ia turun ke makam asbaab bererti ia menurunkan nilai dirinya dari himmah(tekad) yang bermutu tinggi. Maksudnya ia jangan turun untuk bekerja dan berusaha seperti orang-orang biasa, kerana jika ia turun ke tingkat ini, maka ibadatnya akan terganggu, keberkahan yang telah diberikan Allah kepadanya akan dicabut Allah SWT.

Maka tiap-tiap status yang telah ditentukan oleh Allah kepada manusia mesti diterima dengan redha dan ikhlas. Meskipun maqam-maqam antara kita sesama manusia berlainan, kita tidak boleh cuba-cuba memindahkan diri dari satu maqam ke maqam yang lain. Samada ke maqam yang lebih tinggi atau ke maqam yang lebih rendah, seperti dari asbaab ke tajrid atau tajrid ke asbaab kecuali Allah yang memindahkan. Seperti Allah tidak lagi memberkati kita pada satu-satu maqam hingga kita harus berpindah daripadanya.

Contoh, pekerjaan yang dilakukan sehari-hari tidak lagi menguntungkan baik pada dunia atau pada agama, namun dia tetap berkewajiban membereskan duniawi dan ukhrawi sebagaimana sepatutnya. Dengan itu telah ada keinginan Allah untuk memindahkan maqam orang tersebut.

Apabila kita berada pada hidup dan kehidupan, selalulah berpegang kepada Allah, bertawakkal, menyerahkan diri dan tidak melupakanNya. Maka Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang akan menuntun kita ke jalan yang benar. Seperti surah Ali Imran ,ayat 101:

" Barang siapa yang berpegang teguh kepada Allah, maka sesungguhnya orang itu telah diberikan petunjuk kepada jalan yang lurus (benar) ".

Ambil lah manafaat daripada kata-kat hikmah di atas, moga-moga Allah selalu menuntun kita kepada jalan yang benar dan lurus.

SHALAWAT FATIH

Shalawat Fatih Lil Imamil Ahlas Surban Assulthonul Awliya Assyekh Assayid Abdul Qadir Al-Jilani Al-Hasani QS.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَي سَيِّدِ نَا مُحَمَّدِِ نِ اْلفَاتِحِ لِمَا اُغْلِقَ وَ اْلخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ وَ النَّاصِرِ اْلحَقِّ بِااْلحَقِّ وَ اْلهَادِيْ اِلَي صِرَاطِكَ اْلمُستَقِيْمْ. وَ صَلَي اللَّهُ عَلَي اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ حَقّ قَدْرِهِ وَ مِقْدَارِهِ اْلعَظِيْم.

Ya Allah, Limpahilah Rahmat ke atas Junjungan Nabi Muhammad, yang membukakan apa yang tertutup, yang menamatkan apa yang terdahulu, yan  membela kebenaran dengan kebenaran, yang memberi petunjuk kepada jalan-Mu yang lurus. Dan ke atas keluarganya bersesuaian dengan pangkat dan kedudukannya yang tinggi."

SALAM ADZIMAH


اَلصّالاَهُ وَ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا سَيِّدِ يَا رَسُوْ لَ اللَّهْ وَ جَمِيْعِ اْلاَنْبِيِءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ. اَلصّالاَهُ وَ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا سَيِّدِ يَا رَسُوْ لَ اللَّهْ وَ جَمِيْعِ اْلاَوْ لِيَءِ اْلمُتَّقِيْنَ. اَلصّالاَهُ وَ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا سَيِّدِ يَا رَسُوْ لُ الّلَّهْ وَ جَمِيْعِ اْلملاَ ءِكَهْ اْلمُقَرَّبِيْنَ

AHLADZ-DZIKRI

 
Allah telah menganugerahkan pengetahuan yang mendalam kepada ahli dzikir. Ahli dzikir yang dianugerahi pengetahuan oleh Allah disebut ahli dzikir yang ahli hikmah. Al-Hikmah telah ditegaskan oleh Allah  di dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah : 269). Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana menganugerahkan Al-Hikmah kepada orang-orang yang telah mengikuti kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki oleh Allah untuk orang-orang berakal? Al-Qur’an ayat 190 – 191 surat Ali Imron menyatakan adanya kehendak Allah dengan mempertegas pemahaman akan tujuan penciptaan langit dan bumi bagi orang-orang berakal. Ditegaskan dalam ayat tersebut mengenai siapakah orang-orang berakal (yang telah menggunakan akalnya) itu? Allah menyatakan orang-orang berakal (QS. Ali Imron : 190 - 191) adalah orang-orang yang senantiasa berdzikir (didalam hatinya, QS. Al-A’raaf : 205, menyebut asma Allah dengan dzikir sebanyak-banyaknya, QS. Al-Ahzab : 41) sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan (merenungkan) tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata di dalam hatinya): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari Kufurnya akan Ni'mat-Mu.

Oleh karena itu, ahli dzikir termasuk orang-orang yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya (QS. Al-Maidah : 54). Ahli dzikir yang ahli hikmah telah menerima penjelasan-penjelasan akan kekuasaan Allah untuk dipakai sebagai pegangan dalam perjalanan menuju kepada-Nya. Kualitas jiwa sangat dipengaruhi oleh keberadaan jiwa itu sendiri. Sekiranya jiwanya kosong dari
kerinduan akan perjumpaan dengan Tuhannya, maka si pemilik jiwa tentu tak ada gairah untuk bertemu menjumpai-Nya.

Sebagai rahmat Allah yang tercurahkan ke dalam jiwanya, para ahli dzikr yang ahli hikmah sangat bergairah untuk berjumpa dengan Tuhannya. Mereka begitu yakin akan kebenaran firman-Nya, bahwa Allah hendak menerangkan dan menunjuki
jalan-jalan orang sebelumnya (jalan para Nabi dan kaum soleh) dan hendak menerima tobatnya (QS.An-Nisa : 26). Mereka diajak oleh Allah untuk berthariqah. Ajakan Allah kepada orang-orang yang senantiasa merindukan-Nya (ahli dzikir) menempuh perjalanan menuju kepada-Nya sangat mengundang gairah jiwa untuk melakukannya. Allah pun telah menurunkan pertolongan-Nya melalui pengajaran Al-Hikmah. Ahli dzikir yang ahli hikmah sangat antusias bersegera melakukan perjalanan spiritual menyambut tawaran Allah di dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 110.

Seorang ahli dzikir yang ahli hikmah tidak menyia-nyiakan tawaran yang mulia tersebut. Ada semangat jiwa yang begitu menentramkan seorang ahli dzikir yang ahli hikmah ketika perjalanan tersebut harus segera dimulai. Hanya Dia yang menjadi tujuan yang hendak dituju. Dengan bekal keyakinan akan kasih sayang Allah, mereka pun sangat khidmat melakukan perjalanan tersebut. Ahli dzikir yang ahli hikmah kini telah menjadi seorang ahli tasawuf (para penempuh jalan menuju perjumpaan dengan Tuhannya Azza wa Jalla). Ya Muqollibal Qulub, Tsabbit Qulubana Min Tawhidika Ila Mahabbatika Ya Allah

'IBADALLAH RIJALALLOH

عِبَا دَ اللَّهُ رِجَالَ اللَّهُ اَغِيْثُنَا لِاَجْلِ اللَّهِ وَ كُوْ نُوْ عَوْنَنَا  الِلَّهِ عَسَ نَحْظَي بفَضْلِ اللَّهِ

Wahai hamba Allah (para awliya allah), wahai para pejuang Allah Berilah kami pertolongan karena Allah Jadilah engkau penolong kami dalam segala ibadah kepada Allah Semoga kami beruntung dengan karunia Allah

وَيَا اَ قْطَبْ وَيَا اَنجَا بْ وَيَا سَا دَا تْ وَيَا اَحْبَا بْ وَاَنْتُمْ يَا اُولِي اْلاَ اْلبَا بْ تَعَا لَوَّوَالنْصُرُوْ لِلَّهِ

Wahai para wali Qutub, wahai para wali Anjab Wahai para pemimpin kami dan para kekasih Allah Kalian semua wahai ahli-ahli ibadah Datanglah dan tolonglah kami karena Allah

سَاَ لْنَا كُمْ سَاَ لْنَا كُمْ وَ لِلزُّلْفَي رَجَوْنَكُمْ وَ فِي اَمْرِِ قَصَدْ نَاكُمْ  فَشُدُّ وْ عَزْ مَكُمْ لِلَّهِ.

Kami memohon, memohon kepada kalian Untuk mendapatkan kedekatan kepada rahmat Allah Kami harapkan kalian Dalam persoalan (masalah), kami bermaksud kepada kalian, Maka mantaplah tekad kalian untuk menolong kami karena Allah

فَيَا رَبِّي بِسَا دَا تِي تَحَقَّقْ لِي اِشَا رَاهِ عَسَ تَاْ تِي بِشَا رَاتِي  وَ يَشْفُوْ وَ قْتُنَا لِلَّهِ

Wahai Tuhanku, dengan pangkat para pembesarku, Buktikanlah semua keinginan-keinginan itu, Semoga datang semua yang menggembirakanku Dan menjadi suci (tenang) waktu (kehidupan kami) untuk Allah

بِكَشْفِ اْلحُجْبِ عَنْ عَيْنِي وَ رَفْعِ لْبَيْنِ مِنْ بَيْنِي وَ طَمْسُ اْلكَيْفَ وَ اْلاَيْنِ بِنُوْرِاْلوَجْهِ يَا اَللَّهُ.

Dengan terbukanya bukti pada pandangan kami Terangkatnya jarak pemisah antara aku dengan Engkau Terhapusnya cara (tanpa menggambarkan, tanpa menempatkan) Berkat cahaya Dzat-Mu ya Allah

صَلَا هُ اللَّهِ مَوْلَانَا عَلَي مَنْ بِ اْلهُدَاجَنَا وَ مَنْ بِا اْلحَقِّ اَوْلَانَا شَفِيْعِ اْلخَلْقِ عِندَ اللَّهُ.
Semoga Rahmat Allah Tuhan kami, Dilimpahkan atas Nabi yang datang kepada kami dengan hidayah petunjuk Dan kepada orang yang telah menunjukkan kebenaran agama Yang memberikan pertolongan kepada makhluk nanti di Sisi Allah
-------------------------------------------------------------------------
لَا اِلَهَ الّاَ اَللَّهُ مُحَمَّدُ رَسُوْلَ اللَّهُ.

Tiada Tuhan selain Allah & Nabi Muhammad utusan Allah

4 Nasehat


4 Nasehat Rasulullah SAW kepada Siti Ai’syah RA : Janganlah Engkau tidur di malam hari sebelum engkau :

1. MENGHATAMKAN AL-QUR’AN….
2. MENDAPATKAN SYAFAAT DARI PARA RASUL dan NABI….
3. MENDAPATKAN RIDHO’ dari SELURUH KAUM MUSLIMIN….
4. MENDAPATKAN PAHALA UMROH DAN HAJJI …..

Siti Ai’syah lalu bertanya Kepada Rasulullah SAW, Ya Rasulullah… Bagaimana caranya agar saya bisa
mendapatkan empat fadhilah tersebut dalam satumalam ? Rasulullah SAW tersenyum lalu menjawab….Wahay  Ai’syah…. yang kumaksud dengan : Janganlah Engkau tidur di malam hari sebelum engkau :

1. MENGHATAMKAN AL-QUR’AN adalah : Janganlah Engkau tidur di malam hari SEBELUM MEMBACA SURAH AL-IKHLAS TIGA KALI….Karena bila engkau membaca Surah Al-Ikhlas 3X
sebelum tidur, itu sama halnya engkau membaca seluruh Al-Qur’an.

2. MENDAPATKAN SYAFAAT DARI PARA RASUL dan NABI adalah ; Janganlah Engkau tidur di malam hari SEBELUM MEMBACA SHALAWAT bukan hanya kepadaku tapi juga kepada para Nabi dan Rasul… “Allohumma sholli ‘ala Saydina Muhammadin… wa’ala Sya-iril Ambiyaa wal Mursaliin, wa ‘ala alihim wa shohbihim ajma’in” (artinya Ya Allah Sholawat dan Salam kepada Nabi Muhammad, dan kepada seluruh para Nabi dan Rasul, serta kepada keluarga-keluarga mereka dan sahabat-sahabat
mereka). 

3.MENDAPATKAN RIDHO’ dari SELURUH KAUM MUSLIMIN, adalah dengan cara memohon AMPUN kepada ALLAH atas segala dosa-dosamu dan dosa-dosa seluruh Kaum Muslimin. yaitu dengan senantiasa membaca ” Robbighfirli…wali walidayya… waliman haqqun alayya.. wali jami’il muslimin wal muslimat… wal mu’miniin wal mu’minat… al ahya’i wal amwaat…” (artinya Ya Tuhan kami ampuni aku, ampuni kedua orangtuaku dan siapa2 yang memiliki nasab keturunannya, dan kepada seluruh muslimin dan muslimat, dan mu’minin dan mu’minat… baik yang masih hidup maupun yang sudah mati).

4. MENDAPATKAN PAHALA UMROH DAN HAJJI, yaitu dengan senantiasa membaca Tashbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir… ”Subhanallah.. wal hamdulillah, Wala ilaha illallah Huwallohu Akbar” (artinya Maha Suci Allah… Segala Puji bagi Allah, Tiada sesembahan kecuali Allah, Allah yang Maha Besar).

ANTARA RIDHO & KERIDHOAN



Ketika Ibunda Rabiatul 'Adawiyah RA ditanya tentang bagaimanakah seorang hamba dipandang telah Ridho? Lalu beliau pun menjawab, “Apabila baginya penderitaan sama menggembirakan dengan anugerah.”.  Maksudnya ialah apabila seorang hamba dapat memandang suatu penderitaan itu adalah anugerah maka disanalah final dari penilaian akan Ridhonya akan Tuhan-Nya. Semua manusia pasti akan mendapat ujian karna janji Allah :"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (QS. Al-Baqarah : 155-156).

Yang menjadi masalah saat ini, terkadang manusia selalu menginginkan ke-Ridhoan, tetapi begitu diberikan Allah Ujian maka ia tidak Ridho akan Kehendak/Ketentuan Allah, dimanakah letak Ridho itu sekarang ? Bagaimana Allah ridho jika kita tidak ridho akan kehendak-Nya, jika saja seseorang mengetahui akan hikmah dibalik ujian itu dan diharuskannya kita tuk Ridho, maka niscaya akan damailah bumi ini dari panasnya adzab allah,


Oleh karna itulah Rosululloh SAW memberikan kunci jawaban akan hal tersebut didalam Hadistnya : “Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim kecuali Allah akan hapuskan (dosanya) karena musibahnya tersebut, sampai pun duri yang menusuknya.” (HR. Al-Bukhariy ).


Abu Musa Al-Asyari RA, berkata : “Segala kebaikan terletak di dalam keridhoan. Maka jika engkau mampu, jadilah orang yang Ikhlash; jika tidak mampu, jadilah orang yang Sabar.”


Subhanalloh ! ! !. Justru itulah mari kita bersama berjalan dan meniti dalam Ridho-Nya diatas Kuasa-Nya. Semua yang melekat pada kita hanya pinjaman, Ridholah akan semua Ketentuan-Nya, karna sebenarnya kita tiada memiliki apa-apa, Disinilah Adab seorang Abdi kepada Tuan-Nya. Hati yang lapang karna ridho akan Tuhan-Nya maka akan membekas pada kesabarannya & wajah yang cemerlang.


Jika kita ridho disaat lapang atau derita maka yang nampak hanyalah rahmat Allah, ini dikarenakan bentuk kasih sayang allah akan hamba-hambanya yang lulus dalam tahap ridho menjadi tahap taqwa. Sesuai janji-Nya "Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, Maka akan Aku (Allah) tetapkan Rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa. Maka jika sudah mencapai taraf Taqwa niscaya Ridho-mu tiada mengaharap suatu imbalan syurga, dan tidak pula berlinduang akan siksa neraka. Tetapi Allah lah yang mengisi setip ridhomu menuju dekat disamping-Nya (Kedekatan). 
-------------------------------------------
Subhanaka La 'Ilmalana Illa Ma 'Allamtan Innaka Anta 'Alimul Hakim Wa La Hawla Wa La Quwwata Illa Billahil 'Aliyyil 'Adzim

Khusu'

 
Khusu' adalah keadaan seseorang dimana ia telah mencapai ketenangan dalam ber-Ibadah kepada Allah SWT. Biasanya Khusu' sulit tuk diraih jika masih ada kecemasaan dalam kehidupan duniawi. Khusu' juga sering muncul apabila memuncaknya persoalan persoalan baik dalam rumah tangga, lingkungan ataw dikantor. Adapun salahsatu metode meraih ke-khusu'an ialah dengan Tawakkal. Adapun Tawakkal ialah sikap hamba yang slalu menyerahkan sgalanya kepada Allah Sang Penguasa. Jadi disaat tiba fikiran (tidak khusu') maka disaat itu pula kita bertawakkal kepada allah, maksud bertawakkal disini lebih kepada Multifungsi, yaitu Tawakkal dengan apa yg tlah allah tentukan termasuk fikiran-fikiran yang muncul disaat ber-Ibadah. Jika fikiran tersebut kita sandarkan kembali kepada "ketentuan" allah maka dengan sendirinya fikiran tersebut akan terganti dengan ketawhidan yang haqiqi.

Robbana Laa Tuzigh Quluubanaa Ba'da-idz Hadaytana Wahhablana Minladunka Rohmah Innaka Antal Wahhab.

AHLUS SUFAH

 
Rosululloh SAW bersabda :
"Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan ilmu pengetahuannya, lalu menjadikan mereka sebagai penuntun (pembimbing) yang dapat diteladani dalam perbuatan baik, jejak dan amal perbuatannya. Para Malaykat mencita citakan untuk bersahabat dengan mereka" . Siapakah mereka ? Mereka adalah yang telah disifati oleh Nabi dalam Hadist dibawah ini.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rosululloh SAW lewat dihadapanku sambil menyeru untuk pergi kepada Ahli Shuffah, Abu Hurairah menguraikan : Bahwa Ahli Shiffah itu adalah para tamu Allah dan Rosul-Nya.  Ahli Shuffah adalah merupakan suatu kaum dimana allah SWT telah mengosongkan hati mereka dari hal selain Allah.

Diantara para tokoh Ahli Shuffah ialah : Abu Hurairah, Khabbab bin Al Arast, Bilal, Salman Alfarisy, Abu Said AlKhudari, Abu Barzah Al Aslami, Shuhaib bin Sinan, Ammar bin Yasir, Abdullah bin Mas'ud, Sa'ad bin Abi Waqash, Ukbah bin Amir, Abu Faqihah bin Yasar, Wabidhah bin Ma'bad Al Jahni, Anas bin Malik, Haristah, Al Bara, bin Malik, Aba Isra'il, Hudzaifah, Abu Darda, Abi Dzar, Ukasyah, Abdullah bin Amru Al Ash, Abubakar, Umar, Utsman, Ali, Sulaiman, Shuhaib, Aba Rafi, Al-Hasan dan Al-husein.

Sedangkan Ahli Shuffah dari golongan Tabi'in ialah : Ali Zainal Abidin, Muhammad Baqir, Ja'far Shodiq, Uwais Alqarny, Hazim, Salmah, bin Dinar, Hasan Al-Bashri, Al qamah, Al Aswad bin Zaid, Ibrahim An Nakhi, Malik bin Dinar, Muhammad bin Sirrin, Abdul Wahid bin Zaid, Utbah Al Gulam, Fudhail bin Iyadh, Ibrahim bin Adham, Daud Ath Tha'I, Sufyan Ats Tsuri, Abi Sulaiman Ad Darani, Dzunnun Al Misri, Dzil Kifly bin Al Harist, Sari As Saqathi, Haris Al Mahasibi, Junaid Al Baghdadi, Ibrahim Al Khawash, Al Jaylani dll.

Rosululloh SAW bersabda : Sesungguhnya ada di antara ilmu ilmu itu yang tersimpan rapi. Karena, Mutunya tidak akan dapat diketahui kecuali oleh Ahlillah.  Adapun I'tiqat mereka adalah : bersabar disisi bala', bersyukur disisi kesenangan, Ridho dengan merasa pahitnya ketentuan. Subhanalloh !!!

Taqwanya para Awlia


اَِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَاللَّهِ اَتْقاَكُمْ


Maha Benar Allah dengan segala Firman-nya ! Ayat diatas merupakan janji allah, Allah akan memuliakan hamba hambanya yang bertaqwa. Taqwa dalam artian harfiyah ialah menjalankan semua perintah dan mejauhi segala larangan (allah). Adapun Taqwa dalam konteks Maknawinya para pengamal Tharekat ialah Seseorang yang mampu mengenal, memahami serta pandai bersyukur dalam segala pemberian, ber-adab dalam sgala penyerahan dan pengembalian.
Disinilah tolak ukur Taqwa nya para Awliya Allah, mereka berjalan dalam segenap ketentuan, jiwa mereka tlah hilang seiring bias nikmat kuasa allah, pandangan dan tujuan mereka hanya satu lautan terkecil dalam diri.
Syekh Sayid Abul Qurtuby adalah satu sosok pemuka para wali, Tiang tiang keteguhan dan ketaqwaan nya tlah membuka pengenalan para kekasih allah, pemegang segala kunci yang tersembunyi. membuka mahligai keghaiban dan rahasian. jiwa nya tersimpul oleh jiwa kekasih allah.
Suatu ketika salah satu nabiyulloh tlah menemui dan memberikan amanah kepada syekh sayid abul qurtuby. Beliau mengemban suatu kepercayaan memegang suatu kalung kunci buat memperkokoh keimanan, mengunci segala sifat kebinatangan dan membuka sifat Ubudiyah, mengunci kesombongan dan membuka kesyukuran. mengunci kesyirikan dan membuka ketauhidan, mengunci sifat malas dan membuka ketaqwaan.

"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak merasa takut dan sedih" (QS Yunus [10]: 62).

"Demikianlah, sesungguhnya Allah menjadi pelindung (maula) orang-orang beriman" (QS Muhammad [47]: 11).
Jadi, bisa dikatakan bahwa jika seorang hamba telah mencapai ketaqwaan, maka ia akan terdorong untuk melaksanakan segala yang diperintahkan Allah dan semua hal yang diridhai-Nya, dan akan meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dicegah oleh-Nya. Bagaimana mungkin ia tidak melaksanakan perbuatan yang dikehendaki Tuhan Yang Maha Penyayang lagi Maha Mulia sekali saja, padahal hanya Tuhanlah yang utama baginya, karena hamba sesungguhnya tidak berdaya dan lemah ketika mengerjakan semua hal yang dikehendaki dan dititahkan Allah, sedangkan Tuhan Yang Maha Penyayang melakukan hal-hal utama yang dikehendaki hamba-Nya dalam sekali hitungan saja. Hal ini berdasarkan pada firman Allah,

"Penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu." (QS Al-Baqarah [2]: 40)

Penjelasan yang mulia ini mengandung rahasia-rahasia terselubung dan fenomena-fenomena yang mendalam, karenanya kita memohon pertolongan Allah agar dapat memahaminya.
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang mendapat kemenangan, wahai Tuhanku, bukalah segala kunci-kunci hati kami dengan menyebut –Mu dan sempurnakanlah atas kami nikmatMu dan curahkanlah atas kami keutamaan –Mu dan jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang shaleh.

Entri Unggulan

Maksiat Hati.

Ketatahuilah bahwasanya agama islam sangat mengedepankan akhkaq yang baik serta hati yang bersih dari segala penyakit yang akan menyengsarak...

Entri paling diminati